webnovel

Your Touchy

Anna adalah seorang gadis yang kini sedang menyukai seorang pria bernama Keenan yang seorang penyandang tuna netra.   Walaupun begitu Anna tak gusar untuk berhenti menyukainya yang ternyata adalah seorang ahli pemain alat musik seperti biola dan piano.   Dia tetap teguh dengan rasa cintanya walaupun Keenan memiliki sifat angkuh dan dingin yang selalu mengacuhkan dirinya. Hal itu berbanding terbalik dengan sifat yang dia miliki.   Seiring berjalannya waktu, ketika mereka sudah saling suka dan saling mencintai ayah yang paling dibenci Keenan datang dan meminta tolong pada Anna secara diam-diam untuk membujuk Keenan agar mau melakukan operasi matanya agar dapat melihat.   Namun saat itu Keenan telah berprasangka buruk pada ayahnya menyangka memiliki niat buruk pada hubungan dirinya dan Anna. Sehingga dia berusaha menjauhkan Anna dari ayahnya.   Saat itulah terjadi konflik yang pelik. Dengan sentuhannya Anna berusaha meluluhkan Keenan agar bisa menjadi orang yang hangat dan mau melakukan operasi yang selalu dia tolak. Anna secara diam-diam beberapa kali melakukan pertemuan rahasia dengan ayahnya Keenan untuk membicarakan perihal kesehatan mata Keenan. Hal itu membuat Keenan marah ketika dirinya tahu Anna melakukan pertemuan rahasianya dengan Ayah Keenan. Keenan tak suka jika Anna mencampuri urusan pribadinya apalagi tentang keluarganya. Hal itu membuat hubungan keduanya menjadi terganggu dan hampir terputus atau dapat dikatan di ujung tanduk.

Naomi_Grizella · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
1 Chs

Pertemuan Pertama Kali

Dipagi hari yang cerah, Anna sudah duduk berhadapan dengan laptopnya denan rambutnya sengaja diuraikan sambil menaikan satu kakinya ke atas kursi.

Tangannya menari indah di atas papan ketik menuliskan untaian demi untaian kalimat yang tersusun dengan indah dalam sebuah paragraf yang dia susun menjadi cerita yang dia di sebuah novel online.

Mulutnya sibuk mengulum permen loli kesukaan dirinya sebagai perubah suasana hatinya yang sedang galau melanda.

Kepalanya goyang ke kiri dan ke kanan mengikuti irama musik irama yang keluar dari headphone yang menempel di kedua telinganya.

"Ah, selesai!" serunya sambil mengeluarkan permen loli dari mulutnya dengan senyuman yang indah di ujung bibirnya.

Kemudian mengarahkan kursor tanda panah pada tombol kirim.

Senyumnya semakin mengembang mengartikan jika tugasnya untuk memenuhi permintaan para pembacanya dalam menyelesaikan cerita dengan sehari beberapa bab kini sudah terpenuhi.

Kemudian beranjak dari duduknya untuk berganti pakaian karena hari ini adalah hari berbelanja bulanannya. Tangannya bergerak membuka pintu kulkas untuk mengecek bahan apa saja yang berkurang dan juga kosong di dalamnya.

Kepalanya mengangguk-angguk mengingat-ingat apa saja yang harus dia beli. Kemudian tangannya mengambil buku dan juga pulpen untuk merekam apa saja yang dia butuhkan agar tak lupa saat membeli nanti di toserba.

Usai semuanya dicatat Anna beranjak dan membawa tas ranselnya juga ponselnya yang tak pernah dia lupakan ke mana pun dia pergi. Selain sebagai alat komunikasi ponsel itu juga sebagai alat bantu arah untuk dirinya yang sering tersesat di tengah kota.

Itu dia lakukan karena mengidap penyakit spatial atau sering disebut penyakit 'disleksia' dia akan kesulitan untuk mengingat nama jalan atau tiba-tiba saja lupa arah kiri dan juga kanan.

Di dalam pusat perbelanjaan Anna mulai mengeluarkan secarik kertas yang tadi dia sobek sebagai daftar catatan barang apa saja yang dia butuhkan untuk satu bulan ke depan. Dia mulai berjalan dari satu rak ke rak yang lainnya bersamaan dengan troli yang dia dorong.

"Heum ... kayaknya lumayan udah semua aku beli!" katanya yang berbicara pada dirinya sendiri.

Usai semua barang yang dia butuhkan terkumpul dia langsung dengan segera berjalan ke arah kasir untuk menjumlahkan berapa banyak harga yang harus dia bayar.

"Eh Mbak sebentar saya mau ambil satu barang lagi!" kata Anna yang langsung berlalu begitu saja tanpa memperhatikan jika antrian yang ada di belakangnya lumayan banyak dan membuat beberapa orang kesal dengan sikapnya yang seperti itu.

Hal itu membuat yang antri mendumel karena kesalnya pada Anna yang seenaknya.

"Nah itu dia!" serunya ketika melihat barang yang hampir dia lupakan. Yaitu sebuah sendal rumah dengan model berbulu bermotif kelinci bertelinga panjang di bagian punggung kaki.

Bruk!

Tak sengaja Anna menabrak seorang pria yang tengah berdiri sendirian di sisi rak sendal yang akan dia ambil. Pria itu terjatuh ke lantai.

"Aduh?!" bingung Anna yang baru menyadari jika dirinya menabrak seorang pria hingga terjatuh.

"Ah, ma-maaf!" kata Anna yang langsung membantunya untuk berdiri. Dia sudah melupakan sendal yang dia ingini.

"Tak perlu!!" katanya membentak dengan menepis tangan yang dijulurkan Anna padanya.

Pria itu terlihat meraba-raba lantai dengan telapak tangannya ke segala arah.

Anna agak sedikit terkejut mendapati tangannya yang langsung ditepis olehnya. Namun ada yang membuat Anna lebih heran namun kali ini membuat seperti merasakan hal yang tak biasa di hatinya.

Mata pria itu terlihat tak menggerakkan pupilnya. Bahkan matanya cenderung kaku dalam menerima respon yang ada dihadapannya. Tatapan matanya terlihat jelas sekali jika itu kosong.

Dengan segera Anna langsung bisa menyimpulkan jika pria yang ada di hadapannya itu adalah pria penyandang tuna netra.

Menyadari hal itu Anna langsung mengambilkan tongkat yang sempat terlempar karena tubuhnya yang tak sengaja menabrak pria itu.

"Ini!" kata Anna yang langsung mengarankan tongkat pada tangan pria yang masih duduk di atas lantai dengan tangan yang masih terus meraba lantai mencari tongkatnya.

"Ah, iya makasih!" ucapnya dengan nada yang datar.

Punggung tangannya yang sudah merasakan sentuhan dari tongkat miliknya dia langsung menyambarnya dan berjalan pergi dengan dibantu tongkatnya dengan jalan yang sedikit agak terburu-buru.

"Tunggu!" panggil Anna yang berjalan mengejarnya.

Namun pria itu malah mengacuhkan panggilannya. Dia terus berjalan dan tak membalikkan tubuhnya.

"Tunggu sebentar!!" ucap Anna sekali lagi yang langsung menghadang jalan pria buta itu dengan lari yang kencang hingga membuat napasnya menjadi terengah-engah.

"Ada apa? Apa kamu mau mendorong saya lagi?" kata pria itu dengan nada yang ketus membuat Anna mengulumkan bibirnya karena merasa bersalah belum meminta maaf padanya.

"Tidak! Bukan seperti itu, aku hanya ingin mengembalikan ponselmu!" kata Anna yang segera menyimpankan ponsel milik pria itu ke dalam saku jaket tebalnya. Ponsel itu cukup tua namun terlihat jelas canggih karena bisa mengucapkan nama yang melakukan panggilan pada dirinya.

"Hallo?" katanya mengatakan pada panggilan yang baru saja masuk dan menjawabnya hanya dengan menekan pada satu tombol yang sudah dia kenal untuk menjawab telepon.

Pria yang di depannya itu menerima panggilan telepon tanpa memperdulikan Anna yang ada di depannya.

Akhrinya Anna pun kembali ke kasir. Terlihat banyak sekali orang yang mengatri.

Anna langsung menundukkan kepalanya, dia menyadari jika antrian itu disebabkan oleh dirinya yang terlalu lama mengambil barangnya yang tertinggal.

"Ah, terima kasih! Maaf semuanya!" seru Anna sambil merundukkan setengah tubuhnya pada orang-orang yang rela menunggu karena dirinya.

"Mbak lain kali jangan belanja di sini lagi!" hardik salah satu pelanggan yang juga dibuat menunggu karena dirinya.

Anna hanya bisa tersenyum. Dia tak bisa marah karena memang dirinya yang telah berbuat salah.

Usai keluar dari pusat perbelanjaan itu. Tak sengaja dirinya kembali bertemu dengan pria buta tadi yang dia tabrak di dalam pusat perbelanjaan.

Wajah Anna mengembangkan senyumannya. Dia menatap pria buta itu seperti dia tengah melihat seorang idola yang sangat dia gemari.

Matanya berbinar dan hatinya sedari tadi tak bsia berhenti berguncang dan berdetak sangat cepat dari biasanya. Anna memfokuskan pandangannya ke arah pria yang sedang berdiri dengan sebuah tongkat sebagai penunjuk arahnya.

Perlahan dia berjalan mendekati pria buta itu. Dengan wajah yang diam-diam tersenyum karena tak kuasa menahan rasa suka citanya karena sedang dekat dengan seorang pria yang dia gemari dan juga sukai saat ini.

Kini Anna berdiri berderet di samping pria itu. Terhirup aroma cologne yang dipakai pria itu.

Tiba-tiba saja hujan deras turun mengguyur bumi. Anna memundurkan langkahnya agar tak terkena cipratan air hujan yang terpantul dari tanah ke arahnya.

Namun tidak bagi pria buta tersebut. Dia malah menengadahkan tangannya ke arah tetesan air hujan sehingga membuat telapak tangannya basah hingga mengenai kemeja panjangnya yang sampai ke pergelangan tangannya tersebut.

Tetesan air itu tak hanya membasahi tangan pria itu saja namun jgua sepatu yang dia kenakan juga ikut basah karena lalu dekat dengan sumber air.