Myu memutuskan untuk memanggil Zen sebagai Papa, karena dia merasa nyaman dekat dengan Zen. Entah kenapa sosok pria yang sedang menggendongnya diatas langit saat ini, membuanya sangat bahagia berada didekatnya.
Zen sendiri yang melihat Myu memanggilnya dengan sebutan Papa dengan nada imutnya, hanya tersenyum gemas melihatnya. Akhirnya setelah suara ledakan sudah mulai mereda, Zen membawa Myu turun dan mendarat disebuah jembatan, namun beberapa orang saat ini mendekat kearah mereka.
"Tuan Zen, apakah kamu mengetahui apa yang sedang terjadi?" kata orang tersebut yang langsung mendekta kearah Zen saat ini.
Pria yang bertanya itu merupakan pemimpin sebuah kelompok yang ditungaskan oleh ketua guild adventure untuk menyelidiki kekacauan yang terjadi saat ini. Zen yang mendengar itu, tanpa pikir panjang mengeluarkan beberapa benda dari dalam penyimpanannya saat ini.
Beberapa dokumen langsung medarat didepan pria tersebut. Dokumen tersebut, merupakan dokumen yang didapatkan Zen saat mengambil harta rampasan tadi.
"Bawa ini ke Ilwa-san, dan dia akan mengerti" kata Zen.
"Baiklah" kata pria tersebut dan memanggil beberapa rekan kelompoknya untuk membantu membawa berkas tersebut.
Akhirnya setelah beberapa kelompok yang membawa berkas yang diberikan Zen menghilang, munculah Yue, Shea dan Tio yang berhasil mengalahkan beberapa musuhnya saat ini.
"Zen, siapa anak perempuan itu?" kata Yue.
"Ah.. perkenalkan ini Myu, putri keduaku" kata Zen.
"PUTRI KEDUA?!" teriak mereka bertiga serempak.
Mereka masih terpana saat ini setelah mendengar perkataan dari Zen tersebut. Namun saat mereka melihat Myu lebih dekat yang sedang memeperhatikan mereka dengan tatapan kebingungan, para wanita yang mengikuti Zen saat ini akhirnya luluh karena keimutan dari Myu.
"Halo Myu.. kamu bisa memanggilku Yue Mama" kata Yue.
"Ya.. ya.. kamu juga bisa memanggilku Shea Mama" kata Shea tidak mau kalah saat ini.
"Humu... karena kamu anak perempuan dari Master, aku dengan senang hati mengijinkanmu memanggilku dengan sebutan Mama atau seperti anak pertama dari master, yaitu Dragon Mama" kata Tio.
Myu yang mendengar hal tersebut sempat bingung dengan perkataan dari Yue, Shea dan Tio. Myu lalu menatap Papanya dan Papanya hanya menunjukan senyum manisnya kepadanya. Setelah menepuk kepala dari Myu, Zen akhirnya memberikan Myu kepada Yue yang ingin menggendongnya.
"Kedua anakmu sangat imut Master, dan kalau boleh bisakah aku memilikinya juga, tetapi dari dalam rahimku. Aku akan menerima berbagai cara termasuk jika master akan memperko-" kata Tio tersebut terpotong setelah Zen meningkatkan gravitasi disekitarnya.
"Ya, memang keduanya sangat imut" kata Zen sambil tersenyum, setelah melihat Tio menggeliat kesakitan saat ini.
Namun Myu yang saat ini berada digendongan Yue, sejak tadi sangat bingung dengan perkataan Papa dan wanita – wanita yang bersama Papanya tersebut, yang menyuruhnya memanggil mereka dengan sebutan Mama, yaitu tentang putri kedua.
"Ehm... Y-Yue Mama, apa mahsutnya dengan putri kedua yang dikatakan Papa tadi?" tanya Myu.
"Ah... tenang saja Myu-chan, Papamu mempunyai seorang anak perempuan dan mungkin berbeda satu tahun denganmu" kata Yue.
"Benarkah?" kata Myu.
Myu mulai membayangkan dia bermain dengan Kakak perempuannya saat ini setelah mendengar perkataan dari Yue tersebut, Namun raut wajahnya berubah setelah dia mengingat sesuatu saat ini.
"Ada apa Myu-chan?" kata Shea yang memperhatikan raut wajah Myu itu.
"Aku hanya merindukan Mama kandungku" kata Myu.
"Tenanglah Myu, Papa akan membawamu untuk bertemu dengan Mama kandungmu, tetapi kamu harus bersabar karena jarak rumahmu dari tempat ini lumayan jauh. Namun Papa berjanji akan membawamu kesana" kata Zen.
"Iya Myu-chan, lagipula kamu bisa menganggap kami Mamamu juga, terlebih lagi semua Mamamu pasti sangat sennag melihatmu, terutama mungkin One-chanmu" kata Shea menyemangati Myu saat ini.
"Baiklah" kata Myu yang akhirnya bisa menerima penjelasan dari Papa dan Mama barunya tersebut.
Disisi lain, saat ini Ilwa selaku pemimpin Adevnture Guild kota ini semakin dipusingkan dengan apa yang dibacanya saat ini. Semua berkas ini, menunjukan bukti keterlibatan beberapa orang bangsawan atas pergerakan bawah tanah kota ini.
"Yang satu belum selesai, sekarang bertambah satu lagi" gumam Ilwa.
Namun tiba – tiba saja, sebuah ketukan pintu ruangannya membuatnya menghentikan pekerjaannya tersebut. Ilwa langsung menyuruh orang yang mengetuk pintu tersebut memasuki ruangannya dan menanyakan keperluannya saat ini.
"Apa benar kamu sudah menyelidikinya secara menyeluruh? Itu 10.000 tubuh monster, bagaimana bisa hilang tanpa jejak apapun?" kata Ilwa.
Namun orang yang menghadap kepadanya itu, dengan tenang menjelaskan hilangnya sisa tubuh monster yang dibunuh Zen sebelumnya kepada Ilwa, sambil memberikan beberapa bukti menguatkan perkataannya tersebut.
"Baiklah, kamu boleh pergi" kata Ilwa.
"Apakah aku harus menugaskan kelompok Zen kembali?" gumamnya saat ini.
Disisi lain seorang wanita menggunakan pakaian biarawati menutupi seluruh tubuhnya, saat ini sedang mendengarkan bawahannya yang dia suruh mencari sesuatu saat ini. Dengan wajah dinginnya dibalik jubah yang menutup wajahnya, wanita itu mendengarkan dengan teliti saat ini.
"Baiklah, kamu boleh pergi" kata wanita tersebut.
Dari nada suara, memang tidak bisa mendeteksi perasaan wanita tersebut, karena nadanya juga sangat dingin mengikuti raut wajahnya.
"Apakah anomali itu yang melakukannya? Bahkan pihak Adventure Guild juga tidak bisa mendeteksi kejadia tersebut saat ini" gumam wanita tersebut.
Memang dia ditugaskan untuk menyelidiki sesuatu yang terjadi pada dunia ini. Tuan yang menyuruhnya, saat ini entah mengapa merasa sedikit cemas dengan apa yang sedang diselidiki oleh wanita ini.
Namun dia mendapatkan perintah baru, yaitu mengembangkan sebuah bidak yang potensial dengan memberikannya apapun yang dia inginkan sebagai gantinya. Wanita itu sudah menyelidiki orang yang akan menjadi bidak tuannya.
Namun dia juga tidak melupakan untuk memeriksa sebuah anomali. Tetapi Entah mengapa, sesuatu terus menghalanginya untuk mencari tahu pria tersebut, namun wanita itu tetap tenang, karena tuannya sudah menyediakan beberapa bidak untuk memancingnya saat ini.
Disisi lain, pihak Aiko yang berada di kota Ur, tiba – tiba saja ditarik menuju keibukota kerajaan saat ini. Aiko yang lainnya saat ini sudah mempersiapkan semua barang bawaan mereka untuk meninggalkan kota ini.
Aiko saat ini sudah menaiki kereta yang akan membawanya, sambil berpamitan dengan penduduk desa yang dengan berat hati melepaskan para pahlawan tersebut meninggalkan kota ini.
Akhirnya semua pahlawan beserta pengawal mereka sudah meninggalkan tempat tersebut, namun dari kejauhan seseorang dengan jubah menutupi seluruh tubuhnya sedang memperhatikan kegiatan tersebut.
Dengan sigap, orang yang mengawasi kegiatan tersebut mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya. Lalu tanpa berfikir panjang, dia mengaktifkan alat tersebut dan menggunakannya saat ini.
"Wanita itu sudah pergi dari kota Ur, ganti" kata orang yang mengawasi tersebut, sambil menggunakan sebuah alat untuk mengirim informasi kepada seseorang.
Selang beberapa lama kemudian, seseorang yang menerima transmisi tersebut membalasnya dan mengatakan bahwa informasi tersebut sudah diterima. Akhirnya pria tersebut memasukan kembali alatnya dan menyelinap untuk terus mengawasi kereta tersebut.
Saat dia beranjak, bisa terlihat sepasang telinga kelinci mencuat dari balik jubah yang menutupi kepalanya tersebut.
"Kuharap informasi tersebut berguna bagi Jenderal"