webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · ชีวิตในเมือง
Not enough ratings
409 Chs

Flip The Coin 3

Setelah mengantarkan Luca ke kamar yang akan mereka tempati, Kate kembali pergi meninggalkan William dan Luca. Ia mengatakan pada William bahwa ia akan kembali ke apartemennya untuk mengambil barang miliknya dan milik Luca. Begitu Kate pergi, William dan Luca berbaring bersama di tempat tidur.

"Esmee menitipkan salam untukmu. Tadi dia juga menjagamu sewaktu aku dan ibumu berbicara dengan Dokter. Sayangnya dia pergi karena harus berangkat bekerja," ujar William sembari menoleh pada Luca.

Luca tersenyum menanggapi ucapan William. Ia lalu mengerjap-ngerjapkan matanya sambil menatap William. "Aku lapar."

"Astaga, aku hampir lupa kalau kita berdua belum makan pagi," sahut William. Ia kemudian segera meraih pesawat telepon yang ada di meja sebelah tempat tidurnya.

"Pa, aku mau coklat," ujar Luca.