webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
275 Chs

Menarik

Zen saat ini masih didalam ruangan dimana Yuna dirawat. Bahkan dia menyaksikan langsung saat Yuna menatapnya dengan air mata yang jatuh dari matanya. Zen sendiri saat ini hanya terdiam sambil memperhatikan Yuna yang saat ini sedang menghapus air matanya.

"Mengapa kau menangis Yuuna?" tanya Eiji setelah melihat temannya tersebut menghapus air matanya.

"A-Aku tidak tahu, tiba – tiba saja saat aku melihat Zen-san, air mataku langsung keluar." Kata Yuna.

"Lalu apakah kau merasakan sesuatu pada bagian bawah tubuhmu Yuna?" tanya Ayah Yuna.

"Sepertinya tidak, namun aku merasa sedikit gatal pada telapak kakiku tadi" kata Yuna.

Mendengar ini Ayah Yuna semakin tersenyum lebar dengan kabar tersebut. Bisa terlihat air mata keluar dari mata pria paru baya tersebut seakan dia sangat menantikan kesembuhan anaknya tersebut.

"Ayah akan berusaha untuk menyembuhkanmu Yuuna, jadi sabarlah oke" kata Ayahnya tersebut sambil memegang tangan anaknya tersebut.

"Baiklah Ayah" jawab Yuna.

Zen sendiri mendengar ini hanya tersenyum dengan interaksi Ayah dan anak tersebut. Namun sekarang dia malah memikirkan Yui yang saat ini sedang dia buatkan tubuhnya saat melihat interaksi anak dan Ayah tersebut.

"Oh iya Zen-kun, tumben kamu tidak datang kekelasku minggu lalu?" tanya Ayah Yuna saat dia sudah menyemangati Yuna.

"Ah.. aku ada urusan sedikit Shigemura-san, tapi aku akan mengikuti kelasmu besok" kata Zen.

Zen saat ini memang mengikuti kelas yang diajari oleh Ayahnya Yuna, yaitu kelas tentang anatomi tubuh manusia agar dia semakin mengerti tentang stuktur tubuh dalam membantunya memahami saat membuat tubuh Yui.

"Baiklah, kalau begitu aku harus kembali ketempat penelitianku untuk menyelesaikan alat ini" kata Ayahnya Yuna .

Lalu dia mulai merapikan peralatannya tadi dan mulai berpamitan kepada anaknya beserta Zen dan Eiji yang berada disana, lalu dia mulai beranjak dari tempat tersebut.

Tidak selang beberapa lama Zen juga sudah menerima pesan bahwa Sinon saat ini sudah selesai menjalani pengobatan dan menunggunya ditempat sebelumnya.

"Maafkan aku, sepertinya aku juga harus pamit dikarenakan temanku sudah menungguku" kata Zen.

Yuna sendiri membalas perkataan Zen dengan tersenyum dan mempersilahkan pria tampan itu meninggalkan ruangannya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dari dalam hatinya saat Zen hendak pergi meninggalkan dirinya.

"Baiklah, sampai jumpa Yuna, Eiji" kata Zen lalu dia pergi dari ruangan tersebut.

Eiji sendiri saat ini hanya menatap teman masa kecilnya tersebut dengan tangan yang dikepalkan saat melihat Yuna terus memperhatikan Zen hingga dia meninggalkan tempat tersebut.

"Takkan kubiarkan" gumam Eiji didalam hatinya.

.

.

Saat ini Zen bersama Sinon sedang duduk disebuah kedai makanan cepat saji untuk mengisi perut mereka berdua sebelum Zen mengantarkan Sinon kembali Apartemennya. Sinon sendiri saat ini sedang asik mengobrol dengan Zen hingga sebuah pesan muncul dismartphone mereka berdua.

"Suguha-chan mengajak kita untuk mengikuti sebuah event tentang pedang Excalibur Zen, apakah kau sudah mendapatkan pesannya?" tanya Sinon.

"Ya, aku juga mendapatkannya. Namun sepertinya aku tidak akan mengikuti event tersebut" kata Zen.

"Mengapa?" tanya Sinon.

"Aku ada sebuah urusan penting yang harus aku lakukan sekarang ini" jawab Zen.

"Kalau begitu aku juga tidak mengikutinya" kata Sinon.

"Mengapa? Bukannya bagus jika kau mengikuti event tersebut sambil mencari suasana baru?" tanya Zen.

"Aku hanya merasa canggung dengan wanita - wanitamu" gumam Sinon.

"Benarkah, atau kau hanya bingung dengan perkataan Yui tentang menjadi Mama barunya?" kata Zen menggoda Sinon.

"B-Bukan seperti itu Zen, lagipula bagaimana kau bisa mempunyai banyak pacar" kata Sinon dengan wajahnya yang merona.

"Karena aku mencintai mereka" balas Zen.

"Humph... dasar playboy" kata Sinon.

Akhirnya mereka mulai menyantap makanan mereka berdua dan Zen langsung mengantarkan Sinon kembali pulang ke apartemennya yang saat ini bisa dia tempati kembali.

Zen saat ini hendak kembali ke Alaska guna menyelesaikan urusannya, namun dia mendapatkan berbagai pesan yang mengajak dirinya mengikuti sebuah event didalam game Alfheim Online tersebut.

Seperti perkataan Zen kepada Sinon, dia menolak semua ajakan itu. Para wanita Zen saat ini sangat amat bingung dengan Zen saat ini, karena tidak seperti biasa Zen menolak saat mereka mengajaknya mengikuti sebuah event.

Namun para waita Zen memutuskan akan mengikuti Event tersebut dan mencari pedang tersebut dan akan menjadi hadiah kepada Zen nanti.

.

.

Seminggu sudah terlewati, saat ini Zen kembali berada dirumah sakit masih setia menemani Sinon untuk melakukan penyembuhan dari traumanya yang selama ini dia alami saat ini. Dan sekarang merupakan pengobatan terakhirnya dimana dia berhasil dinyatakan sembuh.

"Terima kasih Zen selama ini menemaniku" kata Sinon.

"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah masih seperti yang dulu?" tanya Zen memastikan bahwa temannya itu benar benar sudah sembuh.

"Tenang saja Zen, beberapa orang kemarin membawa senjata mencoba untuk menakutiku. Namun sekarang aku tidak takut melihat itu lagi" kata Sinon.

"Baiklah." Kata Zen yang turut senang dengan perkataan Sinon tersebut.

"Namun kau sangat aneh sekarang Zen, seperti sangat sulit untuk mengajakmu bertemu, menurut pacar – pacarmu yang mengatakannya kepadaku" kata Sinon.

"Benarkah?" tanya Zen.

Memang benar, Zen saat ini sangat fokus dalam membuat tubuh Yui, sehingga dia menolak sebagian besar permintaan wanita – wanitanya. Namun dia tetap mengikuti mereka jika mengajak dirinya berkencan.

"Aku hanya sibuk, tetapi aku pasti ada waktu jika kalian membutuhkan aku" kata Zen.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan Zen?" tanya Sinon.

"Kalau kamu mau tahu, jadilah wanitaku mungkin aku akan memberitahukan kepadamu" kata Zen menggoda Sinon.

"Hmph" gumam Sinon sambil membuang mukanya.

"Ah iya, kami mengundangmu memasuki game kali ini Zen, dan sekarang pastikan kau memasukinya karena kami mempunyai kejutan untukmu" kata Sinon.

Zen sebenarnya hanya ingin fokus untuk membuat tubuh Yui, namun menurutnya tidak ada salahnya untuk sekarang bersantai sejenak dan menikmati kehidupannya sejenak.

"Baiklah, aku akan masuk nanti" kata Zen.

"Oke" jawab Sinon.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang. Zen sendiri sudah tiba diapartemennya setelah mengantarkan Sinon dan mulai mengambil amuspherenya dan sekarang memasuki game yang selama ini jarang dia mainkan ini.

Bayangan karakternya akhirnya tiba didalam rumahnya yang berada didalam game ini. Ternyata semua wanitanya sudah berada didalam rumah ini termasuk Sinon yang sudah diantarnya tadi.

"Maaf kalau aku jarang bermain bersama kalian" kata Zen merasa bersalah setelah melihat wanitanya menantinya sampai saat ini.

"Tidak apa – apa Zen, kami mengundangmu hari ini karena kami mempunyai sesuatu untukmu" kata Asuna.

Lalu Lisbeth mengeluarkan sebuah pedang emas yang mereka susah payah dapatkan dari sebuah event dari game ini, dan memberikannya kepada Zen. Zen sendiri saat ini sangat senang dan memutuskan bekerja sekeras mungkin untuk mewujudkan tubuh Yui sebagai balasan kepada mereka semua.

"Terima kasih" kata Zen memeluk wanita – wanitanya. Sinon sendiri masih berdiri disana, namun sebuah tarikan tangan mungil menariknya dan mengajaknya untuk ikut dalam pelukan tersebut.

Mereka semua yang berada diruangan itu saling berpelukan hingga Zen menatap mereka dan berkata.

"Tunggulah hadiah dariku"