webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · อะนิเมะ&มังงะ
Not enough ratings
275 Chs

Heist

Disebuah tempat yang dipenuhi alat elektronik. Saat ini sebuah robot sedang menyalurkan sesuatu dari kepalanya, menuju kesebuah komputer yang berada dihadapannya saat ini. Bisa dilihat tabel progress bar pada layar tersebut sudah hampir selesai saat ini.

"Bagaimana Irene?" kata robot tersebut setelah semua yang berada pada Fluctlightnya berhasil dikirimkan.

[Sudah selesai Kak, semua tidak ada yang kurang. Saat ini kita hanya perlu mencuri semuanya dan memindahkannya kesini.] kata Irene.

"Baiklah, mari kita mengusir serangga terlebih dahulu" kata Zen.

Lalu tubuh robot tersebut akhirnya mulai menghilang ditempat tersebut dan kembali ke Ocean Turtle dimana dia berada sebelumnya saat ini.

"Putus semua konektifitas tempat ini dengan dunia luar saat aku memasuki dunia Underword lagi Irene." Kata Zen.

[Baiklah Kak, Irene pastikan tidak ada yang memasuki dunia itu selain Kakak sebentar lagi] kata Irene.

"Tapi sebelum itu.." kata Zen.

.

.

Diapartemen Zen, saat ini Seijirou terus menghubungi Asuna, perihal meminta bantuannya kepada Asuna untuk pergi kepusat penelitian Rath, yang berada di cabang Roppoggi. Asuna bersama wanita lain saat ini merasa bimbang dengan ini.

Asuna sudah mendengar semuanya, termasuk Fluctlight Zen yang dikatakan rusak saat ini oleh mereka. Asuna akhirnya memutuskan untuk pergi kesana bersama Suguha karena mereka meminta bantuan dua orang saat ini.

Asuna sudah berpakaian rapi bersama Suguha dan akan berangkat, namun suara ponselnya mengalihkan perhatiannya, karena nama pemanggil yang masuk pada posel tersebut membuatnya terkejut.

"Z-Zen?" kata Asuna.

Mendengar itu, semua wanita yang berada di apartemen Zen sangat terkejut. Asuna lalu mengangkat panggilan itu dan tidak lupa menggunakan pengeras suara, agar semua yang berada disitu dapat mendengarkannya.

"Z-Zen" kata Asuna menjawab panggilan tersebut.

"Yo.. Asuna, apakah kamu merindukanku?" balas suara dari telfon tersebut.

Walaupun suara yang berasal dari seberang panggilan itu seperti suara robotik, namun suara khas dari Zen bisa didengar dari sana.

"ZEN / ZEN-SAN/ PAPA!" Teriak wanita yang mendengarkan panggilan tersebut.

"Aku tidak punya waktu banyak, jadi bisakah kalian mendengarkanku saat ini" kata Zen.

Semua wanita yang berada disitu akhirnya mulai tenang, dan mulai medengarkan serta mulai memfokuskan diri untuk mendengar perkataan Zen tersebut.

"Pertama, pastikan kalian tidak meninggalkan tempat ini. Apapun yang terjadi, diamlah ditempat ini dan tunggulah aku kembali oke. Yang kedua, Yui.." kata Zen memanggil putrinya tersebut.

"Iya Papa" kata Yui yang sedikit mamajukan dirinya kedekat ponsel tersebut.

"Kamu ingat apa yang Papa ajarkan sebelumnya bukan?" kata Zen.

"Yang mana Papa?" kata Yui saat ini mencoba mengingat – ingat tentang apa yang dikatakan oleh Papanya tersebut.

"Tentang Alaska" kata Zen.

"Ah.. Yui ingat sekarang Papa" kata Yui. Zen memang sudah mengajarkan Yui, bagaimana cara keluar masuk Alaska sebagai tindak pencegahan, jika dia sedang dalam bahaya.

"Kalau terjadi sesuatu, bawalah semua Mamamu menuju kesana oke? Kamu paham cara membawa orang kesanakan?" kata Zen kepada putrinya tersebut.

"Yui hanya menyentuh orang tersebut dan melakukan hal seperti biasa kan?" tanya Yui.

"Yap, anak pintar. Jadi ingat oke, kalau ada hal yang berbahaya, ajak semua Mamamu kesana" kata Zen

"Baiklah Papa, Yui mengerti" kata Yui sambil tersenyum.

"Baiklah, karena waktuku tidak banyak, itu saja yang kusampaikan. Jadi pastikan kalian mendengarkan intruksiku, dan sampai jumpa" kata Zen lalu mengakhiri panggilan tersebut.

Semua wanita tersebut masih merenung, namun mereka semua mulai menatap seorang anak kecil, yang saat ini sangat bahagia karena mendapatkan tugas penting dari Papanya saat ini.

"Yui, bisakah kamu menjelaskan tentang apa yang Papamu katakan tadi?" tanya Asuna.

"Ra-ha-si-a!" Kata Yui sambil tersenyum.

.

.

Sedangkan di Ocean Turtle, Higa, Seijirou dan Rinko dan beberapa staff yang berada disana sangat bingung, karena mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan sekarang.

"Bagaimana dengan Asuna? Kalian sudah menghubunginya?" tanya Rinko.

"Aku sudah menghubunginya dan dia bilang dia akan bergegas kesana. Namun sampai saat ini, kantor cabang kita masih belum memberitahukan sesuatu kepada kita sampai saat ini, tentang kedatangannya kesana" kata Seijirou.

Namun disisi lain, seorang perawat saat ini masih setia menjaga tubuh Zen yang saat ini terbaring dan dikabarkan Fluctlightnya sedang rusak sampai saat ini. Namun tiba – tiba saja telfon ditempat itu berbunyi.

"Halo" jawab Aki setelah mendengar telfon itu berdering.

"Halo Aki-san, ini aku Zen." Kata Zen.

"Z-Zen, B-Bagaimana b-bisa?" kata Perawat tersebut.

"Tenanglah, pastikan pembicaraan kita tidak terdengar oleh siapapun" kata Zen.

Lalu Aki mulai melihat sekelilingnya, yang mana saat ini dia sendirian ditempat ini, namun ada beberapa pengawal dibalik pintu dari ruangan ini.

"Baiklah Zen, mengapa kamu menelfonku?" tanya perawat itu.

"Aku ingin saat diriku bangun nanti, kamu jangan memberitahukannya kepada siapapun" kata Zen.

"Apa mahsutmu Zen?" tanya perawat tersebut.

"Tolong bantu aku oke, turuti saja perkataanku tadi. Jika kamu membantuku sekarang, aku akan memberitahukan semua rahasiaku kepadamu" kata Zen.

Mendengar ini perawat itu merasa bimbang, apakah dia mengikuti perkataan Zen atau tidak saat ini. Namun tiba – tiba, Irene mengatakan sesuatu kepada Zen.

"Maafkan aku Aki-san, jawabanmu akan kutunggu saat aku sudah terbangun" kata Zen. Dan akhirnya panggilan itu terputus.

"Halo.. Zen! Zen! Halo.. Halo.." kata perawat tersebut setelah panggilan dari Zen terputus.

Namun beberapa pengawal mulai memasuki tempat itu setelah mendengar teriakan dari dalam ruangan ini.

"Ada apa Aki-san?" tanya salah satu pengawal disini.

"Ah, tidak aku baru saja menerima telfon dari ruang utama tentang kondisi Zen saat ini" jawab perawat tersebut.

Sedangkan di sebuah kontrol room dimana dikuasai oleh tim penyerang, saat ini seorang sedang mengotak atik komputer yang berada diedepannya, seakan melakukan sesuatu saat ini.

"Mengapa perasaanku bahwa aku sedang digiring oleh seseorang?" gumam pria tersebut.

"Ah.. paling perasanku saja saat ini" kata pria tersebut dan melanjutkan mengotak atik server dari tempat ini, untuk mencari cela sesuatu yang dapat dia gunakan untuk memuluskan rencana mereka menyerang tempat ini.

.

.

Disebuah ruangan, seorang wanita dengan jubah berkerudung sedang duduk bersantai sambil menjaga tuannya, yang saat ini masih terlihat seperti orang ling lung. Dia saat ini masih senang menatap wajah dari tuannya.

Sebenarnya dia ditemani oleh dua orang wanita, namun mereka memutuskan untuk kembali ketenda mereka.

"Bagaimana keadaan tempat ini Quenella?" tanya pria yang sedang dia perhatikan sedari tadi.

"Akhirnya kamu kembali Tuan" kata Quenella sambil berlutut didepan Zen.

"Kamu tidak perlu berlutut, berdirilah" kata Zen yang saat ini sudah beranjak dari kursi rodanya.

"Jadi apa yang kita akan lakukan sekarang Tuan?" tanya Quenella yang saat ini mulai bangkit mengikuti perkataan tuannya.

"Mari kita berperang"