Sejak subuh Gadis sudah mandi dan langsung berdandan. Tentu saja dia tidak berdandan sendiri. Xabiru sudah menyediakan jasa MUA profesional untuk menyulap Gadis menjadi ratu sehari yang akan terlihat cantik mempesona sepanjang hari. Kirana menatap putrinya yang tampak cantik dan begitu menawan. Untuk acara akad nikah Gadis akan memakai kebaya modern baru setelah itu dia akan memakai gaun yang lain.
"Kau cantik sekali, Nak," kata Kirana dengan suara bergetar. Gadis menatap Kirana dan langsung memeluk ibunya itu.
"Do'akan aku bahagia, Bu."
"Kau akan bahagia, Nak. Percayalah pada ibu."
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Kirana pun langsung bangkit dan membuka pintu. Saat melihat siapa yang datang Kirana tertegun dan terpaku.
"Mas?"
"Gadis sudah siap?" tanya Hans yang langsung melangkah masuk kemudian berjalan menghampiri putrinya. Gadis tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Setelah bertahun-tahun, ayahnya datang hari ini di saat paling penting dalam hidupnya.
"Ayah?"
Hans menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan.
"Jadi, aku masih tetap ayahmu?" tanyanya getir.
"Bukankah tadi aku memanggilmu Ayah?" tanya Gadis.
Hans tersenyum dan langsung membawa Gadis ke dalam pelukannya.
"Maafkan ayah selama ini, Nak. Kau benar, selama ini ayah sudah bersikap berat sebelah dan tidak adil dalam hidup kalian. Ayah selalu saja mendengar dari satu pihak. Tidak pernah mau dari kedua belah pihak. Ayah bersalah, maafkan ayah."
Gadis hanya tersenyum haru saat Hans memeluknya.
"Sudah, kau tidak boleh menangis. Sekarang, bersiaplah. Ayah yang akan menjadi walimu dan juga menikahkan dirimu dengan Xabiru."
"Terima kasih, ayah."
Melihat semua itu, Karina hanya bisa menangis dalam diam. Ia terharu setelah sekian lama ayah dan anak itu selalu saja bertengkar. Akhirnya tiba di mana mereka bisa berpelukan.
Ijab qobul berjalan dengan sangat lancar, bahkan Hans sendiri yang menikahkan Gadis dengan Xabiru. Setelah suara 'sah' bergema di dalam ruangan itu, Gadis dan Xabiru pun sungkem kepada Karina dan Hans.
"Tolong jaga Gadis dengan baik, jangan membuatnya menangis," kata Hans saat memeluk Xabiru.
"Jangan khawatir, saya akan menjaga putri Bapak dengan baik," jawab Xabiru.
Untuk menghadiri resepsi, Gadis mengganti kebayanya dengan gaun pengantin yang ia coba beberapa hari sebelumnya. Karina memakaikan perhiasan yang dibelikan oleh Xabiru yang memang sangat cocok dengan gaun pengantin yang dipakai oleh Gadis. Dengan mahkota kecil di kepalanya membuat Gadis bertambah cantik dan mempesona.
Semua orang terlihat begitu bahagia dan penuh dengan senyuman. Hanya Melinda yang tampak cemberut duduk bersama keempat anaknya. Ia menatap penuh kebencian kepada Gadis dan Xabiru.
"Seharusnya kau yang ada di sana mendampingi Xabiru. Tapi, kau terlalu bodoh, sehingga sekarang kau bisa lihat sendiri kan?" omel Melinda.
"Sst, sudahlah Bu. Ini di mana? Jangan membuat malu," tegur Mahendra.
"Bela saja terus orang yang sudah merusak kebahagiaan adikmu itu. Kau juga tidak becus!" omel Melinda lagi.
Namun, omelan dan makian Melinda berhenti saat melihat Jerry dan kedua irnag orang tuanya.
"Loh, kalian di sini?" sapa Jerry.
"Nak Jerry?"
"I-ini..."
Melinda tampak sedikit gugup. Ia tidak tau harus berkata apa pada Jerry dan kedua orangtuanya.
"Kalian kenal dengan Xabiru? Tapi, kenapa Om Hans ada di sana?" tanya Jerry.
"Pengantin wanitanya adalah adikku berbeda ibu," jawab Mahendra jujur. Membuat Jerry dan kedua orangtuanya terkejut.
"Ah, begitu ternyata," komentar Jerry.
Tercipta suasana hening di meja itu. Sampai akhirnya Master of Ceremony menyelesaikan sambutannya dan mempersilahkan para tamu undang untuk mencicipi hidangan yang telah disiapkan.
**
"Aku malu di pesta tadi. Jika tau keluarga Jerry ternyata mengenal Xabiru, aku tidak mau datang!" kata Melinda saat mereka telah kembali ke rumah.
"Lalu, kau maunya bagaimana? Memang kenyataan bahwa saat ini kau adalah madunya Karina. Sudahlah, jangan banyak mengeluh. Bukannya kau senang karena sekarang tidak perlu lagi memberikan uang bulanan pada Gadis dan Karina?!" hardik Hans kesal.
Melinda tak menjawab lagi. Dia sudah lelah mendengar ocehan suaminya. Melihat Melinda yang tak lagi bicara, Hans pun langsung membaringkan dirinya dan akhirnya iapun tertidur pulas karena lelah.Membuat Melinda semakin kesal.
Sementara itu, Xabiru, Gadis dan Karina sudah berada di rumah Xabiru. Seusai pesta, Xabiru langsung membawa Gadis dan Karina untuk ke rumahnya. Tadinya, Xabiru ingin menghabiskan waktu semalam saja di hotel, tapi Gadis menolak dan meminta untuk pulang ke rumah saja.
"Selamat datang di rumah kita, sayang," kata Xabiru yang di sambut Gadis dengan senyuman.
"Terima kasih, Mas. Oiya, di mana kamar Ibu?" tanya Gadis.
"Karena ibu tidak mau di kamar atas, jadinya ibu tinggal di kamar utama di dekat kolam renang. Dari kamar ibu ada pintu yang bisa langsung menuju ke kolam renang. Mari, bu kita ke kamar ibu. Barang kali ibu ingin langsung beristirahat," kata Xabiru.
Karina menganggukkan kepalanya, dan mereka pun langsung menuju kamar Karina. Karina pun berdecak kagum dan merasa bersyukur melihat kamar yang telah di sediakan oleh Xabiru untuknya.
"Besar sekali, Nak. Apakah tidak ada kamar yang lebih kecil?" tanya Karina.
"Ibu ini, mana mungkin aku memberikan kamar yang lebih kecil? Ibunya Gadis berarti ibuku juga. Ibu harus menikmati yang terbaik. Jika membutuhkan sesuatu ibu tinggal memencet bel yang ini, maka asisten rumah tangga di rumah ini akan datang," kata Xabiru.
Kemudian ia pun memperkenalkan ibu mertua dan istrinya kepada para asisten rumah tangganya. Gadis yang mengenali salah satu asisten rumah tangga Xabiru langsung tersenyum ramah.
"Jika ada apa-apa nyonya katakan saja pada saya, nama saya Asih," katanya.
"Dia Asih kepala para asisten rumah tangga di rumah ini, sayang. Suaminya pak Jaka adalah supir pribadiku," kata Xabiru menerangkan.
Setelah berkeliling rumah dan Karina sudah beristirahat di kamarnya, Xabiru pun membawa Gadis ke kamar mereka di lantai dua.
"Ini istana kita di rumah ini," katanya dengan lembut. Gadis tampak tersipu malu. Kini hanya ada mereka berdua di dalam kamar itu. Perlahan, Gadis berjalan ke arah pintu balkon dan ia tersenyum saat melihat teras balkon yang di lengkapi dengan sofa dan meja. Juga ada beberapa pot tanaman membuat suasana begitu nyaman dan view nya menghadap langsung ke kolam renang rumah mereka.
"Kau suka?" tanya Xabiru.
"Suka, mas."
"Aku sudah menyuruh Asih untuk menata pakaian milikmu di lemariku."
"Pakaian?"
"Tentu saja, memangnya kau pikir aku akan membiarkan kau memakai pakaian lamamu? Sekarang ini kau adalah istriku, jadi kau harus berpenampilan dengan rapi dan cantik selalu," kata Xabiru sambil memeluk Gadis dari belakang.
Gadis bisa merasakan hangatnya napas Xabiru di teruk lehernya dan seketika ia merasakan kehangatan yang berbeda.