webnovel

13

13. Istirahat.

Vien dan Shena tak tau apa yang terjadi kepada Serigala perak favorit mereka semalam. Tapi satu hal yang mereka tau, kedua Kakak Adik itu tidak akur kemarin. Namun saat mereka bangun pagi, mereka malah melihat dua serigala perak mungil sedang tidur dengan akur di depan api unggun.

Yang pertama bangun di antara keduanya adalah Sherina. Setelah menguap lebar seperti kucing, ia berubah ke bentuk humanoid lalu membantu Vien dan Ibunya untuk menyiapkan sarapan pagi. Kei yang lelah secara fisik dan mental lebih ingin tidur. Para betina juga tidak menghentikannya. Mereka hanya fokus bersama memasak sarapan.

Ternyata alasan mengapa sayuran liar dan buah menghilang di hutan adalah karna sudah di borong oleh Sherina, dan di masukkan ke cincin penyimpanan yang mirip dengan milik Shena. "Kalian pergilah ambil air di sungai, biar Ibu melanjutkan masak."

Sherina dan Vien mengangguk patuh dengan benda yang mirip dengan ember di tangannya. Mereka tak berbicara satu sama lain. Namun karna merasa Canggung Vien berkata lebih dulu. "Kamu Sherin bukan?"

Sherin yang sekarang bernama Sherina melirik lelaki banci yang menjadi karib Kakaknya di masa lalu. Di lihat bagaimana pun, Vien tidak ada tampan tampannya. Bahkan menurut Sherina, Vien lebih manis dan imut di banding dirinya sendiri. "Menurutmu?"

"Um... Sebenarnya kekasaranmu terhadap Kei persis seperti dia." Vien berbisik halus.

Namun sebagai Serigala, Sherina dapat mendengarnya. "Begitulah. Aku tidak menyangka kalau aku akan lahir sebagai Kakaknya Kakak. Tapi rasanya lumayan (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠). Rasanya dendam lama bisa terbalas, kepada Kakak yang berubah menjadi Adik."

Vien hanya diam saja. Karna Kei di kehidupan lamanya memang suka menjahili adiknya, atau sengaja membuat Adiknya kesal. Alasannya? Katanya karna dia suka. Vien pikir sekarang Kei harus memanen hasil perbuatannya. "Tapi Kak Vian jadi tambah cantik loh. Dulu aku jadi homophobic, tapi sekarang karna udah hidup cukup lama di dunia ini, aku jadi merasa itu normal aja. Soalnya ada lebih dari satu kali aku melihat 'betina' laki-laki."

Vien memberikan senyuman. Lalu mereka kembali berbincang. "Tapi nih ya aku ingatkan. Kutukan Fenrir tak semudah itu untuk di tebak. Kalau Kakak benar-benar menyukainya, Kakak harus memutar otak. Aku sih pengennya kalau bisa menyerahkan Kak Kei ke orang yang di kenal."

"Aku akan berusaha, lagi pula sepertinya punya suami Fenrir juga tidak buruk. Oh iya, Sherin harus terbiasa dengan kehidupan baru. Kei sekarang adalah Adikmu bukan? Dan jika di lihat dari segi penampilan tubuh kita memiliki usia yang sama. Sherin harus memanggilku Vien seperti Kei." Vien mengingatkan.

"Hmph! Bocah tengil itu bahkan tidak memanggilmu Kakak, bagaimana pun juga kan kita lebih tua." Sherin berujar kesal.

"Tidak apa-apa kalau Kei yang memanggilku begitu..." Vien berkata pelan dengan wajah merah.

Sementara itu Kei sedang memikirkan hal lain. Itu hal yang berhubungan dengan kutukannya. "Ibu, Kakak mengatakan kalau Kutukan Fenrir sama dengan keinginan terdalam Fenrir jantan. Lalu apakah Ibu tau apa Keinginan terdalam Ayah?"

"Tunggu.... Oh! Ibu ingat sekarang!" Shena berkata dengan wajah senang. Namun tak lama kemudian wajahnya berubah merah karna malu.

"Kenapa Bu?"

"Keinginan itu pernah di ceritakan oleh Ayahmu. Dia bilang kalau Keinginannya itu... Menikahi gadis yang lebih muda." Shena berkata dengan susah payah.

"Ahh, dasar Om-om mesum." Cibir Kei.

"Kei!"

"Iya-iya."

Kei memikirkan keinginan terdalamnya apa? Sebenarnya Kei sendiri tidak tau! Mungkinkah itu hatinya yang kesepian dan ingin memiliki teman hidup? Entahlah, ia telah menyerah mengharapkan cinta atau kasih sayang abadi dari kekasih. Pada akhirnya, dia selalu akan menjadi yang terluka sendirian.

"Kalian sudah sampai, mari sarapan." Shena berujar saat melihat Vien dan Sherina.

Agar tidak menunda-nunda perjalanan, Keluarga kecil itu melanjutkan kembali perjalanan mereka dengan menaiki punggung Fenrir perak. Karna kini ada Sherina, mereka tidak akan tersesat. Tujuan mereka sama, untuk bertemu kembali dengan Licaress Ayah dari Kei dan Sherina.

Ekspresi Kei cukup serius sekarang, ia telah mengetahui alasan kedatangan Kakaknya. Kakaknya Sherina di utus diam-diam oleh Licaress Ayahnya, untuk melihat kabar anak bungsu yang tak lain dan tak bukan adalah Kei. Kondisi sang Ayah saat ini bisa terbilang sangat buruk, tapi tidak mengancam nyawa. Sherina di perintahkan untuk melatih Adiknya seni berpedang jika Adiknya Betina. Jika Adiknya adalah Fenrir jantan, Maka harus di bawa ke suatu tempat. Tempat itulah yang sedang Kei tuju.

Kei juga sudah terbiasa mengakui Sherina sebagai Kakaknya. Bahkan jika roh Sherina adalah roh Adiknya. Baginya sekarang adalah sekarang, sedang yang lalu telah berlalu. Alamat yang di sebutkan Sherina cukup jauh mungkin sejauh dari Sabang sampai Merauke. Dengan menaiki Fenrir itu dapat di tempuh selama tiga hari tiga malam. Dan Kei, pejantan muda itu, dia berlari tanpa istirahat. Paling-paling berhenti untuk makan atau mandi.

Seperti saat ini. Kei sedang merendam tubuhnya di sungai. Matahari terlalu panas membuatnya merasa tidak nyaman. Dan lagi ada satu hal yang membuatnya bersemangat. Fenrir remaja itu baru saja berhasil memadatkan sihir airnya menjadi Es!

Dan Kei juga berhasil menciptakan Es Pipih yang mampu memantulkan bayangannya seperti cermin. Kei selalu ingin melihat bagaimana wajahnya. Dunia ini tak memiliki cermin, maksudnya ia tak memiliki cermin. Sungai terlalu jernih hingga agak sulit untuk melihat bayangannya. Itu sebabnya belakangan ini Kei berlatih membekukan Air menjadi bongkahan Es.

Ibunya atau Vien berkata kalau ia memiliki penampilan Remaja laki-laki. Vien berkata mungkin sepantaran dengan anak kelas tiga SMA. Di umur segitu Kei seharusnya memiliki kumis bukan? Karna sekarang ia memiliki cermin buatan, ia bisa mencukurnya!

Saat Kei melihat wajah rupawan dan mempesona di pantulan cermin, ia tak bisa tidak takjub. Wajah yang penuh dengan aura maskulin dan ketampanan yang mampu menggetarkan hati siapapun yang melihatnya. Tapi... "Kok dingin banget ekspresinya, serem juga. Karna kutukan kali."

Kei menyisir rambut peraknya ke belakang. Untuk melihat tampilan wajah penuhnya. Sebenarnya menurutnya wajahnya tampan, tapi jenis ketampanan yang berbeda. Ketampanan yang seperti Iblis, memikat namun mematikan. Ada kesepian dan rasa kesendirian yang asing saat Kei melihat wajahnya. Lebih seperti si tampan yang penyendiri dan dingin. Sorot mata yang tajam itu tampaknya mampu membuat jantung siapapun menegang. "Aih... Wajahku ini kok menakutkan ya, coba nyengir kali ya?"

Saat Kei mencoba untuk senyum, ia benar-benar mencoba untuk tersenyum hangat seperti Mendiang Ayahnya di kehidupan sebelumnya. Namun wajah yang di lihatnya di cermin adalah senyuman yang lebih pantas di sebut seringai! Seringai itu seperti seringai Psikopat Gila!

Karna kaget dan sedikit takut, Kei melempar es itu. "Aih... Aku tak bisa membayangkan kalau suatu saat aku akan takut melihat wajahku sendiri di cermin."

Telinga Kei menangkap suara semak bergoyang. Saat ia mengendus aroma di udara, itu adalah aroma Sherina yang tercium. "Ngapain? Mau ngintip berondong mandi? Hahaha..." Ujar Kei

Namun saat berbalik ia sedikit terkejut, karna yang di belakangnya adalah Vien. Wajahnya memerah saat itu, dan dia tidak memiliki tanda-tanda muncul di semak. "Ah, maaf. Tadi aroma yang ke cium Aroma Kak Sherina."

"Um... Aku kesini mau ngasih ini, aku membuatnya dari bulu perak yang di berikan Bibi." Vien mengatakan itu sambil menyodorkan sebuah pakaian hitam. Namun saat Kei melihat lebih jelas, ada sulaman dari benang perak di atas kain hitam.

"Hm... Letakkan saja di sana. Aku harus mencukur kumis." Kei sangat tau seperti apa wajahnya saat ini. Jadi ia memutuskan untuk tidak pernah tersenyum dengan wajah ini. Atau orang-orang akan lari!

Kei memunculkan sepotong es seukuran telapak tangannya. Kristal es yang sebening kaca ia pegang untuk melihat kumisnya yang juga berwarna perak. 'Berasa punya kumis ubanan.' Batin Kei.

Kei mencukur kumisnya dengan cakarnya yang sengaja di munculkan dari tangannya. Melirik ke samping, ternyata Vien masih di sana dan memperhatikan setiap gerak-geriknya dengan seksama. Saat ritual mencukur kumis dengan cakar selesai, Kei bertanya. "Kalau Betina laki-laki kumisan juga ga?"

Vien menatap remaja berambut perak. "Eh, tidak. Mengapa?"

"Sejak tadi Vien berdiam diri sambil menatapku mencukur kumis. Ku pikir Vien ingin di bantu mencukur kumis?" Ujar Kei seadanya.

"Tidak kok. Kalau begitu aku pergi dulu ya. Pakai pakaiannya, Bibi bilang tidak perlu berubah ke bentuk Fenrir. Tak jauh dari tempat ini ada sebuah desa yang cukup besar dan ramai." Setelah melihat Kei mengangguk, Vien pun pergi.

Kei memutuskan untuk cepat menyelesaikan mandi yang sebenarnya cuma berendam di arus sungai. Yang membuat lama adalah Fenrir muda yang rakus itu menangkap ikan sambil mandi. Saat Kei muncul ke permukaan sungai setelah menyelam, ia di kejutkan oleh kehadiran wanita berambut perak. Kei melempar Sherina dengan Ikan yang ada di tangannya.

Sherina menangkapnya lalu memakannya. Tapi ia tidak pergi, malah duduk di tepian sungai. "Kenapa?"

"Kak, aku bertanya serius untuk saat ini."

"Terserah, tapi sekarang aku adalah Kei yang merupakan Adikmu. Tak sopan rasanya melihat seorang wanita dewasa memanggilku Kakak. Sementara diri ini masih remaja delapan belas tahun." Ujar Kei.

"Hilih banyak gaya lu." Sherin melempar Kei dengan tanah liat di pinggir sungai. Kei dapat menghindari dengan gesit.

"Yaudah cepat, katannya mau nanya?" Ujar Kei.

"Ini soal Vien. Kakak nganggap dia masih teman atau apa? Aku serius bertanya karna kayaknya Vien serius mau mecahkan kutukan Kakak. Nanti ternyata kalian malah tidak cinta? Lagi pula seingatku Kakak suka Perempuankan?"

"Dalam hati ini dia masih Alvian Gabriel, teman banci yang selalu baik sama kita. Sayangnya dalam pikiran, Vien hanyalah orang asing yang menjadi salah satu dari banyak kandidat yang akan melepas Kutukan. Tapi Kakak nggak keberatan sih kalau seandainya memang dia yang memecah kutukan Kakak." Ujar Kei santai.

"Kenapa nggak keberatan?" Tanya Sherina lagi.

"Vien itu cantik. Meskipun wajahnya kelihatan sama, dia lebih apa ya? Lebih Sexy dan manis gitu lho.. Kayaknya dia jadi seratus kali lipat lebih menggoda." Kei berkata sambil mengacungkan jempolnya.

"Halah, orang mesum mah pikirannya gitu. Tapi aku sih terserah Kakak aja. Dulu aku ngga setuju Kakak jadi Lesbian karna tau kalau pilihan itu akan membuat Kakak putus keturunan. Sekarang Kakak menjadi Laki-laki, tapi tiap hari mainnya sama uke cantik, ukenya bisa hamil lagi. Jadi aku oke-oke aja." Sherina tertawa kecil.

"Halah dek dek... kamu harus tau. Kei versi Serigala adalah remaja muda yang masih suka bermain, Emosinya lebih terbuka. Jangan samakan sama Kei versi humanoid, dingin, temperamen seperti Iblis, tanpa emosi. Dan lagi, begitu kutukanku terlepas, tak peduli siapapun yang melepasnya, hati Fenrir perak ini akan di dedikasikan untuknya. Seperti pelet cinta yang nggak punya efek samping."

"Aku bertaruh kalau yang memecah kutukan itu pasti Vien." Ujar Sherina.

"Terserah, sudah sana pergi. Adikmu ini harus memakai pakaian." Ujar Kei.