webnovel

Pria Berjas Hitam dan Pedang Berwarna Merah

Karena perang besar antara malaikat dan iblis yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu, bumi mengalami kehancuran.

Bahkan sampai saat ini, peperangan masih belum selesai.

Bangunan-bangunan telah runtuh dan gedung-gedung tinggi sudah berlumut.

Jalan-jalan sudah retak dan tanah yang sudah terbelah menjadi dua.

Di bawah langit yang berwarna merah, bumi saat itu sangat tidak cocok untuk di huni.

Seluruh manusia di bumi sudah mati, manusia sudah menghilang dari peradaban.

Tapi, mungkin masih ada satu manusia yang bertahan.

Duarr!

Sebuah gedung hancur, puing-puing dari gedung itu terhempas ke segala arah, di tengah-tengah gedung yang hancur itu muncul monster raksasa, monster itu mempunyai wujud seperti cacing tapi ini yang berukuran lebih besar, ukurannya sebesar rumah dan mempunyai panjang ratusan meter dengan mulut besar yang di penuhi dengan gigi tajam, cacing itu juga mempunyai sisik hitam yang terlihat sangat keras.

Di tengah-tengah gedung yang hancur itu seseorang keluar dan berlari menjauhi cacing itu, dia seorang pria berjas hitam yang mempunyai wajah seperti pria berumur 30 tahun dengan rambut berwarna hitam dan mata yang berwarna merah.

Orang itu terus berlari menjauhi cacing itu dan dia mulai berbicara.

"Halo!, Para pembaca, seperti yang kalian lihat aku sedang sibuk di kejar oleh monster itu, jadi aku tidak akan banyak basa-basi dan akan langsung ke intinya."

Dia terus berbicara. Dia berbicara sambil berlari.

"Senang bertemu dengan kalian, namaku, yaa~, kalian bisa memanggil ku "Cain", aku adalah karakter utama dalam cerita ini."

"Dan karena beberapa situasi yang rumit aku adalah satu-satunya manusia yang hidup di planet ini, dan sampai saat ini aku masih bertahan hidup di dunia yang sudah hancur ini."

"Kyeaaaaaack!"

Cacing itu mengeluarkan suara yang sangat keras, cacing itu berhenti berteriak dan melihat ke arah Cain yang sedang berlari menjauhinya, cacing itu mulai mengejar Cain dengan sangat cepat, menghancurkan puing-puing bangunan di sekitarnya.

Cain menoleh ke arah belakang dan melihat cacing itu sedang mengejarnya dan semakin mendekat.

Cain mulai berbicara lagi "Yaa~, mungkin seperti itu saja perkenalan ku, aku harus pergi mengurus cacing itu dulu."

[Cih!, Kau masih saja berbicara sendiri.] Suara misterius tiba-tiba terdengar.

"Yaa~ maaf-maaf aku tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu, kau tahu sendiri kan, aku sudah sendirian di bumi selama bertahun-tahun."

Cain berbicara sambil tersenyum, dia membalas suara misterius itu dengan nada santai seperti dia sudah terbiasa dengannya.

[Terserahlah, cepat kau urus saja cacing kecil itu.] Suara misterius itu membalas dengan nada kesal.

"Baiklah-baiklah~." Cain membalas kembali.

Cain berhenti berlari, lalu dia berbalik ke belakang menghadap cacing raksasa yang dengan cepat menuju ke arahnya.

"kyeaaaack" Cacing itu mengeluarkan suara keras lagi.

"Berisik Sekali." Ucap Cain sambil tersenyum.

Dari lengan kanan Cain tiba-tiba keluar darah yang sangat banyak, darah itu keluar melalui celah-celah kulitnya, darah itu membentuk sebuah gagang pedang, lalu dengan tangan kirinya cain menarik gagang pedang itu dan sebuah pedang panjang berwarna merah muncul, cain lalu memindahkan pedang nya ke tangan kanan nya.

[Akhirnya, cepat selesai kan cacing kecil itu!]

Suara misterius terdengar dari pedang itu. Itu adalah pedang yang berbicara, pedang itu memiliki kesadaran.

"Iya-iya~, kau tidak sabaran sekali." Cain menjawab dengan nada menghina.

"Baiklah, kemari lah kau."

"Kyeaaaaaack!"

Cacing itu dengan cepat menuju ke arah Cain, dengan cepat monster itu menabrak tubuh cain, tapi sesaat sebelum dia menabrak, dengan cepat Cain menghindari itu.

Cain menghindari itu dengan bergerak ke arah kiri.

"Kreack?"

Cacing itu terlihat seperti kebingungan karena tiba-tiba Cain menghilang.

"Huft, tadi itu hampir saja, bisa-bisa tubuhku hancur jika aku tidak menghindar." Ucap Cain.

Cain muncul dari arah kiri cacing itu, cacing itu terlihat terkejut, dengan cepat cacing itu menyeruduk Cain lagi, tapi Cain kembali menghindarinya, cacing itu terus menyerang Cain tapi Cain terus saja menghindarinya dengan mudah.

"Haha, apa hanya itu saja kemampuan mu?, seperti nya kau hanya badan saja yang besar." Ucap Cain dengan sombong ke cacing itu.

[Berapa lama lagi kau mau membuang waktu, cepatlah bunuh cacing kecil itu.] Ucap pedang merah itu dengan nada kesal.

"Baiklah-baiklah, dia terlihat lemah, aku akan membunuh nya dengan mudah." Cain menjawab dengan santai.

[Jangan remehkan lawan mu.]

"Tenang saja, ini akan mudah, kau pikir sudah berapa banyak aku membunuh yang seperti ini?"

[Terserahlah]

Tatapan mata Cain menjadi serius dia mulai fokus terhadap cacing itu, dia sedang memprediksi serangan cacing itu.

Cacing itu tiba-tiba mengangkat kepalanya ke atas sampai di ketinggian 100 meter, lalu dengan cepat menjatuhkan kepalanya ke arah Cain.

"Baiklah." Ucap Cain.

Cain dengan santai mundur kebelakang untuk menghindari serangan cacing itu, karena dampak serangan yang terlalu besar kepala cacing itu terpendam ke tanah dan tidak bisa keluar.

Cain memegang pedang nya dengan kedua tangannya, dia mengangkat pedang nya ke atas dan memfokuskan serangannya ke arah leher cacing itu, dia berniat untuk menyelesaikannya dengan satu serangan, dia dengan cepat mengayunkan pedangnya ke arah leher cacing itu sementara kepala cacing itu masih terjebak di dalam tanah.

"Kyeaaaaaack!!"

Cacing itu tiba-tiba berteriak, tapi kali ini lebih keras dari sebelumnya.

Cain spontan menutup telinganya, dia lengah untuk sesaat karena suara itu, dia kembali fokus ke leher cacing itu tapi dia melihat sisik hitam cacing itu tiba-tiba terbuka dan muncul cahaya berwarna ungu dari dalam nya, Cain menjadi bingung dan fokus melihat cahaya itu untuk, setelah itu Cain mulai menyadari sesuatu.

"Cih!" Ucap Cain dengan nada kesal.

Cahaya itu berubah menjadi duri yang tajam dengan panjang 5 meter.

Dengan cepat Cain menjauhi cacing itu untuk menghindari duri nya.

[Lihat, sudah kubilang jangan meremehkan lawan mu.] Pedang itu berbicara dengan nada menghina.

"......" Cain terdiam.

Cacing itu berhasil mengeluarkan kepalanya dari tanah dan duri di tubuhnya perlahan menghilang, mengambil kesempatan ini Cain dengan cepat menyerang kembali cacing itu, tapi tiba-tiba duri itu muncul kembali dengan cepat.

Cain menghindari itu dengan mundur kebelakang, lalu duri itu menghilang kembali, Cain mengambil kesempatan itu untuk menyerang lagi, tapi duri itu muncul kembali dan Cain menghindarinya.

[Cacing itu pintar, dia berhasil mempermainkan mu.]

"Kalau begitu kita lihat siapa yang lebih cepat, aku akan menambah kecepatan ku."

'Dengan menaikkan tekanan darah ku, aku dapat meningkatkan kecepatan pada tubuh ku.'

"Baiklah, seharusnya akan mudah dengan ini."

Duri itu menghilang kembali, lalu Cain menyerang cacing itu lagi tapi dia tidak berhasil karena duri itu kembali muncul, Cain menambah kecepatan nya, dia menyerang kembali cacing itu dari segala arah dengan sangat cepat tapi itu sia-sia, Cain tidak bisa memberikan serangan apapun.

"Huft....huft....huft"

Cain mulai kelelahan, banyak keringat yang keluar dari tubuh nya dan nafasnya menjadi tidak stabil.

"Keack...keack"

Cacing itu terlihat seperti menertawakan Cain, Cain menjadi kesal dia menggertakkan giginya dan bersiap untuk menyerang cacing itu kembali.

[Tenangkan pikiranmu.]

Cain seketika berhenti, dia menatap ke arah pedangnya.

"Apa-apaan!, bagaimana aku bisa tenang di situasi seper-."

[Aku bilang tenang! Dengarkan, atur nafas mu, saat duri di tubuh cacing itu menghilang serang lah dia kembali, dan perhatikan dengan fokus pada bagian lubang keluar nya duri itu, aku akan katakan lagi, fokuslah pada bagian itu!]

"Ba-baiklah"

Cain menenangkan dirinya, dan mengatur nafas nya seperti yang dikatakan pedang itu, duri itu menghilang kembali dan dengan cepat Cain menyerangnya lagi, dia fokus pada bagian duri itu keluar, lalu duri itu dengan cepat keluar kembali dan cain menghindarinya dengan melompat kebelakang.

"Hehe~, jadi seperti itu." Cain menyeringai, dia seperti sudah menyadari sesuatu.

Tatapan mata Cain menjadi fokus dia mengatur nafasnya dan memasang kuda-kuda, dia memegang erat pedangnya ke arah belakang dengan kedua tangan nya.

Cain memfokuskan dirinya pada duri itu, dia menunggu duri itu kembali menghilang.

Duri itu kembali menghilang, Cain meningkatkan kembali kecepatan nya dan langsung menuju kearah cacing itu, dia mengayunkan pedang nya ke arah atas dan dengan cepat dia menyerang leher cacing itu.

"Kyeaaaaiick."

Cacing itu berteriak kesakitan. Cain berhasil menebas kepala cacing itu.

Kepala cacing itu jatuh ke tanah dan darah yang sangat banyak keluar dari tubuh cacing itu.

"Huft....huft, akhirnya dia mati, aku tidak menyangkan tipe serangan nya cukup simpel."

[Benar, cacing itu mengeluarkan dan memasukan durinya dengan sangat cepat.]

[Mudahnya. Ini hanyalah permainan kecepatan, siapa cepat dia yang dapat, jadi kau hanya perlu bergerak lebih cepat daripada cacing itu.]

Pedang itu terus berbicara.

[Kau hanya perlu meningkatkan tekanan darahmu lebih tinggi lagi.]

[Aku tidak menyangka trik semudah ini kau masih tidak menyadarinya haha, kau masih memiliki jalan yang sangat panjang nak. Kau masih payah.]

"Apa!, jika kau mengetahuinya seharusnya kau langsung saja memberitahu ku!"

[Tapi kalau aku memberitahu mu, itu tidak akan seru, bukankan begitu, haha!]

"Dasar pedang s*alan! Lagi pula kau itu senjata ku!, seharusnya kau menuruti apa kat-."

[Baiklah, cukup, aku sudah bosan.]

"Hei!, jangan memotong kalimat ku!"

[Kau ini berisik sekali, ingatlah kenapa alasan kita memasuki gedung itu.]

"Apa!, gedung?, Oh benar juga, kita ke sana karena ingin mencari persediaan makanan untuk bulan ini, tapi kita malah bertemu cacing ini dan berakhir disini."

[Benar]

"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kembali ke gedung itu."

[Kalau begitu aku akan tidur sebentar, bangunkan aku jika kau sudah sampai di gedung itu.]

Pedang Cain kembali ke wujud darah dan masuk kedalam tubuh Cain melewati celah-celah kulit tangan kanan nya.

Cain berjalan menuju gedung itu. Di jalan menuju gedung itu banyak debu yang muncul sampai mengganggu penglihatan Cain.

Cain menutup matanya untuk menghindari debu yang akan masuk ke matanya.

karena dampak dari cacing tadi yang menghancurkan bangunan di sekitar, banyak debu yang keluar dari puing-puing bangunan.

Setelah beberapa saat, akhirnya Cain berhasil melewati debu itu dan sampai di gedung yang dia tuju.

"Akhirnya sampai. Tunggu sebentar, apa-apaan ini!?" Cain terkejut melihat apa yang terjadi pada gedung itu.

Pedang Cain terbangun karena suara kerasnya [Ada apa?, apa kita sudah sampai?, tunggu sebentar, apa-apaan ini!?]

Gedung nya telah hancur karena cacing itu, kerusakannya cukup parah, tembok-tembok retak dan terbelah menjadi potongan kecil.

"S*alan!"