webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
275 Chs

Labirin Orcus

Setelah kejadian tersebut, para siswa yang terkejut dengan tindakan Zen mulai melanjutkan latihan mereka. Sebenarnya, hanya beberapa siswa yang mencemooh Zen, namun karena hasutan dari kelompok Hiyama, Zen dianggap seorang yang dingin hingga dia dijauhi seperti halnya Hajime, disekolah mereka.

Sedangkan Kouki akhirnya membantu Hiyama untuk berdiri, setelah perlakuan Zen sebelumnya yang membuatnya jatuh terduduk. Kouki lalu kembali ketempat latihannya, sedangkan Hiyama pergi kekelompoknya.

Setelah pelatihan mereka diarasa cukup, kapten Meld mulai mengumpulkan mereka semua saat ini. Hal ini membuat semua siswa bingung, karena biasanya mereka akan disuruh beristirahat dan membersihkan diri, lalu mereka akan dijamu makan malam.

"Baiklah, besok kita akan menjelajahi Libirin Orcus, guna meningkatkan kemampuan tempur kalian. Jadi pastikan kalian beristirahat yang cukup, dan persiapkan peralatan kalian yang telah diberikan kepada kalian sebelumnya" kata kapten Meld.

Lalu kapten tersebut mulai mengatakan beberapa kata, hingga mereka dibubarkan saat ini. Namun langkah Zen yang bersama Shizuku dan Kaori dihadang oleh Kapten Meld.

"Pahlawan Zen, bisakah kita berbicara sebentar?" kata kapten itu kepada Zen.

"Baiklah" kata Zen.

Akhirnya Zen menyuruh kedua teman yang bersamanya untuk pergi terlebih dahulu menuju kamar mereka masing – masing. Setelah mereka semua menghilang dari pandangan Zen dan Kapten Meld, akhirnya Kapten Meld mulai mengatakan sesuatu kepada Zen.

"Aku ingin bertanya pahlawan, apakah kamu akan mengikuti penjelajahan besok?" tanya Kapten Meld.

"Apakah orang seperti diriku yang tidak mempunyai kemampuan bertempur, bisa diikutsertakan?" tanya Zen kemudian.

"Memang pihak kerajaan dan gereja memilih membawa pahlawan yang difokuskan dalam bertempur, namun setelah melihat kemampuanmu tadi, aku berfikir untuk mengikutsertakanmu" kata Kapten Meld.

"Hmm... baiklah" kata Zen.

"Baiklah, lalu apakah kamu membutuhkan sebuah senjata? Karena pahlawan yang lain sudah mendapatkan senjata sesuai job mereka masing - masing" kata Kapten Meld.

"Kalau begitu bisakah kamu menyediakan aku sebuah pedang?" kata Zen kemudian.

"Baiklah kalau begitu, aku akan memberikanmu keesokan harinya saat kita akan berangkat" kata Kapten Meld.

Akhirnya Zen dipersilahkan meninggalkan tempat itu dan sekarang dia menuju kekamarnya untuk membersihkan dirinya saat ini. Selang beberapa lama, akhirnya dia pergi keruang makan, dan memakan makan malam yang sudah disediakan dan lalu kembali kekamarnya.

[Kakak mendapatkan sebuah Main Quest] kata Irene.

Zen yang masih berbaring, langsung bangkit dan duduk ditempat tidurnya tersebut dan mulai membuka sistemnya dan melihat Quest apa yang sedang dia dapatkan itu.

<Quest>

Main Quest:

[Menyelesaikan Labirin Orcus]

[Hadiah]

[EXP: 10.000]

[Store point: 2.000.000]

[Acc Point: 1000]

[Skill: Stealth]

Melihat hadiah yang didapatkan dengan menyelesaikan Quest itu, Zen sangat senang, karena semua hadiahnya sangat bagus saat ini. Akhirnya Zen menutup layar imaginer didepannya tersebut.

Zen mulai kembali membaringkan tubuhnya pada tempat tidur mewah dari kamar ini, namun tiba – tiba saja, terdengar suara ketukan berasal dari pintu kamarnya. Zen lalu bangkit dari tempat tidurnya, dan melangkah kearah pintu kamarnya tersebut.

Setelah dibukanya, dia melihat dua orang wanita yang saat ini datang kekamarnya serta membawa sebuah senjata.

"Aku sudah membawa pedangku Zen" kata Shizuku.

Lalu Zen mempersilahkan kedua wanita tersebut memasuki kamarnya, dan menyuruh mereka duduk pada meja yang terdapat pada ruangan tersebut.

"Baiklah, bisakah aku meminjam pedangmu?" kata Zen.

"Memang, apa yang akan kamu lakukan dengan pedangku Zen?" kata Shizuku, sambil dirinya menyerahkan pedangnya kepada Zen.

"Kamu tahukan skillku? Skillku merupakan skill yang dapat meningkatkan senjata" kata Zen.

"Lalu, apa yang akan kamu perbuat Zen?" tanya Kaori yang duduk disebelah Shizuku.

"Aku akan menanamkan sebuah skill kedalam pedangmu" kata Zen.

Mereka berdua akhirnya mengangguk dan menatap Zen yang saat ini memegang pedang dari Shizuku yang berbentuk menyerupai Katana. Zen perlahan menatap pedang tersebut, lalu menyentuh ujungnya.

Dengan sigap, Zen mengaktifkan skill enchantnya dan menambahkan elemen api kedalam samurai tersebut. Perlahan – lahan, pedang itu mulai bersinar merah mulai dari ujung pedang tersebut, menuju kearah bilahnya hingga sampai ditepi pegangannya.

Selang beberapa lama, akhirnya warna dari pedang itu berubah hitam, dan sinar merah sebelumnya mulai hilang, namun pada bilah pedang tersebut terdapat jalur seperti Rune berwarna merah mengelilinginya.

"Cobalah fokuskan manamu pada pedangmu itu Shizuku-san" kata Zen sambil menyerahkan pedang tersebut kembali kepada Shizuku.

Shizuku mulai berdiri dan menggenggam pedang tersebut, dan mengikuti perkataan Zen tadi. Bisa terlihat Rune yang mengelilingi pedang tersebut mulai menyala, dan pedang itu mulai panas.

"Untuk saat ini, tebasan pedang itu bisa mengeluarkan tebasan api, dan jika pedangmu mengenai musuh, mereka akan terbakar tergantung tingkat ketersediaan manamu dalam menggunakannya Shizuku-san" kata Zen.

"Benarkah?" kata Shizuku yang saat ini sangat senang dengan fungsi dari pedangnya itu.

"Tapi Zen, kudengar jika kamu melakukan Enchanting, kamu harus menguasai skill yang akan kamu terapkan pada objek enchantmu" kata Kaori.

"Yap, kebetulan aku bisa menggunakan skill api sederhana" kata Zen.

"Kalau seperti itu, seharusnya kamu menunjukan keterampilanmu itu Zen-kun, agar kamu tidak diremehkan" kata Kaori.

"Tidak apa – apa, kebetulan aku bukan tukang pamer. Dan juga aku akan mengikuti kalian besok" kata Zen.

"APA!" kata mereka berdua serempak.

.

.

Zen saat ini sudah berada dirombongan yang membawanya menuju ke sebuah labirin. Saat ini dia berjalan bersama Shizuku dan Kaori, yang saat ini menatapnya khawatir. Setelah Zen menceritakan bahwa dia ikut serta dalam serangan ini, mereka berdua sangat terkejut.

Mereka berdua berusaha keras melarangnya, karena menurut mereka Zen tidak cocok berada digaris depan. Namun Zen terus meyakinkan mereka bahwa dia akan melihat saja, tanpa ikut bertarung dan akhirnya mereka berdua mengijinkan Zen untuk ikut serta.

Bukan hanya mereka berdua, guru Zen yaitu Aiko juga terang – terangan melarang Zen ikut, namun dia tidak bisa menahan muridnya itu.

"Baiklah, inilah Labirin Orcus yang agung" kata Kapten Meld kepada semua pahlawan yang dibawanya.

Akhirnya mereka memasuki labirin ini. Perjalanan mereka sangat mulus, monster – monster dapat mereka kalahkan dengan mudah dengan intruksi dari kapten Meld. Sampai akhirnya mereka sampai dilantai 20.

Monster disisni cukup kuat bagi mereka, namun Kouki menunjukan dominasinya dan dengan cepat mengalahkan musuh – musuhnya dengan mudah. Akhirnya mereka tiba disebuah area, dimana terdapat kristal besar pada ujung area tersebut.

Menurut Kapten Meld, kristal itu sangat langka. Dan para bangsawan akan mencarinya untuk dibuatkan sebuah perhiasan untuk orang tercintanya. Cerita itu membuat hanyut para pahlawan yang sebagian besar adalah remaja labil.

"Itu sangat indah.." kata Kaori.

Mendengar perkataan tersebut, Hiyama yang perannya adalah pencari perhatian, memutuskan mengambil benda tersebut. Walaupun Kapten Meld mencoba menghadangnya, Hiyama tidak memperdulikan hal tersebut dan terus berlari menuju kristal tersebut.

Namun salah satu ksatria yang menjadi pengamat tempat itu berteriak panik saat ini.

"Awas! Itu merupakan Jebakan Kapten"