Vol. 1 - Chapter 2 - Next Target
Namaku Hide Himawari. 2 minggu yang lalu teman-temanku menjauhiku hanya karena aku mendapatkan laki-laki yang sudah menjadi incaran kami semua.
Aku tahu kenapa aku di jauhi tapi..Bagiku ini semua sangatlah aneh. Satu laki-laki yang kita incar bersama tidak bisa di bagi menjadi 6 maka pastinya ada kompetisi dari kami berenam.
Kita tidak bisa saling berbagi kekasih atau selamanya mengikutinya dari belakang atau menguntuitnya seperti tidak ada sesuatu yang terjaadi.
Lalu, Aku mencoba untuk mengakhiri kegiatan rutin menguntit kami dengan cara mendekati laki-laki itu..Sebagai yang pertama dari kami berenam. Selama 1 bulan penuh aku mendekati laki-laki itu dan mencoba untuk memenangkan hatinya dan..Itu semua berhasil.
Aku memenangkan hati dari laki-laki itu..Hati dari laki-laki yang selama ini kami berenam kagumi dan cintai. Aku bahagia, Aku senang, dan aku berharap..
..Teman-temanku juga merasakan hal yan sama seperti aku. Tapi-
..Tidak seperti yang aku bayangkan.
Aku pikir dengan memenangkan hati laki-laki itu dapat menghentikan perbuatan menguntit kami yang sudah jelas salah. Aku hanya ingin kami berenam berhenti menguntit laki-laki itu dan berusaha untuk mendekatinya secara langsung..Tapi teman-temanku tidak berpikiran begitu.
Ini memang jelas kalau teman-temanku salah tapi di sisi lain aku juga salah karena tidak berbicara kepada mereka terlebih dahulu.
Seharusnya aku memberitahu mereka.
Seharusnya aku memberitahu mereka mengenai usulan ini dan mendengar apa pendapat mereka.
Tapi..Keegoisanku keluar lebih dulu di sini.
Nafsu ku untuk mendapatkannya keluar lebih dulu ketimbang hubungan dengan teman-temanku.
Aku menyampingkan hubungan dan perasaan teman-temanku hanya demi mendapatkan hati laki-laki yang kami cintai.
Pertama aku hanya ingin mendekatkan diriku dengannya lalu membawanya kepada teman-temanku agar kami tidak menguntitnya lagi..Tapi..Dia menyatakan cintanya kepadaku begitu saja.
Saat dia menyatakan cintanya begitu saja, Aku berharap teman-temanku tidak mengetahuinya..Tapi, Kabar burung dengan cepat menyebar tanpa sepengetahuanku.
Teman-temanku mendengar dan mengetahuinya. Perlahan demi perlahan mereka menjauhiku namun dengan cara halus tapi menyakitkan untukku. Kita sudah berteman dan bersama sejak SMP dan ini kali pertamanya mereka semua menjauhi dan membenciku.
Rasanya sakit dan pedih.
Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini dalam hidupku dan orang pertama yang membuatku merasakan perasaan ini adalah..Teman-temanku.
Aku menangis.
Aku sedih.
Aku merasa bersalah.
Aku merasa di jauhi.
Aku merasa di abaikan.
Aku merasa di benci.
Aku merasa Depresi dan Frustasi.
Sejak saat itu aku berusaha untuk memperbaiki hubungan ku dengan teman-temanku tapi..Tidak pernah berhasil.
Aku mencoba berbagaimacam cara seperti mendekati mereka tapi setiap kali aku mencoba untuk mendekati mereka, Mereka menjauhiku.
Aku mencoba untuk mengirim pesan kemereka tapi..Mereka tidak membalas dan mengabaikanku.
Aku mencoba untuk mengirim mereka hadiah langsung kerumah mereka masing-masing tapi..Mereka tidak menerimanya.
Lalu yang terakhir aku mencoba untuk memutuskan hubunganku dengan pacarku tapi..Aku tidak bisa melakukannya..Untukku..Bagiku..Dia sangat istimewa karena hanya dia yang mencintaiku dan peduli denganku..Sekali lagi aku...Menyampingkan hubungan dan perasaan Teman-temanku hanya untuk satu laki-laki.
Aku mengutuk diriku sendiri.
Aku mengejek diriku sendiri.
Aku menghina diriku sendiri.
Aku mengatakan kepada diriku sendiri kalau aku "BODOH!" terus menerus.
"AKU BODOH! AKU BODOH! AKU BODOH! AKU BODOH!"
Terus menerus sampai aku menangis dan sampai dimana aku tidak dapat mengendalikan emosiku sendiri.
Lalu...
Di tengah rasa sedih dan depresiku..
Dia datang...
Seseorang yang kami benci dari awal.
Seseorang yang selalu kami Bully tanpa sebab yang jelas.
Seseorang yang selalu kami pandang rendah.
Aku merasa bingung..
Aku merasa takut..
Kenapa orang ini...?
Yang selalu kami hina..
Yang selalu kami sakiti..
Menghampiriku dan..Memberiku bantuan.
Dia mengulurkan tangannya kepadaku. Dia menawarkan bantuan kepadaku. Dia memberikanku sekucup harapan.
Dengan entengnya dia ingin menolong dan memberiku kebahagiaan.
Aku merasa bingung...Kenapa? Kenapa dia mau menolongku?
Aku selalu menghina dan menyakitinya tapi saat aku kesuliatan dia memberikanku bantuan dan penyemangat.
Dia membuatku bahagia.
Dia membuatku tertawa.
Dia membuatku melupakan semua masalahku.
Dia sudah bagaikan..Teman sejati.
Dia sudah bagaikan teman yang sesungguhnya untukku.
Perkataan manisnya yang lebih manis ketimbang pacarku.
Wajahnya yang lebih indah ketimbang pacarku.
Tubuhnya yang lebih menarik ketimbang pacarku.
Itu semua...Melebihi teman dan pacarku.
Bagiku...Untukku...Dia lah..Malaikatku.
Aku jatuh cinta padanya setelah dia mau menolongku dan tetap bersamaku di waktu sulitku.
Karena rasa cintaku padanya yang melebihi pacarku, Aku mendapatkan keberanian untuk memutuskan hubungan dengan pacarku dan bahkan...Dengan teman-temanku.
Di waktu itu.
Di hari itu.
Aku membuang jauh perasaan dan kenanganku dengan teman-temanku juga pacarku hanya untuk mengisi kenangan dan hari-hari baru bersamanya...
Bersama orang itu.
Perempuan itu.
Yuna Akari.
Di hari yang sama aku putus dengan pacarku, Aku menyatakan cintak kepada Yuna. Di bawah pohon Sakura yang ada di halaman belakang sekolah aku menyatakan cintaku padanya.
Aku tidak malu. Aku bahkan tidak merasa takut. Aku sudah siap untuk mendengar jawabannya. Walaupun di tolak tapi kami masih bisa menjalani hidup kami sebagai seorang teman.
Lalu jawabannya adalah...
Dia tersenyum kearah ku dan memegang kedua tanganku.
Aku terkejut dan jantungku berdebar kencang.
Dia mendekatkan wajahnya kearah ku dan mulai berbisik kepadaku. Dia berkata-
"Kalau begitu...Bagaimana kalau kita berdua memiliki pergi kerumahku hari ini...Hanya kita berdua...Kita akan membuat hari dan malam yang Tidak pernah kau lupakan"
Dia mengatakannya dengan sangat manis dan penuh Perasaan..Di telinga ku.
Dengan penuh hati yang bermekar-mekar dan jantung yang berdebar-debar aku langsung menerima tawarannya untuk mengunjungi rumahnya.
Setelah pulang sekolah, Kami berdua menuju kerumahnya bersama. Aku memegang erat tangannya karena aku pikir kami berdua sudah berada di halaman yang sama.
Sesampainya aku di rumahnya. Aku di ajak masuk kedalam Basement yang berada di garasi rumahnya.
Pintu basementnya besar dan memiliki banyak kunci. Aku merasa heran kenapa satu pintu saja memiliki begitu banyak penjaga.
Yang lebih membuatku penasaran yaitu kenapa dia membawaku ke basement rumahnya?
Di saat itu aku benar-benar tidak dapat mengendalikan diriku dan yang bisa ku pikirkan hanyalah nafsuku dengannya.
Dengan entengnya dan tanpa basa-basi aku mengikuti segala perkataan dan ajakannya untuk masuk kedalam basement.
Basementnya dingin dan gelap dimana hanya di sinari beberapa cahaya.
Basementnya juga sangat dalam dimana kita berdua harus menuruni tangga yang cukup panjang hanya untuk sampai ke lantai dasar.
Sesampainya kita di lantai dasar, Aku melihat ada satu kursi kayu yang berdiri kokoh di tengah basement.
Aku merasa bingung dengan keberadaan satu kursi di dalam basement ini.
Apa kegunaannya dan untuk apa di taruh di tengah.
Tapi yang lebih membuatku bingung yaitu...
Kenapa kita di sini?
Saat aku berusaha untuk bertanya kepada Yuna..
Dari belakang, Yuna memukulku dengan sekuat tenaga menggunakan pemukul Baseball yang terbuat dari besi.
Aku terjatuh dengan sangat keras dan tergeletak di atas lantai.
Aku dapat melihat pemukul baseballnya penyok begitu saja. Itu terbuat dari besi dan dapat penyok hanya dengan memukulku itu artinya dia mengayunkannya dengan sekuat tenaga dan tidak main-main.
Aku dapat merasakan darah yang mengalir di kepalaku dan perlahan menutupi pandanganku.
Perlahan demi perlahan kesadaranku menghilang dan hal terakhir yang dapat kulihat adalah..
Yuna Akari...Tersenyum bahagia dan sinis ke arahku yang perlahan demi perlahan kehilangan kesadaran.
Lalu setelah aku bangun...Aku sudah berada..
..Di atas kursi kayu ini.
Di ikat dengan erat dan tidak dapat bergerak sama sekali.
Lalu hal selanjutnya yang terjadi adalah..Yuna..
Menyiksaku tanpa henti...Setiap hari.
Sehari sekali Yuna mematahkan jari-jari tanganku. Satu hari satu jari dan itu terus selama 10 hari berturut-turut.
Saat kesepuluh jariku patah, Dia dengan paksa mencabut jari kuku-kuku tanganku. Dia mencabutnya dengan perlahan untuk menyiksaku lebih.
Rasanya perih dan mengilukan dan dia mencabutnya menggunakan sebuah kunci dari kotak perkakasnya..Seperti sebuah kunci untuk melepas paku dan baut.
Setelah itu, Dia memberikanku luka dari benda tajam.
Dia Menyiletku, Dia mengirisku menggunakan Cutter, Dia menusukku dengan pisau namun tidak dalam, Dia menusukku dengan Alat suntik dan mengambil darahku secara acak. Aku tidak tahu untuk apa dia mengambil darahku namun ada satu hal yang ku ketahui..
Dia sangat amat-amat Senang.
Dia menyiksaku dengan penuh senyuman yang cerah dan bahagia.
Dia menyiksaku dengan mata yang terbuka lebar dan bersinar.
Dia menyiksaku dengan tawanya yang manis namun terdengar kejam dan menakutkan.
Lalu satu hal lagi, Yaitu seluruh lukaku tidak ia sembuhkan.
Dia hanya memperburuknya dengan menyiramkan Alchohol ke arah ku..Ke tempat dimana luka-lukaku berada.
Rasanya sangat sakit.
Rasanya benar-benar sakit.
Rasanya sangat perih.
Ini lebih buruk ketimbang di jauhi oleh teman-temanku.
Ini lebih buruk ketimbang memutuskan hubunganku dengan kekasihku.
Ini lebih buruk ketimbang hari-hariku yang di isi dengan penyesalan dan kesedihan.
Ini sangat buruk..
Untuk pertama kalinya aku merasakan rasa Putus Asa.
Untuk pertama kalinya aku merasakan Depresi yang melebihi sebelumnya.
Rasanya aku ingin..
..Mati saja.