webnovel

21

21. Mari kita kencan!

Di luar dugaan semua orang Kei bukan murid dengan IQ rendah. Ia mampu belajar membaca dan menulis bahasa monster kurang dari satu hari. Selain itu Gean dan Deran menjadi teman dekatnya. Mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama.

Vien semakin merasa tersaingi oleh para murid Beastman muda saat mereka diam-diam mengintip ke Kelas Fenrir untuk melihat Kei. Vien merasa kesal tapi ia tak bisa menggunakan kewenangannya untuk menghalangi para murid betina untuk melihat Kei. Guru besar atau Kakeknya Kei yang menetapkan aturan itu. Murid betina manapun boleh mencoba menarik perhatian Fenrir yang kutukannya belum terlepas. Boleh berteman atau mendekati mereka. Selama Fenrir itu masih dalam kekangan kutukan.

Itulah mengapa Guru besar sering menasihati Vien agar menjadi lebih agresif. Kala itu senja saat Vien hendak mengajak Kei jalan-jalan. Kei saat ini pasti berada di perpustakaan. Sejak ia bisa membaca dan menulis, Kei menjadi sangat menyukai perpustakaan.

Karna itu Vien ingin mengajaknya ke salah satu pasar yang di buka setiap sebulan sekali, di mana para pedagang dari desa lain akan menetap di desa ini dan menjual dagangan mereka. Desa di bawah bukit bernama desa Silverian, karna di jaga langsung oleh perguruan Silverian.

Desa ini terkenal sebagai penghasil pakaian cantik yang terbuat dari bulu indah Fenrir. Karna mayoritas penduduk desa adalah Fenrir. "Kei! Ku mohon biarkan aku mengisi waktu luangmu dan membantumu memecahkan kutukanmu!"

Seorang gadis dengan rambut perak berujar kepada Kei yang membaca buku. Gadis itu pasti keturunan Fenrir. "Maaf sekali Deica, posisi itu sudah di isi oleh orang lain."

Kei berujar sambil membalikkan halaman. Deica si betina wanita tak ingin menyerah. "Siapa? Guru Vien? Apa yang kau pandang darinya, dia hanya Kelinci tua yang tak laku-laku."

Saat itu Vien sangat kesal dengan kalimat Deica. Ia ingin mereduksi tubuh Deica ke dalam asap hitam miliknya. Vien memperhatikan ekspresi Kei. Saat itu Vien pun di buat gemetar saat melihat ekspresi Kei. Kei marah saat itu. Ekspresinya seperti orang yang melihat lalat berterbangan di makanannya. "Dengarkan aku, aku tak peduli apakah Vien tua atau muda. Kami telah bersama sangat lama, posisinya tak mudah di gantikan siapapun. Bahkan jika ada Beastman merak yang terkenal cantik pun aku takkan menoleh. Hatiku hanya untuk Vien dan selamanya akan begitu. Jadi Deica... Kau tak pantas untuk berada di sisiku atau menggantikan posisinya."

Deica saat itu ketakutan sekaligus sedih karna di tolak mentah-mentah. Vien? Ia sudah lama berubah menjadi kelinci karna takut. Mood Kei untuk membaca telah hancur oleh si Deica itu. Ia menyimpan kembali bukunya di rak dan segera keluar dari perpustakaan.

Saat ia berpikir untuk mengajak Vien memancing ikan, ia melihat Vien telah berubah menjadi kelinci kecil dan sedang gemetar di pojokan. Kei menggendong kelinci kecil itu. "Vien, kamu baik-baik saja?"

Kelinci itu semakin gemetar, "Vien?"

Vien berubah ke bentuk Humanoid dan memeluk Kei. "Aku hanya sangat senang! Mari kita berkencan!"

Lelaki manis itu berujar saat ia memeluk Kei. Kei tak tau bagaimana kencan di dunia ini, tapi karna Vien yang mengajaknya, ia akan setuju tentunya. "Oke."

Kedua pasangan muda itu pulang ke rumah untuk meminta izin kepada Guru besar dan Shena. Saat itu Vien sangat senang hingga pergi lebih dulu. Saat Kei ingin memasuki rumah, Sherina menghentikan langkahnya. "Kei, Kakak ingin bicara."

Kei mengangguk. Ia di bawa Sherina ke ruang tamu di rumahnya. "Mengapa kamu membuat Deica menangis?"

"Apanya?" Kei merasa telinganya gatal.

"Jangan pura-pura tidak tau Kei, dia sampai trauma tadi. Kamu tidak membentaknya?" Sherina berujar.

Kei menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Em... Mungkin..."

"Jawab yang jelas Kei!"

"Dia menghina Vien, menurutmu aku akan diam saja?! Sementara Vien itu kan..." Kei agak malu untuk mengakui bahwa ia sudah jatuh hati pada kelinci hitam yang manis itu.

Dengan segera Sherina mengetahui apa masalahnya. Vien adalah titik halus di hati Kei. Ketika orang lain menyinggung Vien di depan Kei, Kei akan marah. Kasus ini sudah sering terjadi. Dan keluarga pendiri perguruan sudah memakluminya.

"Haih... Lain kali jangan terlalu keras dong." Sherina memijat dahinya.

"Dia adalah orang keempat yang kamu marahi karna perkara dirimu dan Vien. Keempat orang itu semua sama-sama trauma dan takut setiap kali melihatmu atau berpapasan denganmu. Tidakkah dirimu merasa bersalah Serigala nakal!" Sherina yang kesal mencubit pipi kanan dan kiri Kei, lantas menariknya dengan kesal.

"Kakak, jika kau masih kesal, lampiaskan saja kepada Anggara, aku dan Vien ingin pergi berkencan." Ujar Kei.

Telinga Sherina bergoyang. "Apa? Kencan? Yang benar? Kamu yang mengajaknya?"

Sherina sangat senang dengan berita ini. "Ya, dan Vien yang mengajakku."

"Ah dasar payah. Lain kali kau harus lebih aktif mengajaknya dong, masa sih Vien terus yang harus berjuang." Ujar Sherina sambil mengetuk kepala Adik laki-lakinya itu.

"Kei!" Vien memanggilnya dengan wajah senang.

"Aku pergi dulu Kakak jelek." Kei melambaikan tangannya lalu menghampiri Vien.

"Vien, buat cucuku terpesona hingga kutukannya lepas!" Kakek Kei berteriak dari jauh.

Seluruh keluarga Kei menyukai Vien dan lebih suka kalau Vien yang menjadi pendamping hidup Kei. Saat Kei dan Vien menuruni bukit batu, burung elang putih yang besar mendarat di depan rumah keluarga Kei. Burung elang putih itu berubah menjadi wanita paruh baya.

"Riena!" Kakeknya Kei berteriak senang saat istrinya kembali.

"Ah! Licaon!" Elang besar itu berubah ke bentuk humanoid dan memeluk suaminya dengan air mata bahagia.

"Bagaimana kabar Putra kita?" Tanya Licaon Kakeknya Kei.

Riena Neneknya Kei berujar senang. "Licaress baik-baik saja. Ia hanya bosan dan kesepian. Ia bilang ia merindukan istrinya. Sayang sekali manusia itu masih belum memutuskan untuk melepaskannya."

"Ibu!"

"Nenek!"

Shena dan Sherina berlarian memeluk Riena. "Ada Shena! Dimana Cucu bungsuku?" Riena berujar dengan nada senang.

"Dia sedang berkencan dengan kekasihnya, Ibu belum boleh mengganggunya." Ujar Shena sambil tersenyum.

"Nenek, itu adalah Kei! Kei!" Sherina berujar riang sambil menekankan kata Kei.

Ada keterkejutan di matanya. "Benarkah? Kalau begitu kita sudah lengkap sayang."

Riena berujar sambil memeluk Sherina. Riena tak lain dan tak bukan adalah Bibinya Kei. Itulah sebabnya ia berkata kalau mereka sudah lengkap. Riena sangat menyayangi Kei dan Sherin, bertemu kembali di dunia berikutnya adalah sesuatu yang sangat Riena syukuri. Tapi Riena masih berpikir kalau Kei lahir sebagai Betina seperti Sherina.

"Apakah dia betina, apakah cucu bungsuku cantik?" Riena bertanya.

"Ibu, Kei adalah Fenrir jantan." Ujar Shena.

"Ya, dan wajahnya sangat mirip dengan Licaress Putra kita!" Licaon berujar senang.

Riena lagi-lagi terkejut. Tapi Sherina memegangi tangan tuanya. "Bibi bisa melepas rindu nanti."

Bisik Sherina sambil tersenyum. Bagi keluarga Ariana, anggota keluarga adalah harta terbesar. Apa lagi Kei. Kei adalah kesayangan Sherin dan Riena. Kei adalah harta mereka yang berharga. Bisa mati dan lahir kembali bersama adalah hal yang membahagiakan. Bahkan jika Kei lahir sebagai Laki-laki.