webnovel

28. Diculik

Lauren menunjuk dirinya. "Aku? Cemburu? Sama Sarah? Sorry, gak!" katanya lalu beranjak meninggalkan Adam yang terkekeh geli.

Pria itu tahu kalau pipi Lauren merah merona. Terlihat jelas, namun gadis itu menutupinya.

"Mau ke mana?" tanya Adam ketika melihat Lauren membuka pintu kamar mereka.

"Ini udah jam makan siang. Aku mau makan." Lauren membuka pintu dan segera melangkah keluar.

Gadis itu merutuki ucapannya sendiri. Sudah pasti Adam akan meledeknya, pikir Lauren. Dia mengacak rambutnya, dan berjalan menuju lift.

Sedangkan Adam membiarkannya. Dia duduk di bibir kasur, memandang ke arah televisi yang mati.

"Semoga saja ayah, datang tepat waktu." Adam meremas kuat sprei di sampingnya.

"Hah," desah Adam mulai jengah dengan kelakuan Sarah. Dia berbaring di kasur.

"Lihat aja, Sar. Ayahku gak akan maafin kamu begitu aja," kata Adam lalu memejamkan matanya. Adam berjanji pada dirinya, dia akan menyelamatkan keluarga dari masalah ini.

"Sarah jelas punya tujuan, terlihat jelas dari sikapnya terhadap ayah," gumam Adam lalu mengangkat tangan. Mengamati jemarinya yang dihiasi oleh cincin perkawinannya.

***

Di lain sisi Sarah sibuk dengan Brian. Memadu kasih di tempat yang pengap dan sempit. Keduanya berbagi cinta dan kehangatan masing-masing di atas jok mobil yang sudah diturunkan.

Wanita dengan pakaian yang sudah tak beraturan itu mendesah pasrah di bawah kendali Brian.

"Kamu ikut aku ke hotel," kata Sarah dengan napas terengah mencari titik temu untuknya melepaskan dahaga.

"Tentu, aku harus melihat siapa gadis yang kamu tawarkan," kata Brian makin keras. Sedangkan Sarah makin bersemangat menurunkan tubuhnya.

Hingga akhirnya dia berpegangan pada bahu Brian dan tubuhnya melengkung. Merasakan letusan yang menghantarkan Sarah pada getaran-getaran sensitif pada tubuhnya.

Sarah tersenyum lebar pada Brian yang menatap penuh kebanggaan akan dirinya.

Pria itu mengangkat tubuh Sarah ke sebelah. Menaikkan celananya dan pergi menuju hotel tempat Sarah menginap.

Sarah membenarkan pakaiannya. Menoleh pada Brian yang kini melajukan mobil dengan kencang. "Aku punya rencana, Brian."

"Rencana apa?" tanya Brian sambil memutar setir ke arah parkiran hotel.

"Aku ingin menyingkirkan dua orang dalam hidup, Adam."

Brian menghentikan mobil, menengok muka Sarah yang tengah serius sekaligus kelelahan. "Aku ingin memiliki Adam."

"Aku belum cukup?" tanya Brian sambil bercanda. Namun dibalas tonjokan di bahu oleh Sarah.

"Hish, kamu tak semaskulin Adam. Dia pria type-ku sekali tau."  Sarah menyandarkan kepalanya. Memandang pada seorang gadis yang sedang berjalan sendirian di depan gedung hotel.

Dia tampak bebas tanpa seorang pun bersamanya. Sarah menegakkan badan, melihat kesempatan di depan mata. "Kurasa kamu sudah berada di depan buruanmu, Brian."

Brian menatap ke depan. Tepat pada Lauren yang berjalan melintasi mobil mereka. Pria itu tersenyum senang.

"Ouh astaga, kamu tahu saja apa yang aku inginkan."

***

Adam terbangun dari tidurnya tepat ketika pukul delapan malam. Dia melirik ke sebelah kasur tempatnya berbaring. Namun tak menemukan Lauren di sana.

"Loh, kok dia belum balik ya?" tanya Adam heran mendapati Lauren tak ada di kamar.

Sontak kesadaran Adam terkumpul cepat. Dia bangun dan menoleh ke jam dinding. "Astaga aku tidur berapa lama?" tanya Adam lalu bangun.

Dia mengambil ponselnya dan keluar dari kamar. "Apa mungkin Lauren ada di lobby, mungkin dia lagi makan."

Adam bergegas menuju lift, namun dia terkesiap kaget ketika mendapati Sarah muncul. Wanita itu tersenyum lebar. "Hai, Dam. Mau ke mana?" tanya Sarah ramah.

Pria di depannya tak peduli. Dia hanya tahu untuk segera turun ke lantai dasar dan mencari Lauren yang mendadak tak ada di kamar.

Mengabaikan sosok Sarah. Adam lantas masuk dan menekan loby secepatnya. Acuh akan senyum Sarah yang perlahan berubah menjadi seringain lebar.

Dia tertawa geli. "Cari saja, Dam. Cari sampai dapat."

Adam keluar dari lift, mencari Lauren di resto hotel. Dia masuk dalam ruangan yang dipenuhi tamu hotel. Mata Adam berjelajah mencari sosok Lauren di buffet. Namun tak ada. Nihil.

Adam menscroll layar ponselnya dan mencari nama Lauren. Setelah dapat, bergegas Adam meneleponnya. Tapi sambungan terputus begitu saja.

"Ada apa ini? Kenapa perasaanku gak enak?" tanya Adam khawatir. Dia menuju mobil carterannya yang terparkir di basement.

Sebelum mencapai mobil, Adam melihat sebuah cincin tampak berkilauan terkena pantulan cahaya lampu. Adam memungutnya. Kaget ketika tahu kalau itu cincin milik Lauren.

"Apa yang terjadi sama Lauren?" tanya Adam, lalu mengantongi cincin itu dalam saku. Berlari kecil menuju mobil dan menjalankannya.

Tak peduli ke mana arah yang dituju, Adam hanya merasa kalut. Dia menghela napas panjang dan mulai mencari-cari sosok Lauren di tengah ramainya jalanan Bali.

"Kamu ke mana sebenarnya sih, Ren? Gak mungkinkan dia kabur?" kata Adam

sembari mengacak rambutnya frustasi.

Mobil Adam terus melaju di jalanan. Namun tak sedikitpun jalan yang dia tempuh menunjukkan batang hidung Lauren.

Dengan sebal Adam meninju setir mobilnya, menatap geram kepalan tangannya. "Ke mana kamu, Lauren?" gumam Adam.

Sekali lagi dia menelepon nomor Lauren, namun tetap saja. Hanya suara operator yang terdengar olehnya.

"Astaga, Lauren!" keluh Adam.

***

Sarah terbaring di kasurnya. Menoleh pada ponselnya yang bergetar dari dalam tas.

Wanita itu tersenyum lebar. "Pasti Brian," tebaknya sambil menarik ponsel tersebut.

"Halo, Sayang...," sapa Sarah manja.

"Buruanmu bagaimana?" tanya Sarah lalu memutar badannya menghadap tembok.

"Sungguh buruan yang manis dan memesona. Aku menunggu dia bangun," kata Brian.

Sarah menjulurkan  tangannya ke dinding. Mengusap cat yang dinding berwarna biru muda itu dengan tenang. "Aku tahu apa yang kamu suka, Brian. Nikmati hidanganmu," kata Sarah lalu melempar ponselnya ke kasur.

Tertawa bahagia karena sudah membuat Lauren kini terikat bersama Brian di tempat pria itu.

Gadis itu diborgol di kasur. Dia duduk di sana dengan mata terpejam karena efek obat bius.

Sedangkan Brian berjalan mendekati Lauren dan tertawa geli. "Lihat dirimu," kata Brian sambil menyentuh wajah Lauren. Gadis itu mulai menggeliat.

Ketika matanya terbuka. Lauren mendapati Brian mencondongkan badan ke arahnya. Bersiap mencium, tapi Lauren dengan sigap menendang selangkangan Brian hingga dia berteriak kesakitan.

"Astaga! Kampret!" teriak Brian gemas. Dia menarik wajah Lauren dan menekannya kuat-kuat hingga bibir Lauren monyong.

"Dengar, berani kamu nendang masa depanku hah?"

"Gue bisa buat patah punya lo kalau mau!" Brian melotot mendengar pernyataan Lauren.

"Lepasin gue gak!" kata Lauren. Jelas dia masih ingat wajah pria di depannya ini sekarang. Pria yang bersama Sarah di pantai, pikir Lauren.

"Lo mau apa hah? Suruhan Sarah? Sudah pasti sih!" gerutu Lauren lancang.

Brian menarik wajah Lauren, menciumnya dengan cepat. Tapi lagi-lagi Lauren berulah. Ketika Brian pikir Lauren terbuai. Dia malah membuka mulut dan menggigit keras bibir Brian.

Pria itu berteriak. Merasakan bibirnya yang terluka karena ulah Lauren. "Lo pikir bisa melawan gue?" tantang Lauren pongah.

***

Bersambung