webnovel

Senior lucknut

"Wahhh, ajarin Vikaaaa" anak kecil itu, kali ini mereka tidak di taman, tapi di sebuah rumah, rumah siapa? Entahlah, tapi sepertinya anak laki laki itu sangat waspada

"Em...ini beneran gak papa, Vik?" anak laki laki itu bertanya seraya melihat sekeliling

"Maksudnya?" tanya Vika, ia mulai bingung, daritadi anak itu kelihatan sangat waspada

"Ini pianonya punya siapa?" tanya anak itu kepada Vika

"Bang Ethan" balas Vika

"Emang boleh di mainin?" tanya Aaron

"Em...enggak sih...tapi nanti kalo ketahuan biar Vika aja yang dihukum, tapi Aaron ajarin Vika ya?" anak perempuan itu menunjukkan wajah imutnya seraya memohon

"Iya deh iya, aku ajarin, tapi Vika..." Aaron menggantung omongannya

"Hm?" tanya Vika seraya memiringkan kepalanya

"Kamu gak boleh bawa cowok selain aku kerumah, oke? Terutama pas kamu sendirian di rumah kayak sekarang, itu enggak boleh!" seru Aaron

Iya, sekarang rumah itu kosong, orang tua dan abang Vika sedang jalan jalan, Vika ditinggal, entah kenapa dia ditinggal

"Eh? Kenapa?" tanya Vika

"Pokoknya gak boleh, kalau kamu bawa cowok lain, aku marah, ngerti?" seru Aaron kembali

"Hm-mh!" Vika mengangguk mantap

Vika masih kelas 3, ini kejadian beberapa minggu sebelum waktu itu, saat Aaron membawa seorang perempuan ke taman

"Yaudah, sini duduk" seru Aaron seraya menepuk bangku di sebelahnya, Vika menurut, ia duduk di samping temannya itu

"Nah, kita mulai dari scale C oke? Vika liat dulu, terus nanti peragain" titah Aaron

*Deg!

Kejadian selanjutnya? Layar rusak, lalu tiba tiba berganti latar ke taman

"Vika!!" anak laki laki itu mengejar temannya

"Wleee" Vika masih berlari

Dia mencoret gambar Aaron tadi, habisnya Vika di kacangin sih

*Brugh

"Awww" ia mulai meringis kesakitan

Vika berhenti berlari, mendekat pada Aaron, "Eh...kamu gak papa? Maafin Vika ya..." seru Vika seraya mengulurkan tangannya, Aaron menjulurkan tangannya pula, menerima bantuan Vika, tapi...

"Bahahah!! Aaronnn!! Hahah!! Maaf maafff!!" Vika digelitikin

"Makanya jangan ganggu!!" seru Aaron seraya tetap menggelitiki Vika

"Iya iya, maaffff, hahahah!!" seru Vika seraya memberontak

*Deg!

Apalagi ini? Kenapa ada darah di sini? Ah! Sekarang mereka ada di sebuah tempat, tapi, dimana...?

"Aaronn!! Kenapa ngajak kesini?" gadis itu menahan rambutnya yang diterpa oleh angin, dia...cantik sekali, dia memakai gaun putih dengan rok mengembang dan dihias bunga mawar dibawahnya, bandana menghiasi rambut panjang miliknya, dan semuanya, terlihat sangat indah di mata Aaron

"Ah, udah datang huh?" seru Aaron seraya berjalan mendekat

"Ada apa?" tanya Vika pada temannya yang sekarang sudah SMP kelas 2

"Ini, aku cuma mau ngasih hadiah" seru Aaron seraya memberi sebuah kalung

"Lah? Terus napa dibawa kesini sih? Kan bisa ditaman" seru Vika

"Sekalian, makan malam bareng" balas Aaron seraya menarik tangan Vika

Mereka sekarang berada di tempat yang penuh dengan pohon berbunga di kanan dan kiri, lalu mereka juga menginjak pasir putih

"Woww, kamu yang buat?" gadis, yang sekarang menginjak kelas 5 itu terpana, dihadapannya ada sebuah meja putih, dipenuhi oleh makanan disana, lalu dipenuhi dengan hiasan bunga

"Hm, spesial buat kamu" balas Aaron pelan, tanpa sadar, senyuman terukir di wajah Vika, dan itu semua di dorong oleh pipinya yang memerah

• • • • • •

Kembali ke kenyataan, Vika terbangun setelah 3 mimpi random itu, lalu tersenyum dengan sendirinya

"Imut sekali..." gumamnya, "Eh, ini jam berapa?" batinnya, ia melihat ke arah jam dinding, sekarang jam 1.34 pagi

"Hm, jam segini" gumam Vika, ia kemudian melihat orang disamping sedang tertidur pulas, siapa lagi kalau bukan Elvin? Kemudian Vika melihat ke arah meja belajar Elvin, ia menemukan hp abangnya disana, kemudian muncul niatan untuk melihat isi hp itu

"Maaf bang, adekmu lancang" gumam Vika, "Okay...kita mulai dari kontak..." batin Vika, "Anjay...kontak gue namanya 'My lil sis❤️' donk, sweet banget sih" batin Vika, "Alay gue njir" sambungnya

Ia melihat ke yang lain, sudah banyak yang dirinya lihat, lalu yang terakhir adalah wa, ia sekarang melihat isi wa abangnya, "Anjay, ini anak ngirit kuota ya? Jawabannya cuma y, g, oh, terus kata lainnya disingkat sesingkat singkatnya kaya isi proklamasi yang 'diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya' haishh" Vika ngomel ngomel sendiri

"Udah selesai aktifitas kelancangannya? Hah?" itu Elvin, iyalah, siapa lagi coba? Setan?

Vika diam, gak bisa berkata kata

"Taruh" titah Elvin

"Kenapa? Ada rahasia?" seru Vika dengan segala ke-ogeb-an yang ia punya

"Taruh, Vika" seru Elvin yang masih dalam posisi tidur dan memejamkan matanya

"Gak mau" balas Vika acuh tak acuh

*Puk

Tangan Vika tertarik, ia sekarang berada di dekapan abangnya, sementara hp abangnya? Udah diambil sama Elvin saat ia terjatuh

"Mck, apa aja yang lo lihat?" seru Elvin dingin seraya membuka semua aplikasi di hp miliknya

Vika gak ngejawab

"Lo punya mulut kan? Jawab" seru Elvin kembali

"Cuma wa" balas Vika

"Gue udah bangun dari lo bangun, lo gak bisa bohongin gue gitu aja" seru Elvin seraya menaruh hpnya ke meja disamping kasurnya, "Jadi?" sambungnya seraya melihat Vika yang masih berada dalam dekapannya

"Gak tau, gak inget" balas Vika

"Vik, ini masih jam 2 kurang, gausah ngajak ribut" balas Elvin seraya menatap tajam

Vika cuma mempererat pelukannya dan menenggelamkan kepalanya pada dada abangnya

"Lo bersyukur karna gue sayang sama lo" seru Elvin pelan, nyaris tak terdengar, lalu mengecup kening Vika lembut lalu kembali tidur

4 menit kemudian

"Udah tidur..." gumam Vika, ia kemudian mengambil posisi duduk, "Adek lo ini gak bakal nurutin perintah lo bang, sorry aja" seru Vika

"Oh, gitu huh? Tunggu hukuman lo besok" balas Elvin dingin dan penuh penekanan

"Iyah...kenapa ya Tuhan..." batin Vika

"Gu-gue mau minum do-doank bang..." seru Vika gagap lalu mengambil gelas yang ada di meja samping Elvin kemudian berjalan ke arah dispenser

"Hukuman lo berjalan untuk seminggu ke depan, gue kasih tau besok" seru Elvin seraya kembali tidur

"Banggg, canda doank tadii, plis lahh, jangan ya?" Vika memohon

"Gak" balas Elvin

"Bangg" Vika masih ngerengek, lalu ia tampak berpikir sebentar, "Vika janji deh kalo gak di kasih hukuman bakal ngejauh dari abang selama seminggu, Vika janji gak bakal gangguin, suer" seru Vika dengan yakinnya, lalu meminum air putih yang sudah dia ambil

Elvin diam

"Oke?" seru Vika yang masih menawar seraya meletakkan gelas di samping dispenser

"Mck, lo ngerepotin orang banget sih Vik?!" seru Elvin dengan agak menekan, ia mengambil posisi duduk, lalu berdiri dan berjalan mendekat ke Vika

"I-iya...Vi-Vika minta maaf..." Vika menunduk, ia gak berani melihat wajah abangnya

Elvin kembali berdecak, kemudian ia menggendong adiknya lalu melemparnya kembali ke kasur

*Puk

"A-" ucapan Vika terpotong

"Diem" seru Elvin dingin, ia kemudian tidur di samping Vika menarik selimut lalu memeluk adeknya layaknya bantal guling, "Berani lo jauhin gue, gue usir lo dari rumah" ucapnya dingin

Hm, kalau udah digituin, siapa sih yang gak baper? Padahal manusianya biasanya dingin sama lo, eh, tiba tiba ngomong kayak gitu :)

"Huh?" Vika mendongakkan kepalanya, melihat wajah abangnya yang sudah kembali tidur

***

Jam 4.05, Vika udah ada di dapur, dia hanya memanaskan lauk kemarin, lauk yang dimasak bang Ethan kebanyakan, jadi masih cukup untuk nanti sore

"Moga nanti sore belum basi" gumam Vika

*Puk

Sebuah kepala mendarat di bahu Vika, dan tangan melingkar di perutnya, Vika melirik ke samping

"Ngapain lo bang?" tanyanya

"Kenapa? Masalah?" balas Elvin dingin

"Ya enggak, maksudnya kan kenapa bangun jam segini? biasanya juga 25 menit lagi" seru Vika

"Kangen ama 'anak'" seru Elvin dengan penekanan di kata anak dan mengusap perut Vika dari luar bajunya

"Bang, itu gak lucu, jangan dipakai buat bercandaan" seru Vika

"Gue gak bercanda kok" balas Elvin

Vika cuma diam, ia masih sibuk dengan urusan dapur

"Achh, b-bang! Sa-sakitt, lepass!!" seru Vika setengah berteriak

"Gue cuma gigit doank" balas Elvin acuh tak acuh

"Lo pikir gue ikan?! Minggir sana lo!!" seru Vika dengan raut wajah kesel, emang udah kesel banget dia mah

"Enggak" balas Elvin sambil tetap menggigit bahu Vika

"Gue tuang minyak panas enak nih kayaknya" seru Vika seraya mengambil minyak panas

"Bacot" balas Elvin

"Lo- e-eh..." Vika keringat dingin sekarang, sementara Elvin? Santai aja dia mah

"Wow" cuma itu yang keluar dari mulut Avan, sisanya melongo doank

Iya, mereka bertiga ngeliatin Elvin ama Vika

"Ow...I think...em..." akhirnya Ethan buka mulut, tapi kayaknya masih belum jelas apa yang akan dia bilang

"Em...itu...kalo...main...jangan lupa pake pengaman ye...takutnya...ya...gitu..." itu kalimat yang keluar dari mulut Evan

"Em...keatas yok, mandi kita" seru Avan dengan ragu

"I-iya..." balas Ethan

Mereka balek ke atas guys, Vika diam aja, marah dia

"Lo gak boleh marah, nanti anaknya juga ikutan stress lho" seru Elvin seraya menyeringai, "Gue mandi" sambungnya seraya melepas pelukannya

"Hm" balas Vika

20 menit kemudian, Vika menyusul mereka semua untuk mandi, lalu mereka sarapan bersama jam 5.24, Vika sibuk sama hpnya, isi wa kelas, kemarin malam, jam 10 grup itu rame, mereka nyiapin sesuatu buat hari ibu, katanya disuruh bawa gitar ama kamera, well, Vika gak disuruh bawa apa apa sih, jadi santuy aja lah. Ia kemudian melihat lagi ke bawah, disuruh ngapalin sebuah gerakan, tapi katanya Vika gak usah, tapi kalo mau gak papa, aneh

"Ngapain sih mereka?" batin Vika dengan raut wajah kebingungan melihat semuanya, "Dan ini juga napa canggung banget sih?" Vika melirik keempat saudaranya, gak ada yang ngomong dari tadi

Vika kembali pada hpnya, "Nyanyi? Saya disuruh nyanyi? Oke...let's listen to it..." batin Vika kembali, lalu mengambil earphone dari tas kecilnya dan memasangkannya di telinga

"Iyak!" Vika berseru, lebih tepatnya setengah berteriak

"Kenapa...dek...?" ucap Ethan ragu

"Eh, gak papa" balas Vika, "Nadanya ya Tuhan..." seru Vika, "Ciptaan Aaron...? Oh iya, sepertinya dia musisi ya? Pantes setiap gue main piano kayak ada wajah cowok gitu, terjawab sudah" batin Vika

Jam 6, seperti biasa, mereka berangkat, mobil yang dinaiki Vika dan Avan hening, dan Vika tau kenapa

Mereka udah sampai, Vika membuka pintu mobil, "Jemput jam 3 ya bang" serunya

Gak ada jawaban dari Avan, all right then, dia berlari masuk ke sekolah, tapi langkah kakinya berhenti sebentar setelah mendengar teriakan

"Woy!" teriakan dari seorang Dimas

"Lo pagi pagi berisik banget sih!" itu Aaron

"Lo juga bambang!! Diem lo pada!!" seru Vika

"Bodo" bales Dimas

Mereka jalan bareng ke kelas, tapi langkah Vika kembali terhenti setelah sampai di pintu kelas

"Ehh, bentar bentar" seru Vika dengan suara sepelan mungkin, 2 insan dibelakang cuma ngikutin

"Mau lo apa sih?!" itu suara Liona, 3 insan tadi mengintip

"Gue udah bilang kan? Gue mau salah satu dari abang lo" balas perempuan yang ada di hadapan Liona

"Lo udah ngelanggar peraturan sekolah, kak, tolong, tinggalin gue sendiri" seru Liona

*Greb

"Gausah sok sok an depan gue, gue senior lo, dan lo itu gak ada apa apanya kalo gak sama temen lo! Dasar anak haram!!" ucapan senior itu...apakah cukup menjadi bukti? Dan lagi, sekarang dia sedang menjambak Liona

"Peraturan 23, dilarang membully seseorang, adik kelas, sepantaran, maupun kakak kelas, senior, anda sudah melanggarnya, hukuman yang saya berikan pada anda cukup meminta maaf padanya" Vika berbicara tanpa ragu, "Ya Allah, itu kan senior yang waktu itu di toilet!" batin Vika (Baca chap 'desahan...?')

"Heh! Emang lo pikir lo siapa?" tanya senior itu dengan nada menantang

"Tolong, lepaskan rambut teman saya" seru Vika

Dimas ama Aaron? Mereka bersandar pada pintu, menunggu senior itu keluar

"Kalo enggak?" tanya senior itu dengan nada yang sama, dengan terpaksa, Vika memukul perempuan itu sedikit, atau lebih tepatnya, gerakan yang dulu diajarkan oleh Aaron, tidak akan melukai, hanya akan menjauhkan pelaku dari korban

"Mungkin rekaman yang lalu dan sekarang akan tersebar" balas Vika kemudian

"Lo gak tau gue anak siapa? Heh! Gue anak dari orang yang nyalurin 50% dana ke sekolah ini! Anak dari direktur di perusahaan Geral! Menurut lo, kalau gue minta papa gue berhentiin dana itu, apa yang akan terjadi?" tanya senior itu seraya menyeringai

"Senior, berhentilah jika ingin perusahaan ayah anda tetap berjalan lancar" Dimas angkat bicara

"Heh! Lo gak usah ngatur ngatur gue!" seru senior itu

"Halo, direktur" suara Vika mengisi kelas itu

"Ada apa nak Vika?" tanya orang dibalik telepon itu, Vika menelepon seseorang

"Anak anda, senior Tiara, mengganggu teman saya dan sangat lancang kepada saya, bisakah anda mengajarkannya sopan santun? Atau saya terpaksa memutuskan 80% dana yang direktur Elvin berikan untuk anda" seru Vika seraya menatap tajam senior itu dan menekan perkataannya, senior itu diam membeku

"Ba-baiklah, sa-saya akan mengajarkan dia nanti" seru orang itu

"Terimakasih, direktur, mohon maaf bila saya mengganggu anda" Vika langsung memutuskan teleponnya setelah itu

Senior itu tidak bisa berkata kata, dia hanya pergi berlari keluar

"Cih!" seru Vika kemudian, "Lo gak papa Li?" tanya Vika

"Gak papa" balas Liona

"Emang tadi kenapa sih?" tanya Dimas

"Biasalah, fans abang gue, gue juga jadinya yang di teror, laknat sekaleh" balas Liona

"Ihh, kamu jangan gitu sama aku, cerita donk bebb, ya?? Yaaa??" seru Vika dengan nada menjijikkan

"Jijik goblok! Nanti gue cerita!" seru Liona

"Kapan mas? Aku gak bisa digantungin kayak gini" nah kan, mulai dramanya

"Ya Tuhan, sahabat guaa" seru Dimas

"Sahabat lo? Gue pikir orgil tadi" seru Liona

"Jahat klean!" balas Vika seraya meletakkan tas super kecilnya ke laci, kalau di kursi pasti jatoh

"Oh iya, senior tadi belum minta maaf" seru Dimas

"Lah iya ya...mau gue kejar gak Li?" tanya Vika

"Gausah, kasian, lo udah buat dia malu" seru Liona

"Hm, sorry gue datang telat" seru Vika

"Kan, mulai dah sikap rasa bersalah lo, kesel gue" seru Liona

"Ih, geer lo anjinc" balas Vika gak nyante

.

.

.

.

.

.

Typo bertebaran, sorry yaw

Aghu mau nanya guys, dijawab! Aku maksa :v

Enggak kok enggak, cuma mau nanya doank, kalo aghu buat cerita lain, kalian baca gak kira kira? Gitu aja sih :v Makasih buat waktunya yang udah mau mampir, lop yaa