webnovel

Yakin Karena Istikharah

Ketika seorang gadis ngigo berjalan dan tanpa sengaja tidur dengan tamu sang Ayah. Membuat gadis bernama Danisa Zahira langsung dilamar oleh pemuda itu, pemuda yang baru saja dikenalnya. "Ini hanya kesalahan kecil. Apa kamu seyakin itu?" "Saya sangat yakin dengan niat saya menikahi Danisa, jawaban istikharah membuat saya sama sekali tidak ragu," kata pemuda tampan itu. "Segala keputusan ada di Danisa sendiri. Beri kami waktu." "Baik kalau seperti itu. Saya akan menunggu jawabannya." Mendengar penuturan itu, dan pemuda itu pamit. Danisa meminta ayahnya menunjukkan bagaimana seluk beluk keluarga pemuda bernama Farhan agar dapat menentukan jawaban dan yakin akan menolak atau menerima lamaran itu. Apakah Danisa akan menerima lamaran itu?

Ririnby · สมัยใหม่
Not enough ratings
162 Chs

Salah Faham Tuntas

Salah pahaman sering terjadi saat remaja maupun sampai kakek-nenek, begitu pula yang di alami Farhan, sampai Lisa tega menuduhnya dengan mencuri hp dan merusakkannya, entah hanya caper atau bagaimana yang penting Lisa melakukan hal yang buruk dan dosa besar.

Farhan adalah pemuda islami, yang sudah istiqomah di pondok dekat rumahnya saat TK sampai SMA. Selain itu ketampanannya membuat para gadis ingin dekat, namun sikap Farhan yang cuek sering kali mematahkan hati para gadis yang mengaguminya.

Dia juga Ustadz muda, dari diniah tingkat Ulla pun dia bisa menghapal Nadhoman Tajjwid, Nahwu, Sorof dan Tasrif, Hadits, dan sekarang dia sudah menginjak ilmu Mantek. Biasanya untuk menginjak pelajaran itu butuh waktu 8 tahun dari Ulla, Ulya, Wustho. Itulah pelajaran perkelas yang biasa di lakukan di pesantren.

Para Gadis pun tak berhasil memikat hatinya, ia fokus dan berpendirian teguh Sebelum membahagiakan kedua orang tuanya, ia belum ingin ada cinta-cinta yang akan mematahkan semangatnya.

Rahman, Nada dan Farhan menuju rumah Lisa, mereka sampai di gerbang rumah bercat putih salju itu. Farhan melihat ada seseorang yang mengintip dari jendela bertirai, jelas itu wajah Lisa gadis manis berkulit putih itu segera berlari.

"Assalamu'alaikum." Rahman mengetuk pintu rumah megah itu.

"Wa'alaikumsalam." Mata Ayah Lisa tercengang dan terbuka lebar, ia sangat terkejut dengan kehadiran tamunya. Maklum siapa di daerah itu yang tak mengenal Rahman, putra saudagar kebun cengkeh dan cocoa yang tampan dan kaya, mereka berjabat tangan.

"Silahkan." Ayah Lisa mempersilahkan masuk ke Rumah, namun tanpa di suruh Rahman duduk di kursi tanpa permisi, Nada tak menyangka Suaminya akan bersikap kurang sopan, tatapan Nada tak suka.

"Boleh kita duduk di sini?" ujar Rahman yang santai menikmati kursi di teras itu.

"Silahkan, sebentar ya." Ayah Lisa akan masuk, Nada dan Farhan duduk, Farhan merunduk malu. Rahman melihat Farhan lalu mencegahnya Ayah Lisa.

"Tunggu! Saya kemari tidak punya kepentingan lain, saya ganti hp Anak Bapak yang rusak, dengan ini." Rahman sangat tak suka basa-basi, ia menyodorkan hp merek Oppo yang terbaru yang kira-kira harganya lima juta. Ayah Lisa merasa tidak enak, dari gerbang ada ibu berdaster biru tua tidak lain ia adalah Ibunya Lisa datang, ia membawa remaja yang kira-kira kelas satu SMP.

Semua mata tertuju pada Ibunya Lisa yang sedang menegur remaja yang mungkin keponakaannya.

"Kamu bilang tho, kalau begini malu sama Ustadz Farhan. Eh kamu itu." Ia mengomel sesuka hati tampa sadar jika ada tamu di teras rumahnya, matanya terbuka lebar sampai menghentikan langkahnya.

Kejutan menghampirinya, ia bergegas kepada tamunya. "Ya Allah, Mbak Nada maaf ya, Ustadz Farhan maaf ini perbuatan bocah itu." Jelasnya tanpa salam tanpa apa, langsung saja berbicara kesalah fahaman. Ibunya Lisa kembali menarik tangan remaja itu, remaja itu merunduk malu. "Cepat bilang kamu, katakan ke Pakdemu kalau kamu yang merusak hpnya Lisa," suruhnya mendorong-dorong remaja itu, Nada tak tega sampai berdiri, suaminya meraih tangannya dan mengode untuk duduk.

"Maaf Ustadz Farhan, saya sengaja karena tidak bisa ganti hpnya Mbak Lisa. Maaf semua." Terlihat kesesalan di pemuda itu, Lisa keluar.

"Aldi ..." Lisa terlihat kesal dengan sepupunya, itu wajahnya memerah karena malu. Ia menggeramkan tangannya dan menahan kemarahannya.

"Maaf Ustadz." Lisa merunduk malu kepada Farhan.

"Oke masalahnya udah kelar, kami pamit! pakai aja itu hp, lain kali hati-hati dengan mulut, karena mulutmu Harimau mu." Rahman berdiri, sikapnya datar itu baru di ketahui Nada, Nada melirik ke arah suaminya sejak tadi.

"Farhan kamu sudah memaafkan 'kan?" Rahman dengan gaya sok kerennya mengangkat dagu kebanggan.

"Sudah Mas." Mereka semua berdiri, dan keluarga dari Lisa tak bisa berkata-kata karena sangat canggung. Lisa tak rela dengan kepergian mereka sebelum ia sendiri mengungkap rasa menyesalnya.

"Tunggu dulu Ustadz, saya minta maaf," ucap Lisa merunduk malu.

"Kamu ngobrol biar enak, aku dan Mbakmu duluan," jelas Rahman dan Nada berjabat tangan dengan keluarga Lisa.

"Maaf ya, Mas," ujar dari Ayah Lisa.

"Santai, ini sering terjadi," jawab Rahman dan Nada berjalan lalu masuk mobil, mobil berjalan, berlalu begitu saja.

Meninggalkan Farhan dan Lisa, awalnya mereka saling diam tapi Adik lisa mulai caper kepada Ustadznya, dengan mengintip baca doa'-do'a. Anak TK itu mengaji dengan sangat keras menunjukkan bahwa dia cepat menghafal, ia membaca surat Annas sampai Al-kafirun. Ibunya datang dengan membawakan minuman dan camilan, Farhan yang mendengar muridnya bersuara sangat keras, ia lalu menahan tawa dengan menutup bibirnya.

Farhan juga menjaga pandangannya, Lisa pun juga.

"Aku minta maaf, aku sungguh tidak tau, dan aku menyesal," ujar Lisa membuka pembicaran setelah saling diam beberapa menit.

"Oklek, santai, tapi aku sempat su'udhon," ucap Farhan, membuat Lisa menatapnya sebentar. "Aku mengira kau marah karena di ledek mereka, dan di jodoh-jodohkan," lanjut Lisa, Farhan meminum teh buatan Ibunya Lisa.

"Aku tidak mudah tersinggung, ya karena mereka saling bergurau dan jadi makcoblang, sebenarnya ya tidak suka. Dan menurutku kita masih terlalu muda untuk memikirkan hal seperti itu, dalam kutip berpacaran, kalau aku lebih baik memikirkan dan menata cita-cita, walaupun belum tau apa yang akan di cita-citakan. Mereka jadi makcoblang karena heppy dan tak sadar melukai hati dan jadi tidak enak. 'Kan jadi salting tuh jika bertemu dengan orang yang sama-sama di comblangkan," jelas Lisa panjang lebar.

"Kamu benar. Cinta laksana lautan tak bertepi sedangkan remaja adalah kapal tanker yang terbuat dari besi baja. Banyak remaja bicara soal cinta dan bla-bla-bla, namun mereka tak sadar jika sebenarnya terjebak dalam belenggu nafsu dan menjelma jadi dewa cinta. Itu kata-kata cuplikan dari buku kecil *Cinta dan Remaja Islami* Percayalah dengan kata-kataku, tanpa pacaran pun kita akan mendapat jodoh. Karena Allah sudah menulis takdir kita, oke aku pamit ya! Santai saja," kata Farhan berdiri dan menyatukan tangan.

Lisa merunduk dan membalas menyatukan kedua tangan

"Ustadz Farhan nanti sore ngaji ya?" pinta muridnya, Farhan berjalan dan mencubit pelan muridnya.

"Besok ya," ujar Farhan tak bisa mengajar sore nanti.

"Yah, padahal aku sudah hafalan banyak," keluhnya. Lisa segera merangkul adiknya, Farhan turun dari tiga tinggkat lalu memakai sandal.

"Tunggu! Aku tidak bisa menerima ini!" Lisa segera mengembalikan bungkusan dari Rahman dan menyodorkan kotak hp baru ke Farhan. Farhan mendorongnya.

"Tidak! Itu hadiah dari Mas Rahman, terima saja, untuk jadi kenang-kanangan salah faham he," senyum singkat tapi manis yang mesti sulit untuk di lupakan dan jadi bayangan saat akan tidur dari Farhan. "Assalamualaikum." Farhan berbalik badan melangkahkan kaki.

"Wa'alaikumsalam dan terima kasih," ucapan Lisa, tanpa menoleh Farhan tersenyum dan bergumam "Alhamdulillah kelar masalahnya," kata Farhan semakin jauh dan Lisa masuk rumah.

Gadis manis ini kelas 1 SMA IPS dan Attar kelas 3 IPA.

Bersambung