webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · ชีวิตในเมือง
Not enough ratings
409 Chs

Found The Answer 8

Pierre mengendarai mobilnya menjauh dari area perkebunan anggur yang dia gunakan untuk menawan Esmee dan Luca. Karena letaknya yang sedikit terpencil, maka Pierre harus pergi ke pusat kota untuk mengisi bahan bakar serta makanan dan bir yang diminta oleh Mateo.

"Dia selalu saja menyusahkan. Awas saja kalau dia tidak bisa menjaganya. Aku akan biarkan dia ditangkap William," gerutu Pierre di dalam hatinya.

Di dalam perjalanan menuju pusat kota, mobil yang dikendarai oleh Pierre bertemu dengan beberapa mobil lain yang berjalan beriringan. Meski sedikit keheranan dengan mobil-mobil hitam yang berjalan beriringan di jalanan yang sedang ia lalui karena hari sudah malam dan jalanan tersebut bukan jalan, namun Pierre memilih untuk mengabaikannya dan tidak ambil pusing. Ia tetap mengendarai mobilnya untuk menuju pusat kota.