"Are you sure that no one will be left behind?"
"Nope"
"Sorry, i can't take you to the airport" aku memeluk wanita yang menjadi roommate ku selama berada di tempat ini cukup lama
"Don't be Brit" ia mengeratkan pelukan nya padaku. Brittany akan pulang ke Wolverhampton malam ini untuk menghadiri pernikahan kedua Ayahnya yang akan diadakan besok.
"Tell them, i apologize for not being able to attend their wedding okay?" Brittany mengangguk pelan dalam pelukan ku, aku melepaskan nya dan tersenyum "You need to go now" Ia tersenyum dan menarik koper berukuran sedang nya keluar Apartment kami.
"Safe flight Zel" aku mengangguk dan melambaikan tangan padanya, menatap punggung Brittany yang menghilang diujung lorong menuju lantai dasar.
Apartment ini begitu kosong, aku menatap deretan foto ku bersama Brittany yang memenuhi sebuah meja panjang disudut ruangan. Aku mengenal nya semenjak berada di Sekolah Menengah Atas dan kini kami telah menyelesaikan Bachelor Degree kami. Britanny bekerja disebuah perusahaan Advertising terkemuka sedangkan aku membuka sendiri Clothing line milik ku.
Untuk beberapa alasan, aku akan kembali ke tempat dimana aku berasal, bertemu dengan keluarga ku, selebihnya tidak ada alasan khusus. Salju mulai terlihat turun, aku duduk pada sudut jendela apartment kami yang didesaign khusus dengan beberapa bantalan sofa didekatnya.
"Aku tidak ingin kembali.."
Entah berbicara dengan siapa, namun itu adalah keinginan ku. Aku hanya terlalu takut dengan semua bayangan yang akan muncul dikepala ku. Dan hal yang paling mengerikan, semua bayangan itu benar - benar menjadi nyata satu per satu
***
Sydney Airport
Aku tiba ketika hari menjelang petang. Negara Kanguru yang akan menjadi musuh besar ku. Kacamata hitam, Bucket Hat menjadi item wajib saat ini setidak nya itu menurut ku. Satu koper besar dan satu buah ransel berada di troli yang kudorong menuju pintu kedatangan.
Pandangan ku bergerak mencari dua orang laki - laki yang kehadiran nya selalu menjadi pusat perhatian. Dan aku menemukan nya, mereka berdiri dengan sebuah tulisan besar "Welcome Home Princess" didepan dada mereka.
Zion dan Zac tersenyum melambaikan tangan mereka kearah ku, kini aku bersyukur, Kacamata hitam, Bucket Hat memang lah penyelamat ku. Aku berjalan menghampiri mereka, Zac membuka kedua tangan nya dan menyambut ku dengan pelukan hangat
"You look terrible baby" aku membalas pelukan nya singkat dan hanya mengangguk pelan
"Kau terlihat seperti Buronan, sekarang memang musim panas tapi kau tiba ketika matahari sudah terlelap. That mean you'll be alright" dia sungguh menyebalkan.
Aku melepas kan diri dan beralih memeluk kakak tertua ku. "Welcome back Princess" Zion menepati janji nya untuk datang menjemput ku ditengah jadwal pekerjaan nya yang begitu padat.
Ia terlebih dahulu melepaskan pelukan kami "Ready to go now?" Tanya nya padaku, aku hanya mengangguk. Zion berjalan didepan bersama troli milik ku, sedangkan aku dan zac berjalan bersisian dibelakangnya
"Kau memiliki rencana setelah ini?"
"Yah, satu - satu nya hal yang tidak bisa ku lewatkan" ku lihat ia menatapku penuh tanda tanya menunggu penjelasan
"Sleep" Zac menatap ku sengit dan memalingkan wajah nya begitu saja, aku hanya tersenyum.
Kami menunggu Zion yang sedang mengambil mobil untuk menjemput. Pandangan ku beralih pada keseluruhan tempat dimana aku berpijak, memandang langit yang mulai terlihat gelap dengan udara lembab, para pengunjung yang berlalu - lalang dikeramaian, mobil - mobil dengan plat asing yang tidak pernah lagi kulihat setelah sekian lama, dan segala aktifitas yang mencerminkan perbedaan besar antara Australia dan Eropa.
"Jelly come on" interupsi yang dibuat Zac membuat ku tersadar. Aku menarik nafas dalam dan membuang nya dengan perlahan.