webnovel

Yakin Karena Istikharah

Ketika seorang gadis ngigo berjalan dan tanpa sengaja tidur dengan tamu sang Ayah. Membuat gadis bernama Danisa Zahira langsung dilamar oleh pemuda itu, pemuda yang baru saja dikenalnya. "Ini hanya kesalahan kecil. Apa kamu seyakin itu?" "Saya sangat yakin dengan niat saya menikahi Danisa, jawaban istikharah membuat saya sama sekali tidak ragu," kata pemuda tampan itu. "Segala keputusan ada di Danisa sendiri. Beri kami waktu." "Baik kalau seperti itu. Saya akan menunggu jawabannya." Mendengar penuturan itu, dan pemuda itu pamit. Danisa meminta ayahnya menunjukkan bagaimana seluk beluk keluarga pemuda bernama Farhan agar dapat menentukan jawaban dan yakin akan menolak atau menerima lamaran itu. Apakah Danisa akan menerima lamaran itu?

Ririnby · สมัยใหม่
Not enough ratings
162 Chs

Teman Positif

Pagi ini tanah masih basah karena hujan baru berhenti, Farhan mengayun sepeda, ia berangkat sekolah bersama teman-temannya.

Pemuda ini walau sederhana tapi ia sangat keren, ia juga di gadang-gadang sangat mirip dengan artis Aliando, kata teman-temanya.

Perjalan 1500 KM ia tempuh dengan sepedanya, bersama tiga teman yang biasa menemaninya.

"Far, ada siswi baru lho, namanya Annisa doi (bahasa bugis yang berarti dia) dari palu, weh, cantik banget Far." Hasan memuji Siswi baru yang memang terkenal cantik.

"Hasan, Hasan semua kamu bilang cantik, dasar bucin," sahut Aldi teman Farhan juga.

"Awas kau Aldi, kalau lihat kamu so pasti suka " tegur Hasan dengan logat Bugis.

"Memang kapan kamu lihatnya?" tanya Aldi, Farhan hanya menyimak pembicaraan kedua temannya.

"Kemarin, saat daftar dia keponakan dari Pak Supriadi, kata teman-teman dia mirip dengan Artis, we....manis sekalie ..." jelas Aldi yang belum berhenti memuji siswi baru itu Farhan hanya mendengarkan.

Rantai sepedanya lepas.

"Ayo Far!" panggil Aldi

"Duluan jo," titah Farhan ia turun dan teman-temanya duluan. Farhan jongkok dan membenahi rantainya.

Ada mobil lewat, ban besarnya menindih genangan air dan Farhan pun terpecik noda air itu yang berwarna keruh. "Astagfirullah ..." Farhan menghela nafas. Dengan terpaksa ia melepas baju putihnya, dan memakai kaos dalam.

Ia kembali mengayun sepedanya, dengan kaos putih, ia malah terlihat cool.

Dengan cepat akhirnya ia sampai di gerbang Sekolah ia turun dari sepedanya, melihat mobil. "Seperti mobil tadi," gumamnya, ia segera berlalu.

"Maaf tadi, Pak supir tidak sengaja. Maaf ya ..." suara gadis dari arah kanan Farhan. Farhan menoleh ia hanya tersenyum, mungkin saja itu Siswi baru yang sedang ramai di bicarakan, namun Farhan juga bersikap biasa. "Maaf aku duluan." Farhan berjalan cepat ke toilet untuk membersihkan bajunya dari noda, tak lama ia keluar dengan bau yang sedikit basah.

"Kak Farhan," panggil murid kelas satu IPA, Farhan memang sangat di gandrungi oleh para gadis, cowok ini termasuk idaman para gadis.

"Iya." Farhan memang sangat keren, tatapannya dengan mata elangnya, sangat tajam dan pasti para gadis terpana.

"Nggak jadi," gadis itu pergi sambil mengrutu "Ah manisnya ..." Terkadang memang adik kelas modus memanggil dan hanya melihat tatapan dari Farhan adalah vitamin di pagi hari.

Farhan tersenyum "Aneh." Farhan segera ke kelas.

"Farhan!" panggil seorang wanita yang memakai baju dinas. Sungguh laris manis namanya pun terkenal di Sekolahannya, karena kecerdasan ia sering membantu Gurunya. Farhan berlari ke Gurunya.

"Bisa bantu Ibu, nanti setelah sekolah kamu kerumah Ibu ya ...." Belum di jawab langsung di suruh, Farhan mengangguk.

"Baik Bu."

"Terima kasih, nanti Ibu tunggu di rumah ya." Bu gurunya berlalu dengan langkah cepat.

"Ya Allah sepertinya aku akan sibuk." Farhan terlihat lelah, ia segera berlari ke kelasnya.

Lantai sangat licin, Lisa dan kedua temannya keluar dari perpus, Farhan berlari dengan sangat kencang dan tidak bisa ngerem mendadak ia pun menubruk Lisa. Farhan hampir jatuh, Lisa menarik lengannya, hingga adegan seperti pelukan pun jadi tontonan, ya semua tidak sengaja.

Lisa dan Farhan langsung berpaling.

"Maaf aku buru-buru, kamu juga muncul tiba-tiba," jelas Farhan.

"Tidak masalah." Lisa mengambil buku-buku yang berserakan dan di bantu kedua temannya. Farhan ikut pula karena rasa tanggung jawab.

"Sudah selesai." Farhan menyodorkan 5 buku tebal. Ia segera berlalu, Lisa dan temannya juga berjalan, mereka beda arah dari Farhan.

Farhan masuk ke kelas, biasalah para cewek teman sekelasnya mulai gerumpi. Farhan memgeluarkan beberapa bukunya, memeriksa lagi semua tugas rumahnya.

"Farhan, bantu dongb..." gadis manis duduk di bangku sebrang dan meminta Farhan untuk berbagi pekerjaan rumah.

"Aduh, maaf ya Feb, ini privasi, kamu juga harus belajar, jangan jadi parasit terus! Nanti aku ajar les deh lewat WhatsApp, oke! Biar kamu belajar, kalau kamu nurun terus kapan bisanya. Berarti bukan kepintaranmu sendiri! aku juga salah sudah membantumu, itu bukan membantu malah menjerumuskanmu, terus kamu nggak bisa-bisa. Jadi belajar yang tekun oke! Pasti bisa." Farhan memberi penjelasan ke temannya.

Datang lima pemuda yang satu kelas dengan Farhan, Farhan kembali fokus ke bukunya.

"Baiklah Farhan, nanti aku beri nomer telponku." Febi tidak keberatan jika harus belajar. "Aku sibuk pacaran muluk sih. Heh," gumam Febi, lalu pergi ke kursinya.

"Eh Far, ngapain tadi Febi?" tanya Hasan mulai penasaran, dia cowok tapi suka dengan gosip, dan hal-hal baru di sekolahan. Dia sampai di juluki Mister update.

"Mau nurun aku nasrhatin biar tidak tuman." Jawaban singkat dan tidak berbelit-belit.

"Hebat deh kamu. Aku sohibmu yang ngefens banget, syut ..." Hasan berbisik, Farhan menghindar. "Beri trik dong biar para gadis nempel." Permintaan yang aneh dari temannya. Farhan terkejut.

"Astagfirullah ... Hasan!" Farhan menggelengkan kepala. "Fokus sama sekolah, sebagian gadis mengagumi orang yang cerdas, jika kamu berprestasi pasti banyak yang ngefens sama kamu. Tapi beda tujuanku, au belajar untuk diri sendiri dan menata masa depan. Boleh mencintai seseorang tapi ingat jangan sampai di perbudak cinta, oke. Fokus agar Bapak Ibumu bangga, jangan sibuk mikirin pacaran, masa muda adalah masa emas, jangan di sia-siakan nanti menyesal."

"Keren ... Ustadz beneran," canda Hasan

"Jangan begitu, aku temanmu, teman yang membawamu ke arah positif, adalah tan yang baik. Jika kamu mau belajar, kita akan belajar tapi di Pondok," ajak Farhan.

"Aduh Far, aku malu kalau ke Pondok, aku tidak bisa mengaji," ujar Hasan ia menolak ajakan Farhan.

"Rumah kita dekat, kita teman dari kecil, tidak ada waktu terlambat! Kalau kamu bersungguh-sungguh pasti bisa mengaji. Memang waktunya harus panjang, tapi semua harus dari hatimu," saran Farhan, Hasan tertawa.

"Aku tidak bisa move on dari game. Aku tuh game mania, mana bisa aku sejam tanpa ponsel," ujar Hasan masih belum setuju.

"Kalau begitu ya terserah kamu. Aku tidak bisa memaksamu, semua harus dari diri sendiri," jelas Farhan, Hasan berfikir.

Sebenarnya Hasan juga tidak jelek tapi ia sangat malas dalam hal belajar. Hasan terbelalak melihat gadis yang baru masuk ruang kelasnya. Farhan memperhatikannnya, lalu melihat kemana mata Hasan terarah.

"Astagfirullah Hasan." Farhan tertawa melihat temannya yang tak berkedip. Farhan kembali membaca buku.

"Emmm ... ayu, cantik, berseri," gumam Hasan yang terpana pada siswi baru.

Aldi menyuruhnya pindah sampai tak di respon. "San! Sana!" Aldi menepuk pundak Hasan, Hasan tidak bergeming, Farhan tertawa puas melihat kekonyolan temannya.

"Maksiat mata coy." Aldi menutup mata Hasan.

"Apa sih Al." Hasan kesal karena terganggu.

"Maaf ini tempatku." Aldi mengusir temannya

"Oh iya, maaf aku gagal fokus," ujar Hasan beranjak dan pindah tempat duduk.

Siswi baru itu satu kelas dengan Farhan, dia memang cantik tapi Farhan belum ada niatan pacaran, kalaupun dia naksir gadis pasti dia memilih mencintai dalam diam. Bukan karena apa-apa, namun karena menahan nafsu.

Masa muda tidak boleh di sia-siakan.

Bersambung.