webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
275 Chs

Member baru

Silica yang melihat pertarungan Zen dari belakang, sangat terpukau akan kehebatan Zen. Terlebih lagi saat membantai semua player yang menyerangnya. Namun sesuatu membuatnya mengawatirkan Zen.

"K-Kau tahu tuan pendekar, jika kau melukai seseorang, maka kursormu akan berubah, dan semua player akan mencemoohmu" kata Rosalia dengan senyum jahatnya.

Zen lalu tersadar, bahwa melukai player lain juga dapat merubah kursornya. Dan saat ini kursornya sudah berubah menjadi kuning, karena menebas player lain.

"Biar kuperjelas Rosalia-san, walaupun aku berada disuatu kelompok sekarang, kelompok itu hanya berisikan aku dan pacarku. Jadi aku tidak peduli menjadi player dengan kursor kuning beberapa hari kedepan. Dan lagi, aku sudah terbiasa mendengar orang mencemoohku" kata Zen dengan nada dinginnya.

Mendengar ini Rosalia mulai menjatuhkan senjatanya menandakan dia menyerah. Lalu Zen mulai menyarungkan pedangnya dan menyeret Rosalia menuju ketempat anggota kelompoknya yang sudah dibantai oleh Zen sebelumnya.

Setelah memastikan mereka berkumpul, Zen menggunakan kristal yang diberikan oleh ketua guild yang menginginkan pembalasan dendam kepada anggotanya dan menteleport semua kelompok pembunuh itu ke penjara.

Setelah semua sudah selesai, Zen mulai berjalan menuju Silica yang masih berdiam sambil memegang kristal teleportasinya.

"Maafkan aku Silica, aku melibatkanmu kedalam sebuah masalah" kata Zen yang tiba didepannya.

"Aku tidak apa - apa Zen-san, aku malah berterima kasih karena kamu membantuku sampai sekarang" kata Silica

"Kau tahu Silica, aku sebenarnya memanfaatkanmu. Aku sengaja mendekatimu untuk memancing para kelompok pembunuh itu" kata Zen.

"Mm-Mm" gumam Silica sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku sudah biasa dimanfaatkan Zen-san. Tetapi kamu berbeda dari beberapa orang yang memanfaatkanku" kata Silica.

"Berbeda?" tanya Zen

"Iya, karena biasanya orang yang memanfaatkanku, hanya mementingkan keuntungan mereka sendiri tanpa mementingkan keuntunganku. Namun berbeda dengan dirimu Zen-san, kamu selalu memperlakukanku dengan baik, dan juga..." Kata Silica, namun dia ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Dan juga?" tanya Zen sekali lagi

"D-Dan juga kamu sangat tampan" kata Silica dengan suara yang pelan sambil menundukan kepalanya untuk menyembunyikan perasaan malunya.

"Baiklah.. Baiklah. Bagaimana jika sekarang kita kembali ke penginapan untuk menghidupkan kembali sahabatmu" kata Zen sambil mengusap kepala Silica yang sedang tertunduk.

"T-Tapi kursormu Zen-san?" kata Silica yang melihat kursor Zen berubah menjadi kuning.

"Kenapa dengan kursorku, itu hanya berubah kuning" kata Zen santai.

"Tetapi Zen-san, jika kau memasuki kota dengan kursor seperti itu, orang - orang akan mencemoohmu dan mungkin akan menyerangmu" kata Silica yang khawatir dengan keadaan Zen.

"Kalau begitu, bagaimana jika nanti kamu masuk kota sendiri dan aku akan memasuki kota dengan cara menyelinap. Tidak akan menjadi masalah, kan?" kata Zen kemudian.

"T-Tapi..." gumam Silica

"Sudahlah, aku yakin tidak terjadi masalah apapun" kata Zen sambil mencoba meyakinkan Silica.

Setelah Silica menyetujui rencana itu, mereka berdua akhirnya mulai meninggalkan tempat itu menuju kota dimana Silica tinggal.

Setelah sampai didekat pintu masuk kota, seperti rencana awal, Silica mulai memasuki kota itu sendiri menuju ketempatnya menginap dan Zen akan menuju kesana setelah Silica sampai dipenginapannya.

Sambil menunggu, Zen mulai mengirim pesan kepada Asuna dan memberitahu apapun yang Zen alami termasuk memberi tahunya tentang warna kursornya yang berubah.

Sebenarnya Asuna tidak mempermasalahkannya, namun karena Zen tidak mau karena kursornya berubah, permasalahan ini berimbas kepada Asuna. Jadi Asuna menyarankan bahwa Zen akan berkeliaran sendiri sambil menunggu kursornya berubah hijau, lalu kembali ke garis depan.

Namun Zen memiliki rencana lain. Zen lalu memberitahukan rencananya itu kepada Asuna, Asuna yang melihat rencana ini langsung menyetujuinya. Lalu Asuna berpesan berhati - hati dan mengakhiri percakapan mereka.

"Baiklah, sepertinya Silica sudah sampai dipenginapannya, saatnya aku mulai menyelinap" kata Zen lalu mengambil sebuah jubah hitam dari penyimpanannya dan memakainya.

Dipenginapan, Silica yang sudah sampai merasa gelisah menunggu Zen. Namun kegelisahan itu tidak berlangsung lama, dikarenakan Zen yang sudah sampai didepan kamarnya dengan selamat.

"Bagaimana? Amankan?" kata Zen setelah masuk kamar Silica dan melepaskan jubahnya yang dipakai untuk menutupinya dan dibalas senyuman oleh Silica.

"Baiklah, sekarang keluarkan bunga itu dan mari menghidupkan kembali sahabatmu" kata Zen.

"Baiklah" balas Silica.

Lalu Silica mulai mengeluarkan bunga Pneuma yang mereka dapatkan sebelumnya dan tidak lupa dia menngeluarkan sebuah bulu yang merupakan bulu dari sahabatnya Pina dari dalam penyimpanannya.

Lalu Silica mulai meraih bunga tersebut dan mendekatkannya kepada bulu sahabatnya. Bunga itu lalu mengeluarkan setetes air dan mulai menetes kearah bulu tersebut.

Lalu bulu Pina mulai bercahaya dan cahaya itu mulai berubah menjadi bentuk naga biru kecil yang merupakan sahabat Silica yaitu Pina

Melihat sahabatnya berhasil dihidupkan, Silica tanpa pikir panjang langsung memeluk naga kecil tersebut. Melihat ini Zen hanya tersenyum dan membiarkan mereka berdua melepaskan kerinduan mereka masing - masing.

"Pina" kata Silica yang sedang memeluk sahabatnya itu dengan air mata yang membasahi pipinya.

Setelah beberapa lama mereka melepas rindu, Silica akhirnya tersadar bahwa ada orang lain yang berada diruangan ini yaitu Zen yang saat ini sedang tersenyum kearahnya yang saat ini sedang berada diseberangnya.

"Maafkan aku Zen-san, aku tidak bermahsut untuk mengabaikanmu" kata Silica dan dibalas cuitan dari sahabatnya pina.

"Hahahaha, tidak apa - apa Silica. Terlebih lagi kamu melihat sahabatmu mati didepanmu, jadi wajar jika kau sangat merindukannya" Balas Zen.

"J-Jadi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya Zen-san" kata Silica.

"Aku akan meninggalkan kota ini dan mulai menaklukkan beberapa dungeon sambil menunggu kursorku berubah hijau, lalu kembali kekelompok pengambil alih yang berada digaris depan" jawab Zen.

"Jadi kau akan pergi ya.." kata Silica sambil mencoba untuk memaksakan senyumnya untuk menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.

"Kelompok pengambil alih ya... Aku pasti akan membutuhkan waktu lama untuk bisa berada disana" kata Silica.

Mendengar ini Zen lalu menaruh tangannya kekepala Silica.

"Bagaiamana jika kamu bergabung kedalam kelompokku?" tanya Zen

"A-Apa.. t-tapi level kita terlampau jauh Zen-san" kata Silica.

"Bagaiaman dengan ini, kita akan meningkatkan levelmu hingga cukup untuk berada dikelompokku, sambil aku menunggu kursorku berubah menjadi hijau?" tawar Zen.

"a-aku a-aku" kata Silica tidak tahu harus menjawab apa. Silica sebenarnya sangat ingin mengikuti Zen tetapi dia takut akan menjadi beban bagi Zen.

"Tidak perlu khawatir Silica, kamu akan menjadi kuat dan dapat berpetualang bersama kami" kata Zen meyakinkan Silica yang tampak ragu - ragu.

"B-Baiklah, jaga aku mulai sekarang Zen-san" kawab Silica.

Zen lalu mengundang Silica kedalam partynya dan kelompoknya dan diterima oleh Silica dengan senyum yang menghiasi wajahnya.