webnovel

unSpoken

Hanny_One · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
42 Chs

BAB 26 : 'Aku Akan Segera Pulang'

Jam dinding dikamar liana menunjukkan pukul 22.30 . tapi liana terbangun dari tidur nya. dia bermimpi buruk,mimpi yang sudah lama tidak datang kini hadir kembali. Sebenarnya bukan mimpi tapi potongan ingatan nya saat kecil. Liana duduk diatas kasurnya dengan memeluk kedua lututnya. Lagi-lagi air matanya mengalir deras. Sepertinya belum puas ia menangis di ruangan Ibu Siti dan juga di perjalan pulang bersama Reyhan tadi. Hatinya masih gelisah dan bersedih.

Bukan kah seharusnya dia bergembira mendengar kabar bahwa sosok yang selama ini dia tunggu akhirnya akan datang, menemuinya. Tapi kini liana bukan lah anak kecil yang polos seperti dulu. Kini dia seorang wanita dewasa yang tahu kebenaran. emosi yang ada didalam dada nya bercampur aduk. Ada rasa marah kecewa rindu bahagia yang sulit untuk dipisahkan,dan dirasa kan satu persatu.

Liana memutuskan untuk menemui wanita itu selasa siang. Dia membuat janji dengan nya,ibu Siti yang menjadi perantara penyampai pesan liana. Liana tidak berani menghubungi sendiri. liana bertekad akan menemuinya untuk bertanya mengenai alasan nya meninggalkan liana 13 tahun lalu.

Ponsel liana berdering. Memecah lamunannya. Nama 'Si Sultan' tertulis dilayar ponselnya. Liana meangkat nya segera. Satu hari ini sepertinya marcello sangat sibuk,karna hanya tadi pagi dia mengirim pesan pada liana.

"Halo liana,selamat malam" marcello menyapanya dengan semangat

Liana berusaha mengatur suaranya sebelum mengangkat panggilan itu. dia sunguh ingin bersikap baik-baik saja. Tapi nyatanya saat mendengar suara marcello diujung sana membuat liana terisak. Dia sunguh ingin mengatakan betapa pedih hati nya saat ini.

Marcello terdiam mendengar isakan liana. Dia terpaku,membatu. Begitu sedih dan sakit suara tangisnya disana. seandainya dekat marcel pasti akan pergi mendatanginya saat ini. akan memberi pelukan hangat padanya.

"ada apa liana?" marcel bertanya lirih

" mama .. ! mama .. dia mencari ku. Dia akan datang menemui ku. Tapi kenapa hati ku sakit seperti ini? bukan kah seharusnya aku bahagia?" tanya liana sambil mencengram baju nya sendiri

Marcel terdiam,binggung harus menangapi seperti apa. Karna dia juga tahu bahwa wanita yang liana pangil mama itu adalah orang yang sudah menelantarkan nya,meninggalkan nya sendirian selama ini. marcello juga tahu bahwa wanita itu adalah orang yang juga sama dengan yang sudah menjual aset ayah liana,dan memakai uang nya untuk dirinya sendiri. untuk kehidupannya sendiri.

"kenapa mama harus seperti ini? kenapa tidak membiarkan aku sendiri selama nya saja? Membiarkan aku membenci nya sampai akhir hayat? Membiarkan aku benar-benar menjadi seorang yatim piatu seperti yang semua orang sangka selama ini?"

Liana mengeluarkan isi hatinya. Entah mengapa dia selalu merasa nyaman dan percaya kepada marcel. dia bisa dengan mudahnya membuka suara kepada marcel. dia merasa bebas berbicara dengan nya.

"liana ini bukan salah mu, dank au tidak perlu menahan perasaan mu. Keluarkan saja semua nya. tak apa sekali-sekali menjadi orang yang egois"

"bolehkah aku seperti itu?"

"kenapa tidak? Jika merasa marah maka marah lah. Jika kesal ungkapkan saja,hardik sesuka hati. Keluarkan segala isi hati mu, jika membenci benci lah sepuasnya malam ini. dan jadilah pribadi liana yang seperti biasanya besok hari. jadilah liana yang penuh semangat dan pantang menyerah. Terbitlah besok hari seperti matahari yang menyinari dunia dengan cahayanya yang tidak terpadamkan"

"iya,aku akan menangis dan memaki malam ini. Akan aku keluarkan semuanya sampai tidak tersisa."

"liana,aku akan segera pulang.. Secepatnya,ku usahakan ." Marcel berkata dengan mantap

"ia,pulang. Segera pulang."

"ia,aku akan pulang. Jadi bisakah liana baik-baik saja dan tetap kuat disana?"

"Mmm .. aku akan baik-baik saja"

"baiklah, selamat malam" marcel akan menutup pangilannya

"bisakah tidak perlu menutup telepon nya? bisakah temani sebentar lagi, temani tidur."

Marcello tersenyum. liana mulai menunjukkan sikap manja nya akhir-akhir ini. walau begitu marcel merasa senang. Dia menikmati percintaan ini.

"baiklah,bagaimana jika video call supaya lebih berasa" marcello menawarkan diri

"haruskah?" liana bertanya ragu

"tentu saja. Jika video call kan bisa tatap-tatapan,jadi akan terasa lebih real kalo kita tidur sampingan" marcello menutup mulutnya yang tertawa geli merasakan tingkah nya sendiri.

. . .

Reza masuk kekamar marcello,dia berniat akan membangunkan nya. tapi apa yang dia lihat sunguh mengejutkan. Marcello tertidur dengan ponsel disampingnya,terlihat liana yang tertidur diseberang sana. dia tidur semalaman ini dengan keadaan video call yang tidak putus. Cinta oh cinta, kau begitu memabukan dan candu yang berat dipikul oleh para bujangan.

Reza mengelengkan kepalanya. Untung saat ini mereka sedang berada di Malaysia jadi perbedaan waktu tidak terlalu kentara seperti beberapa hari lalu.

Dia melihat liana terbangun diseberang sana,mengedipkan mata dan menguceknya beberapa kali. Liana melihat kearah layar,sepertinya sedang menatap wajah marcello. Liana tersenyum,dia menatapnya lama. Sepertinya sedang mengagumi gaya tidur marcel.

Reza tidak sangup lagi menahan tawanya, melihat kedua BUCIN ini. Suara tawanya meledak,menbangunkan marcello. Liana diseberang sana kikuk,dan segera memutus video call nya. dia malu ketangkap basah sedang memandangi marcello dengan penuh kekaguman. Dia yakin dari suaranya itu adalah Reza.

"ngapain kamu disini?" tanya marcello dengan wajah bersungut-sungut

"mau bangunin kamu,eh ternyata dapat tontonan FTV BUCIN." Reza mengejek

"dasar" marcel melempar bantal didekatnya kearah reza

"ingat umur cel,kalo liana sih wajar lah masih bisa maklum. Kalo kamu … pfft…"

reza mengejeknya habis-habisan pagi itu. marcello hanya bisa pasrah dibiarkan nya reza bersenang-senang pagi ini sebelum diberinya setumpuk pekerjaan. Karena macel berencana secepatnya akan pulang.

. . .

"gimana pencarian kamu berhasil dapat banyak info?" marcel bertanya serius kepada reza yang sedang menikmati makan malam nya

"harus saat ini ya laporan nya?" reza protes

"aku ingin mendengarnya sekarang" marcel tidak menerima penolakan reza

Pak handoko yang juga dimeja makan itu hanya tersenyum. dia tahu bahwa marcello sedang membalas perbuatan reza tadi pagi yang mengejeknya dengan begitu leluasa. Pak Handoko mendegar kisahnya secara detail dari mulut reza pasal kejadian yang dia lihat tadi pagi. Marcello memang selalu lebih kejam ketika membalas perbuatan seseorang padanya.

Reza menghentikan makan nya. melirik pak Handoko meminta pertolongan. Tapi pak Handoko hanya meangkat bahunya. Reza memutar pandangannya kepada marcel yang tengah menikmati makanan nya dengan lahap. 'ternyata dia belum puas juga menyiksa ku hari ini' reza sunguh merasa menyesal atas perbutannya tadi pagi yang sudah membuat marah 'si sultan'.

"menurut info yang aku dapat DIA sudah ada di Jakarta saat ini. dia membuat janji temu dengan liana besok siang. Dia sendirian, tidak membawa serta kedua anak kembarnya. Tadi siang dia berkunjung kepanti asuhan bahagia, bertemu dengn pengurus disana untuk memastikan kebenaran bahwa liana bersedia bertemu denganya."

"bagaimana dengan rekening itu?"

"untuk masalah rekening,ternyata benar itu kepemilikan liana. Jadi ternyata sekolah yang kamu beli dan di kembangkan oleh marsha saat ini adalah milik almarhum ayah liana. Yayasan itu dibangun oleh ayahnya. Makanya yayasan itu hanya dijual ¾ nya karna sisa nya untuk mengamankan hak yang didapat dari penghasilan pengembangan yayasan. Uang itu lah yang selama ini dipakai liana untuk melanjutkan sekolahnya."

"apakah liana tahu?" marcel bertanya sambil menikmati makanan nya

"sepertinya liana tahu pasal yayasan dan sekolah yang dibangun ayah nya itu, dia juga tahu bahwa ibunya yang menjualnya, tapi dia tidak tahu bahwa ¼ kepemilikannya adalah hak dan atas nama dirinya."

"bagimana dengan Alvin,siapa dia?"

"Alvin benar-benar dekat dengan nya"

Marcello menghentikan makan nya. dia menunggu kelanjutan kata-kata reza.reza tersenyum melihat ekspresi marcello yang waspada dan merasa terancam dengan nama Alvin.

"rumah mereka dulu bersebrangan. Ayah kedua nya pun juga berteman. Liana sering dititipkan dirumahnya. Jadi mereka terbiasa bermain bersama. Liana seumuran dengan adiknya Alvin. Mereka sering didandani ala-ala kembar penganti." Reza merogoh kantungnya,mengambil ponselnya.

"cob lihat ini" reza memperlihatkan foto-foto kebersamaan antara Alvin liana dan reyhan

Marcello segera menyambar ponsel reza,mengesernya sendiri melihat foto-foto masa kecil liana. Yang entah dari mana didaptkan reza.

"bukan hanya sebatas itu,hubungan dekat mereka berlanjut sampai sekarang. Bahkan dulu saat ayah ibu Alvin tahu liana dimasukkan kepanti asuhan mereka sempat akan mengadopsi nya. tapi liana menolak. Mereka sangat menyayangi liana. Sepertinya juga ibu Alvin berusaha menjadikan liana menantunya, dia akan menjodohkan liana kepada Alvin atau pun putra bungsu nya.dia benar-benar berniat menjadikan liana anak nya."

Wajah marcel mengeras. Ia cemburu. Apalagi melihat foto-foto itu yang mulai beralih dari liana kecil menjadi liana dewasa dengan dua orang laki-laki yang selalu menghiasi setiap fotonya.

'saingan ku ternyata bukan Cuma satu orang' batin marcello

"ini apa tidak ada foto liana sendiri? kanapa dua orang ini selalu disampingnya?" marcello bertanya dengan nada setengah marah pada reza

"mana aku tahu,memang seperti itu aku dapatnya"

"ini ambil," marcel melempar ponsel reza dengan ringan tangan

"untung aja" reza merasa lega bisa menangkap ponselnya "kalo sampai jatuh dan rusak aku minta ganti rugi" reza protes

"Mmm …' marcel menjawab tanpa menoleh