BAB 35. Mendatangi Tempat Kencan Pertama 10 Tahun Yang Lalu.
______________________________________
Di malam hari saat matahari mendekati terbenam, dan lampu-lampu jalan mulai menampakan cahaya terangnya di sekitar wilayah Lampion yang indah.
An berkeliling sambil mengamati pria bertubuh mungil dan berambut ape
l di depannya saat ini dengan wajah tidak percaya dan kasihan.
"Bagaimana bisa kamu berakhir di tubuh ini?" An bertanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa kamu bertanya padaku? Dan mana aku tahu?" Ucap Resa tidak suka.
An menganggukan kepalanya berulang kali, "Benar-benar, dari logat dan cara berbicaramu sangat berbeda dengan RanRan, tatapan tidak suka ini juga selalu di tunjukan Resa padaku saat di Universitas dulu. Tapi kenapa aku tidak memperhatikannya?"
Zhu Zheng menuangkan teh hangat jahe di dalam gelas milik Resa yang telah kosong dan kemudian memberikannya kembali pada Resa, sambil ia berkata pada An yang merupakan sekretarisnya, "Bukannya aku sudah memberitahumu sebelumnya, saat berada di rumah besar Resa yang ada di Kota C!"
An meminum teh jahe hangat dan menaruh kembali gelasnya, "Aku tidak percaya ucapanmu pada saat itu karena aku menganggap kamu saat itu sedang mengalami pukulan berat atas kematian Resa. Dan menganggap semua orang di sekelilingmu adalah Resa."
Zhu Zheng dan Resa mengerutkan kening.
"Mungkin kamu tidak menyadarinya Zheng... Pada saat kematian Resa, hingga berjalan dua minggu lamanya; kamu selalu menganggap semua orang yang berada di sekitarmu adalah Resa, Resa dan Resa."
Resa menatap Zhu Zheng yang duduk dalam diam.
"Pada saat RanRan baru saja keluar dari RS, kamu tiba-tiba mengatakan pada kedua orantuamu dan kedua orangtua RanRan, bahwa kamu ingin membawa RanRan tinggal bersamamu. Dan saat itu, kedua orangtua RanRan pasrah, menyerahkan RanRan sebagai pengganti Resa... Apa lagi dengan karakter RanRan yang tidak tahu malu, dirinya pasti akan dengan suka rela menyerahkan dirinya padamu."
An meminum teh–nya kembali, "Apa kalian berdua sudah melakukan seks?"
Mendengar pertanyaan An, Resa langsung mengambil teh–nya, dan pura-pura meminumnya, sampai tidak memiliki niat untuk menurunkan gelas dari mulutnya.
Zhu Zheng, "Kami melakukannya setiap hari."
Resa, "..."
Zhu Zheng melipat kedua tangannya di depan dada, "Ada apa?"
"Tidak~, hanya aku ingin mengatakan pada kalian, bahwa yang berada di Fila Lampion ini bukan hanya kalian berdua. Ok. Jadi jangan melakukan seks di tempat-tempat yang orang bujang sepertiku akan datang."
Wajah Resa memerah sepertu tomat. Resa menatap Zhu Zheng yang terlihat biasa-biasa saja saat mendengar ucapan dari An.
Resa, "..." Aku sudah mengatakan jangan melakukannya di dapur, ruang tamu, dan tanggah rumah.
"Fila ini miliku. Apa yang aku lakukan di dalamnya, itu adalah hakku. Jika kamu merasa tidak menyukainya, maka aku hanya bisa mengatakan padamu untuk mencari kekasih, dan berhenti menjomblo... Atau..." Zhu Zheng menghentikan ucapannya,
"... Masuklah di pelukan Zhu Fheng." Ucap Zhu Zheng santai.
Sedangkan orang yang di sindir kini wajahnya sudah seputih kertas.
An, "Apa yang kamu katakan!"
Resa menatap Zhu Zheng dan berbicara, "Tian... Zhu Fheng itu siapa?"
"Kakakku yang pernah aku katakan padamu."
Resa menganggukan kepalanya sambil mengatakan kata o tanpa adanya suara. Kemudian Resa kembalu menatap An yang kini sudah terlihat frustasi.
"Jadi apa hubungannya dengan An?"
An menatap Resa, "Anak-anak tidak boleh tahu."
"Siapa yang anak-anak! Usiaku sama denganmu, dan aku lahir satu bulan lebih awal darimu. Jadi siapa yang terlihat lebih anak-anak!" Kata Resa sinis pada An, dan tanpa di duga Zhu Zheng dan An mengatakan ucapan mereka secara serempak atau bersamaan pada Resa.
"Kamu/Kamu."
Mendengar hal itu, wajah Resa makin hitam. Dia menatap Zhu Zheng dan An bergantian. Namun pandangannya pada Zhu Zheng berbeda 180° dengan pandangannya terhadap An.
Resa menatap Zhu Zheng dengan tatapan lembut, sedangkan pada saat menatap An, pandangan Resa seperti mengatakan bahwa dia ingin memakan An dan mengulitinya hidup-hidup.
An, "Berhenti menatapku dengan sinis. Sejak di Universitas sampai sekarang kamu terus saja menatapku seperti ingin membunuhku... Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mengambil Zhu Zheng darimu."
"Siapa yang tahu. Bisa saja kamu merebut Tian dariku."
Zhu Zheng, "..."
"Aku masih menyukai wanita! Jika aku menyukai pria sekalipun; aku tidak akan mau merebut pria pelit bicara, kejam, pelit, dan tidak tahu malu seperti dia." Kesal An sambil menunjuka ke arah Zhu Zheng.
"Aku merasa ucapanmu barusan seperti menyinggung saudaraku?"
"Siapa yang menyinggung saudaramu! Aku tidak menyinggungnya!"
Resa, "...!!"
"Benarkah." Ucap seseorang yang baru saja bergabung dengan suara dingin.
Mendengar suara itu, sontak saja An langsung membeku di tempat tanpa bergerak atau sekedar berbalik menoleh melihat sosok pemilik suara tersebut.
Zhu Fheng bergabung dengan ketiga pria tersebut di taman, dia menuangkan tehnya sendiri dengan gerakan yang sangat elegan dan berwibawa.
Resa menatap Zhu Zheng dan Zhu Fheng bergantian. Satu hal yang mucul dalam pikirannya saat ini, bahwa kedua kakak beradik ini terlihat sedikit mirip.
Zhu Zheng memiliki paras yang cantik dan tampan, serta memiliki mata yang sedikit lembut pada orang-orang yang di sukainya. Sedangkan Zhu Fheng memiliki paras yang sangat tampan dan dewasa, mata yang dimiliki Zhu Fheng terlihat sangat tajam seperti dirinya seakan-akan menindas seseorang.
"Duduk." Ujar Zhu Fheng pada An yang masih setia berdiri.
An duduk di kursi tanpa berani menoleh sedikitpun pada Zhu Fheng, kedua tangannya saat ini saling meremas karena gugup, bahkan butiran keringat nampak terlihat di dahinya saat ini.
Melihat reaksi An terhadap saudara Zhu Zheng, membuat Resa merasa bingung.
"Apa dia calonmu?" Tanya Zhu Fheng tanpa menoleh pada Zhu Zheng. Zhu Fheng kini hanya melipat kedua tangannya dan menyilangkan kakinya sambil menatap Resa tajam. Tatapannya tidak terlihat benci atau senang, bahkan sinis.
"Hmm..." Zhu Zheng mengambil gelas kosong dan menuangkan teh pada saudaranya.
"Dia terlihat berbeda."
Resa merasa gelisah dan gugup di tatap oleh kakak Zhu Zheng. Resa berpikir pantas saja An sangat ketakutan ketika bertemu dengan Kakak Zhu Zheng.
Zhu Zheng, "Sayang, ikut bersamaku."
"Ke–kemana?"
"Ke mana saja, asalkan tidak mengganggu keduanya."
Resa berdiri dan meraih lengan Zhu Zheng.
An berdiri dan berteriak panik, "Kalian berdua mau kemana? Jangan tinggalkan aku sendirian."
"Duduk." Perintah Zhu Fheng.
An duduk kembali dengan wajah menyedihkan.
Resa dan Zhu Zheng berjalan menuju ke taman di mana pertama kali mereka berkencan. Taman tersebut berada sedikit lebih tinggi dari dataran pasar Lampion. Sepanjang perjalanan Resa tidak berhenti penasaran dengan kejadian yang di lihatnya tadi.
"Kenapa An sangat takut dengan kakakmu?"
"Karena Zhu Fheng sangat kejam..." Zhu Zheng menghentikan ucapannya sebentar dan kemudian melanjutkannya kembali, "Zhu Fheng sangat kejam bila berada di atas ranjang. Itulah yang membuat An merasa sangat ketakutan."
Resa mengerutkan kening, "Apa Zhu Fheng dan An berpacaran?"
"Hmm... Mereka berpacaran."
"Bagaimana bisa mereka berpacaran?! Bukannya kamu mengatakan kalau kakakmu memiliki dua anak? Otomatis dia memiliki seorang istri. Dan tadi... Tadi beberapa waktu yang lalu An mengatakan bahwa dia menyukai wanita."
"Zhu Fheng sudah lama berpisah dengan istrinya. Hak asuh anak juga jatuh di tangan Zhu Fheng. Dan kebetulan kedua anaknya sangat menyukai An." Zhu Zheng memegang dahinya, "Aku tidak ingin melanjutkan lagi. Hubungan mereka terlalu menyebalkan untuk di ceritakan... Dan jika An mengatakan bahwa di menyukai wanita; cukup hiraukan saja dia, karena itu tandanya dia sedang marah pada Zhu Fheng."
"An sangat kekanak-kanakan... Menurutmu apa yang akan terjadi setelah ini pada An?"
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Zhu Zheng balik.
Resa hanya terdiam menatap Zhu Zheng. Kemudian tawa kecil muncul pada Resa.
Resa dan Zhu Zheng duduk di kursi taman sambil menatap pemandangan lagit malam yang cerah dan di penuhi ribuan bintang.
"Aku merasa tempat ini tidak mengalami perebuhana."
Zhu Zheng menatap Resa yang duduk di sampingnya dan kemudian tersenyum, "Tidak juga. Aku menambahkan beberapa lampu warna warni di sekeliling danau. Dan coba kamu lihat beberapa lampu bulat di sekitarnya, aku juga menambahkan beberapa."
Resa mengangguk-anggukan kepalanya sambil menatap di sekitaran taman.
"Kenapa cuman ada kita berdua di tempat ini?"
Zhu Zheng tersenyum, "Karena malam ini adalah malam yang spesial untuk kita perdua. Jadi tidak ada yang akan mengganggu kencan kita malam ini."
Resa tertawa pelan.
"Tian."
"Hmm?"
"Pada saat penerbangan lampion sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya di tempat ini. Sebenarnya aku ingin sekali bertanya padamu; mengapa Anita tidak henti-hentinya menelponmu pada saat itu?"
"Itu kisah yang sangat lama. Aku sudah melupakannya, yang teringat di otak–ku hanya kenangan-kenangan bersamamu sepuluh tahun yang lalu. Lain dari itu, aku sama sekali tidak lagi mengingatnya."
Zhu Zheng menyandarkan kepalanya di bahu Resa, kedua tangannya ia lilitkan di pinggang Resa, tidak lupa sambil berucap manja pada kepompong kesayangannya, "Sayang, tidak perlu memikirkan hal lain. Cukup ceritakan tentang kisah kita saja."
"Baiklah, baiklah."
Setelah hening beberapa saat.
Zhu Zheng, "Sayang, kamu tidak ingin memberitahu kedua orangtuamu mengenai identitasmu yang sekarang."
Resa terdiam mendengar ucapan yang di berikan Zhu Zheng, "Aku rasa itu tidak perlu."
"Kenapa?"
"Aku merasa bahagia dengan diriku yang sekarang, dan biarkan saja waktu yang akan memberitahu ayah dan ibuku."
Zhu Zheng, "... Kata-katamu seperti.......... Sinetron."
Resa, "......."😑
Resa mencubit perut Zhu Zheng yang terlatih karena rasa malu, dia berkata dengan suara yang sangat pelan pada Zhu Zheng, "Aku tidak mendengar kata-kata itu dari sinetron."
Merasa gemas dengan tingkah malu kepompong kesayangannya, Zhu Zheng langsung dengan refleks memeluk Resa erat dan mengecup seluruh wajah Resa bertubi-tubi.
.
.
.
Bersambung ...
Selesai pengetikan pada hari–
Sabtu, 15 – 08 – 2020
Pukul. 21.56 Wita