webnovel

Kamu

Cinta telah mengajarkan ku berbagai hal, mengajarkan tentang bahagia yang harus dibagikan, tentang kesakitan yang harus disembuhkan. Dan banyak hal yang membentuk hidupku hingga tiba pada suatu titik, aku harus mengikhlaskan. Perjalanan kita bukan hanya tentang masa lalu yang indah atau menyakitkan, kita telah melewati setiap fase untuk menjadikan diri kita lebih dewasa. Salah satunya mencintai mu adalah keputusan yang bukan hanya mengajarkan ku berkomitmen dalam prinsip-prinsip yang selama ini aku bangun dalam keegoisan. Kamu adalah harum yang tak hilang dalam dekapan malam yang gelab, kamu adalah kebencian yang ditanam dalam pandangan orang-orang tapi kesayangan dalam kacamataku yang aku sebut kenyamanan. Kita tak sama dengan kebanyakan orang, orang-orang selalu merasa kasihan dengan ku karna telah masuk dalam kehidupan mu, tapi aku tak pernah menyesal untuk itu, aku sendiri yang datang dan ingin tetap tinggal dalam cinta yang membawa dalam kehangatan.

Segala rasa sakit yang kau rasa hanya aku yang bisa mengartikannya pada mereka, walauku tau mereka tak akan pernah bisa mengerti setiap masa sulitmu. Penyakit kanker darah yang kau derita, bukan hanya hal mudah untuk melewati itu. Kamu sama dengan kebanyakan orang tak ingin dikasihani karna sakit yang derita, tapi aku mencintai mu bukan karna kesehatan atau karna kesakitan yang kau derita, aku mencintai mu dengan segala kelebihan dan kekurangan mu. Kamu adalah alasan ketika aku harus membuka mata dari lelap tidurku yang panjang, kamu adalah hal yang terindah yang pernah ku miliki, meski penyakit ini adalah bagian dari mimpi buruk yang seharusnya tak pernah ada. Terlalu banyak mimpi indah yang kita tanam hingga kita lupa bahwa mimpi-mimpi itu bisa saja sirna.

Kau terbaring kaku di tempat tidur mu, masih dengan segala perlengkapan yang katanya mampu untuk menyembuhkanmu. Aku terdiam tak bersuara, dan air mataku tak bisa ku tahan, bahwa ada luka ketika aku sadar bahwa aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu. Kamu jauh berbeda dengan dulu, yang selalu bersemangat meyakinkan ku dikala semua orang tak percaya dengan ku, kamu yang selalu ada dalam hari-hari terindah bahkan hari terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Sementara aku sekarang ini tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mu, dari bayang-bayang maut yang akan mejemputmu. Tuhan jika boleh meminta dalam keegoisan diriku, biar aku saja yang menanggung segala rasa sakit yang dia rasa, biar aku saja yang berada diposisi dia. Karna sudah telalu lama dia merasa sakit, terlalu banyak luka yang pernah singgah dalam hidupnya, yang aku sendiri belum tentu mampu untuk melewati itu, yang aku sendiri terkadang tak sepenuhnya bisa mengobati lukanya itu.

Hari yang aku takuti kini tiba, kamu benar-benar pergi meninggalkan ku untuk selamanya, kamu tak akan pernah bangun dari tidur panjang mu, yang selalu menakutkan bagi ku disetiap aku memejamkan mata. Aku jauh dari kata siap, akan nyata yang tak pernah sama dengan harap, aku membenci hari ini, aku membenci perpisahan yang kamu tinggalkan aku dalam kesendirian. Aku membenci semua yang pernah ada dalam hidupku, dan kehilangan mu adalah hal yang teramat sangat aku benci. Aku tak sanggup membayangkan hari tampa mu, melewati dengan kesendirian, dan mulai saat kehilangan mu, adalah hari terkecam yang pernah aku tau. Kamu yang berjanji akan melewati mimpi indah yang pernah kita rangkai, tapi kenapa kini kamu pergi bersama mimpi buruk yang tak pernah terlintas dalam benak ku.

Tuhan apakah kau lebih mencintainya, dari pada cintaku kepadanya, apakah kau juga mencintaiku dengan perpisahan ini ? , begitu banyak pertanyaan dalam benak ku yang aku sendiri tak mampu untuk menjawabnya. Hari-hari ku terasa teramat buruk, aku tak bisa berpikir dengan jernih, aku masih saja mencoba untuk mengatakan pada diriku bahwa yang terjadi hanyalah mimpi, bahwa ini bukan nyata, tapi hidup tidak bisa membohongi. Kamu benar-benar telah pergi untuk selama-lamanya, kini aku berada dikamarmu, yang masih tertata rapi dengan indah, masih tercium bau tubuhmu, seakan kamu hadir dan memelukku, hanya ditempat ini akau merasakan kehangatan yang selalu aku rindukan. Aku masih membayangkan kau yang masih sibuk dimeja belajarmu, dengan segala tetek bengek yang kamu bilang obsesi itu harus di kejar, yang kamu bilang ini bukan hanya mimpi tapi perwujutan dari cinta akan dirimu. Entahlah yang aku bilang kamu terlalu gila dengan obsesi yang menurutku, terlalu dini untuk menyebutnya itu karya, tapi tak pernah mematahkan semua mimpi-mimpi mu, aku yang selalu berada dibelakang mu menyemangati dan mendoakan yang tebaik untuk cita-cita yang kau bilang bukan hanya sekedar cita-cita lebih tepatnya wujud nyata dalam diri.

Ya kamu lah dengan segala mimpi-mimpi yang selalu kamu tunjukan pada dunia, meski dunia kadang tak sepunuhnya menerima mu, tapi percayalah bahwa aku selalu menerima disetiap sendi-sendi keraguan yang diberikan dunia untuk mu. Kala kamu dilecehkan dunia akulah orang yang pertama yang selalu berada di depanmu, dan katakan jangan pernah menyerah. Dan aku selalu percaya bahwa kamu selalu bisa bangkit, dan itu memang benar, kamu tunjukkan pada dunia bahwa kamu bisa memberikan sutu obsesi yang kadang diragukan orang-orag itu. Dan akhirnya kamu mewujudkan mimpimu, kamu berhasil menerbitkan karya mu, buku pertamamu yang kau sebut api semangat mu, yang aku sebut keberuntungan mu. Waktu bergulir begitu cepat, kamu disibukkan dengan segala aktivitas show yang harus membuatmu meninggalkan ku dalam rentang waktu yang begitu lama, yang selalu kamu tegaskan hanya sebentar saja. Aku tak pernah mempermasalahkan hal itu, namun terkadang aku merasa menjadi nomer dua obsesimu yang kamu bilang kamu sedikit lagi bisa mewujudkan. Dan aku selalu percaya bahwa kamu pasti bisa, bahwa mimpi mu bukan hanya sekedar mimpi, bahwa kamu mampu untuk memberikan yang terbaik. Dan memang benar, kamu telah sampai pada titik puncak itu, hingga pada suatu masa aku merasa bahwa kamu mungkin telah lupa.

Hingga sampai pada suatu malam aku tak bisa lagi menahan amarah yang memuncak didadaku, bahwa aku sekarang bukan lagi menjadi prioritasmu. Aku marah, aku kecewa dengan keadaan, lebih tepatnya aku kecewa pada diriku. Malam itu kita bertengkar hebat, tak pernah aku lihat kamu semarah itu, dan tak pernah aku menjadi lengah akan kemarahan mu, tapi aku benar-benar tak bisa menahan lagi. Kamu selalu berdalih, obsesi ini untuk ku, tapi aku selalu merasa aku tak pernah benar-benar ada dalam obsesimu. Kamu hanya gila dengan pekerjaanmu, yang telalu cinta akan dunia mu, hingga kamu lupa bahwa ada aku yang telah jauh lebih lama menunggu mu. Aku menangis, kamu pergi meninggalakan ku dengan kemarahan dan kekecawaan, dimana aku ingin sekali melawan egoku, menarik mu untuk tetap tinggal bersama ku. Namun aku benci sebencinya akan dirimu dan kecewa akan hal bodoh yang pernah aku lakukan. Tolong jangan tinggalkan aku sendiri dalam keboodohan ini, ku mohon kembali. Tapi kamu benar-benar pergi dan meninggalkan ku dengan kemarahan yang kamu sebut kekanak-kanakan.

Hampir 3 hari bagimu dan diri ku untuk menintropeksi diri masing-masing, hingga pada akhirnya kamu sendiri datang kepada ku dan meminta maaf akan segala egoismu. Aku tak mampu menahan kerinduan yang teramat dalam kegundahan akan takut yang berlebihan, aku hanya mampu memelukmu dan menangis dalam dekapan hangat tubuh mu. Aku telah menyadari bahwa aku tak akan pernah bisa pergi jauh dari mu, dan aku tau bahwa kamu sangat menyayangiku. Maafkan aku akan segala keegoisan ku, aku telah kembali memahamimu dengan segenap cinta dan kasih yang mungkin waktu itu hilang di telan keegoisan diri kita masing-masing. Kamu kembali mengejar dan sibuk dengan aktivitasmu, yang aku sendiri harus bisa memahaminya dan mengrti.

Hari-hari mu kembali sibuk degan aktifitas promosi buku baru, show keluar kota, kadnag kala kamu juga mengajak ku. Walau kadaang aku tak akan memberikan dampak yang baik bagi pekerjaan mu, justru merepotkan kamu. Pernah suatu hari kamu show diluar kota dan mengajak ku, dan aku memutuskan untuk ikut dengan alasan akau ingin belibur dan tidak akan menggangu kesibukan mu. Justru akulah yang membuat acara mu kacau, karna aku nekat pergi dari hotel dan memutuskan untuk jalan-jalan sendiri dan aku malah nyasar sendiri dan kamu sibuk mencari keberadaan ku. Hingga akhirnya kamu harus menunda acara mu, demi mencari aku yang nyasar entah dimana. Aku tau aku hanya akan menyusahkan mu, besok-besoknya aku tak ingin mengganggu mu dengan pekerjaan mu, aku hanya akan mengabari mu sekedar bertanya apakabar mudan jangan lupa makan jaga kesehatan via BBM dan nanti setelah pekerjaan mu selelsai kamu selalu mengabari ku dan selalu menceritakan kepadaku betapa kamu sangat bahagia dengan pekerjaan mu. Tapi tidak dengan ku, aku merasakan jauh dari mu, merasa kamu tak ada lagi waktu untuk ku, namun aku harus menghilangkan pikiran-pikiran seprti itu. Aku hanya bisa berdoa semoga kebahagian mu juga kebahagian ku.