webnovel

Who is a Psychopath?

Dorrr... dorr..... dorrrr Dia terkejut dan berteriak sangat keras saat mendengar sebuah suara yang sepertinya sudah pernah dia dengar sebelumnya. Abi langsung terdiam ketakutan dan berusaha untuk menutup telinganya. Kini dia sudah duduk di lantai sambil menangis. Setelah dia sudah merasa baikan, akhirnya dia berjalan lemah menuju keluar. Tangannya berusaha meraih gaagang pintu yang masih ada beberapa langkah di depannya. Dan setelah berusaha dengan keras, akhirnya Abi bisa meraih gagang pintu itu. Dia berjalan dengan langkah gontai hingga ke tangga, dan saat dia sudah berada di atas tangga. degggg.. Abi ingin menjerit histeris saat dia melihat ada tiga orang yang kini tergeletak dilantai. Dia berusaha menahan suaranya. Jangan sampai laki laki itu melihatnya disini, atau dia akan mati saat ini juga seperti orang orang yang kini tergeletak di lantai itu. Tubuh ketiga orang itu dipenuhi oleh darah, begitu juga lantai nya yang Abi ingat semula berwarna putih berubah menjadi merah karena dipenuhi darah. Abi masih diam di tempatnya, sambil menangis.

Mega_Sari_Purba · แอคชั่น
Not enough ratings
191 Chs

Bab 14

"Dada kak Yuda. Abi masuk ke rumah dulu ya." Ucap Abi sambil melambaikan tangannya ke pada Yuda yang masih berada di dalam mobil.

Abi berjalan santai saat masuk ke dalam rumahnya. Saat Abi sudah berada di dalam kamarnya, langkah nya terhenti saat dia melihat seseorang yang sedang duduk di kursi belajar Abi. Dari tinggi badannya, Abi bisa menebak dia siapa. Dengan gugup Abi berjalan mendekat ke arah orang tersebut.

"Ka... Ka Zi... Zion?" Panggil Abi dengan gugup. Perlahan seseorang itu memutar kursi belajar milik Abi.

"Ka Zion!!" Ucap Abi saat Zion sudah sepenuhnya menghadap ke arah Abi. Zion menatap Abi dengan tatapan tajam. Zion memperhatikan Abi mulai dari ujung kaki Abi hingga ke ujung kepala Abi. Abi yang merasa diperhatikan oleh Zion langsung menundukkan kepalanya, entah mengapa dia merasa bersalah.

"Dari mana saja kamu?" Tanya Zion setelah beberapa lama terdiam. Zion mengerutkan dahinya saat tidak mendengar jawaban apapun dari Abi.

"Kenapa diam? Kamu masih punya mulut untuk bicara kan?" Tanya Zion sekali lagi, namun kali ini suara terdengar lebih keras dari biasanya.

"Hah?? Ke-- Kenapa kak?" Jawab Abi gugup saat mendengar nada marah dari Zion.

"Kamu masih punya telinga untuk dengar ucapan saya kan?" Perlahan tapi pasti Abi menundukkan kepalanya.

"Kamu masih punya mulut untuk jawab pertanyaan saya kan?" Tanya Zion lagi, dan Abi kembali menunduk.

"Jadi kamu dari mana saja? Kenapa bisa pulang se-sore ini?" Tanya Zion sambil memasang wajah datarnya.

"A--- Abi dari se-- sekolah kak." Jawab Abi gugup lalu kembali menundukkan kepalanya.

"Apa kamu pikir saya bodoh? Sejak kapan sekolah selesai se- sore ini?"

"A-- Abi bener dari sekolah kok kak. Abi ngak bohong kok."

"Saya paling tidak suka jika ada orang yang berbohong dengan saya Abi, termasuk kamu." Bentak Zion yang membuat Abi tersentak. Abi belum pernah melihat Zion semarah ini padanya.

"Sekarang kamu jujur, kamu dari mana saja hah?" Tanya Zion kembali dengan suara tingginya yang semakin membuat Abi ketakutan.

"A--- Abi da-- dari ta-- taman kak." Ucap Abi perlahan, tangannya terkepal berusaha menahan tangisannya.

"Dari taman? Apa sebelumnya kamu tidak mendengar ucapan saya tadi Abi?"

"U-- Ucapan yang mana kak? Kak Zion udah ngomong banyak hal sama Abi, jadi Abi ngak tau maksud ka Zion itu yang mana." Ucap Abi polos, Zion yang mendengar jawaban dari Abi langsung mendengkus kesal.

"Saya serius Abigail Adriella Keiko."

"Abi juga serius kak Zion. Abi ngak tau maksud kakak yang mana."

"Sebelum saya mengijinkan kamu untuk sekolah, apa pesan yang saya ucapkan pada kamu? Pakai otak kamu untuk mengingat semua ucapan saya sama kamu."

"Abi ngak tau kak."

"Abi!!!! Kamu bodoh atau pura pura tidak tau?" Ucap Zion dengan suara yang semakin tinggi, wajah Zion memerah seakan sedang menahan emosinya. Abi yang ketakutan mendengar suara Zion langsung mundur.

"Kenapa? Kamu takut?" Ucap Zion masih dengan raut wajah penuh emosi dan nada tingginya.

"kenapa kak Zion bentak bentak Abi? Dulu kak Zion udah janji kalo kak Zion ngak akan bentak Abi lagi. Tapi kenapa sekarang kak Zion bentak Abi lagi?" Ucap Abi lalu air matanya keluar perlahan. Zion terdiam mendengar ucapan Abi. Zion mengusap wajahnya kasar lalu berjalan mendekat ke arah Abi, sedangkan Abi yang masih ketakutan malah mundur saat Zion makin mendekat kepadanya.

"Abi... maafkan saya. Saya tidak ada niat untuk membentak kamu tadi." Ucap Zion pelan saat Abi makin menjauh darinya. Saat mendengar ucapan Zion, Abi menghentikan langkahnya.

"Maafin saya ya?" ucap Zion lalu mendekat dan mengusap air mata yang ada di wajah Abi menggunakan ibu jarinya.

"Abi takut kalo Abi dengar suara keras kak Zion. Abi ngak suka di bentak kak." Ucap Abi dan kembali mengeluarkan Air matanya.

"Iya, sekali lagi maafin saya ya? Saya lagi ada masalah di kantor dan pas saya sampai di rumah kamu malah ngak ada." ucap Zion lalu menarik tubuh Abi ke dalam pelukannya.

"Saya ngak suka kalo saya tidak menemui kamu ketika saya ada di rumah. Saya sengaja pulang cepat karena saya ingin menghilangkan stress saya karena masalah di kantor Abi."

"Emang kalo di rumah stress kakak bakal hilang ya? Obat buat ngilangin stress kakak ketinggalan di rumah ya?" Tanya Abi polos lalu melepas pelukannya pada Zion.

Zion tertawa sambil menyentil dahi Abi pelan. "Awwww. Ih kak Zion mah... dahi Abi sakit tau ngak sih kak." Ucap Abi sambil mengelus dahinya lebai.

Zion yang melihat tingkah Abi, menarik tangan Abi dan mengecup dahi yang tadi di sentil olehnya. Abi langsung terdiam saat Zion mengecup dahinya. Wajahnya memerah bagaikan tomat, Zion sudah sering melakukan hal romantis seperti ini kepadanya, namun wajah Abi selalu saja memerah dan jantungnya berdegup tak karuan seperti ini.

"Kenapa wajah kamu merah seperti itu?" Tanya Zion berusaha menggoda Abi.

"Hah? Ohhh ini... apa... Abi tuh emmm, Emmm cuacanya panas ya kak, pantes muka Abi jadi merah, aduh gerah banget." Ucap Abi mengubah topik sambil mengibas- ibaskan tangannya ke daerah wajahnya. Abi berusaha mengalihkan pandangannya dari Zion, sedangkan Zion hanya tertawa melihat tigkah Abi lalu menarik kembali Abi ke dalam pelukannya.

"Iya, obat stress saya sekarang ini memang ada di rumah ini. Apa kamu tau obat saya kalau lagi stress?" Tanya Zion yang masih memeluk Abi. Abi mengangguk dalam pelukan Zion.

"Kamu. Kamu adalah obat saya saat saya stress Abi, saya tidak tau kenapa saya menjadi begitu tenang jika saya berada di dekat kamu, apalagi saat kamu berada dalam pelukan saya seperti ini. Kamu selalu membuat hati saya tenang Abi." Ucap Zion dan semakin mengeratkan pelukannya pada Abi.

"Maksud kak Zion apa"

"Kamu ngak perlu tau apa maksud saya, nanti akan ada saatnya untuk kamu mengerti apa maksud ucapan saya Abi." Ucap Zion lalu perlahan melepas pelukannya pada Abi.

"Jadi sekarang kamu jawab, tadi kamu dari mana? Kenapa pulang se-sore ini hemmm?" Tanya Zion dengan penuh kelembutan.

"Tapi kalo Abi jawab jujur, kak Zion jangan marah ya"

"Iya, saya ngak akan marah."

"Janji?" Tanya Abi sambil mengangkat jari kelingkingnya.

"Iya saya janji." Jawab Zion sambil menautkan jari kelingkingnya ke jari Abi.

"Emmm tadi.. emmm Abi habis ta... taman kak. Emmm tapi kak Zion ngak usah khawatir, tadi Abi sama kak Yuda kok, serius deh Abi ngak bohong."

"Apa? Jadi kamu tadi dari taman?" Nada suara Zion sedikit meninggi yang membuat Abi kembali ketakutan.

"Tuh kan, tadi kak Zion udah janji ngak bakal marah sama Abi." Ucap Abi, Zion mendengus kesal.

"Hemmm, saya sudah bilang sama kamu, jangan pernah kelaur kemana mana tanpa ijin dari saya Abi. Di luar sana sangat bahaya untuk kamu." Ucap Zion yang langsung membuat Abi tertawa.

"Kak Zion mah aneh, masa di luar di bilang bahaya. Lagian tadi Abi sama ka Yuda kok, jadi Abi bakal Aman." Zion yang mendengar ada yang aneh dengan ucapan Abi langsung menatap Abi dengan tatapan penuh tanya.

"Kak yuda???"