Beberapa bulan telah berlalu, setelah pembantaian anggota guild yang diikuti oleh Kirito. Kirito dan Sachi memutuskan untuk terus melanjutkan hidup mereka dan memfokuskan diri mereka untuk menjadi kuat.
Sekarang hanya Kirito dan Sachi yang masih hidup dari kelompok tersebut. Dikarenakan ketua guild mereka yang pada saat itu sedang membeli rumah, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mendengar kabar bahwa sebagian besar anggota kelompoknya meninggal.
Melihat Ini, sebenarnya Sachi juga berniat untuk mengakhiri hidupnya juga. Namun berkat motivasi oleh Kirito akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan hidupnya dan memutuskan untuk menjadi kuat.
Akhirnya mereka berdua memutuskan membentuk sebuah party seperti halnya Zen dan Asuna dan mulai melanjutkan kehidupan mereka.
Sementara itu, Zen masih seperti biasanya. Hari - harinya hanya difokuskan untuk berburu, masuk dungeon dan masih mengikuti kegiatan kelompok pengambil alih, tentu saja bersama Asuna.
Pada saat ini, semua kota yang berada di setiap lantai sudah berubah dengan dipenuhi pernak pernik Natal. Hari ini merupakan tanggal 24 desember, dimana hari ini merupakan malam natal.
Rencananya, Zen akan mengakui perasaannya kepada Asuna yang sudah bersamanya selama ini, pada malam natal. Zen rencananya akan mengutarakan perasaannya dan mungkin mengajaknya menikah di game ini kemudian.
Saat ini Zen sudah menemukan tempat yang tepat dimana dia akan mengutarakan perasaannya. Zen sebenarnya tidak sengaja menemukan tempat ini dan memutuskan bahwa itu merupakan tempat yang tepat mengungkapkan perasaannya.
Saat ini mereka berada disebuah penginapan dan sedang menyantap makanan mereka.
"Asuna" panggil Zen.
Asuna yang mendengar namanya dipanggil hanya menoleh kearah Zen.
"Bagaiamana jika berkencan hari ini?" kata Zen
"Berhentilah bercanda Zen" kata Asuna yang merona sedikit.
Asuna sebenarnya sering diajak kencan oleh Zen, namun Zen mengajaknya hanya sebagai bahan rayuan dan candaan. Dan saat mereka mulai jalan - jalan berdua, Zen mengatakan mereka hanya menghilangkan penat mereka.
"Kali ini aku serius, bagaimana kalau kita berkencan hari ini?" kata Zen sambil tersenyum dan menatap Asuna dengan lembut.
Mendengar ini, jantung Asuna mulai berdegup kencang. Tidak seperti biasanya, Zen saat ini kelihatan sangat serius mengajaknya berkencan.
"Bagaiamana Asuna?" kata Zen yang melihat Asuna masih terdiam.
"B-Baiklah" kata Asuna sambil menyembunyikan wajahnya yang merona dengan menunduk.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana jika kita bertemu di pohon natal dipusat kota Myujen di lantai 49 sore ini?" kata Zen selanjutnya
Asuna yang masih menunduk mengiyakan permintaan Zen tersebut.
"Baiklah, sampai bertemu sore nanti Asuna." kata Zen lalu mulai meninggalkan meja dimana dia dan Asuna sedang sarapan.
Setelah Zen pergi, Asuna saat ini sangat bahagia. Karena ini adalah pertama kalinya Zen mengajaknya berkencan dengan serius dan terlebih lagi Zen mengajaknya berkencan saat malam natal.
Lalu Asuna tanpa pikir panjang langsung meninggalkan tempat itu dan pergi ke sebuah toko baju, untuk membeli sebuah pakaian yang akan dia kenakan saat berkencan bersama Zen nanti.
Sore yang ditunggupun tiba. Saat ini Zen yang menggunakan baju kasualnya yang berwarna serba putih sedang menunggu seseorang dibawah sebuah pohon natal di kota ini.
"Maaf membuatmu menunggu Zen" Kata seorang wanita memakai sweater putih dengan rok berwarna merah menghampirinya.
Penampilan wanita itu sangat mencuri perhatian, terutama oleh beberapa player yang berada didekat area itu.
"Aku juga baru sampai, Asuna" kata Zen dengan senyum yang terukir diwajahnya.
"Kamu terlihat sangat cantik hari ini, bagaimana kalau kita memulai kencan kita" kata Zen sambil mengulurkan tangannya kepada Asuna.
"Baiklah" kata Asuna bersemangat lalu mengambil tangan Zen.
Melihat pemandangan kedua orang itu, semua player disekitar sini sangat iri kepada mereka berdua.
Kencan mereka akhirnya dimulai. Kota ini sendiri merupakan tempat dari pusat perayaan natal didalam game ini, sehingga banyak stan yang buka menjual berbagai hal untuk memeriahkan perayaan natal dikota ini.
Zen dan Asuna sangat menikmati kencan mereka, walaupaun mereka hanya berkeliling sambil bergandengan tangan, tetapi mereka sangat menikmati momen mereka bersama.
"Apakah kau sudah mulai lelah Asuna?" kata Zen setelah mereka cukup lama mengelilingi tempat ini hingga hari sudah mulai gelap.
"Aku baik - baik saja Zen" kata Asuna yang masih menikmati keindahan kota ini yang dipenuhi oleh pernak pernik natal yang menghiasi malam bersalju ini.
"Bagaimana kalau kita mampir di sebuah kedai minuman dan beristirahat sejenak" kata Zen.
"Baiklah" jawab Asuna dengan senyumnya yang sangat manis.
Lalu mereka pergi ke sebuah kedai minuman dan memilih tempat dilantai atas untuk menikmati waktu mereka bersama sambil menikmati pemandangan dikota ini.
Setelah mendapatkan tempat yang diinginkan, Zen dan Asuna mulai memesan minuman hangat beserta beberapa cemilan, untuk menemani mereka yang sedang menikmati momen mereka berdua sambil memandangi keindahan kota ini.
"Bagaimana kencan hari ini Asuna?" tanya Zen setelah mereka memesan pesanan mereka.
"Karena ini pertama kalinya aku berkencan, mungkin kencan hari ini membuatku sangat bahagia." balas Asuna dibarengi dengan senyumnya.
"Bukannya aku selalu mengajakmu berkencan?" tanya Zen
"Apakah memperbaiki senjata dan mencari info tentang beberapa misi dan dungeon merupakan kencan Zen?" tanya Asuna dan dibalas tawa oleh Zen.
"Baiklah - baiklah, lain kali aku akan sering mengajakmu kencan seperti ini" kata Zen.
Mendengar ini, senyum Asuna semakin mekar dan mulai menoleh ke jendela sambil memandangi pemandangan dari balik jendela ini.
"Huh.. Sayang hari ini cepat berakhir" kata Asuna pelan namun perkataannya itu masih bisa didengar oleh Zen.
"Tenang Asuna, masih ada satu tempat spesial yang akan kita kunjungi" kata Zen.
"Benarkah" kata Asuna kembali bersemangat.
Akhirnya mereka berdua mengobrol ringan hingga malam mulai larut. Mereka berdua mulai mengobrol berbagai hal mulai dari Asuna yang bergosip sampai dirinya yang ingin memulai belajar skill memasak seperti keinginan Zen dulu.
Setelah melihat malam yang mulai larut, Zen memutuskan bahwa ini adalah saat yang tepat membawa Asuna ketempat yang sudah dia tentukan sebelumnya dan mengutarakan perasaannya.
"Baiklah Asuna, apakah kamu siap menuju destinasi terakhir dari kencan kita?" tanya Zen sambil meraih tangan Asuna.
Asuna yang mendengar ajakan Zen mulai menganggukan kepalanya dan mulai beranjak dari tempat itu dan mulai mengikuti Zen.