webnovel

unSpoken

Hanny_One · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
42 Chs

BAB 21 : 'kakak'

Selasa sore yang cerah berbanding terbalik dengan wajah liana yang berawan. Disepanjang jalan pulang pada wajahnya sudah terpatri garis melengkung kebawah. Bibir nya manyun,ia merenggut. Hati kesal bukan kepayang. Bukan sebab pekerjaan. Tapi karna marcello. Satu hari ini lelaki itu bahkan tidak menyapa liana. Apa lagi melempar senyum. Entah kenapa hal itu begitu mengusik liana. Membuat mood nya menjadi buruk.

Padahal selama satu hari ini banyak pertemuan yang terjadi diantara mereka. Bahkan tadi siang mereka sempat makan bersama. Sebenarnya bukan hanya berduaan tapi juga bersama rekan kerja yang lain dan juga kepala bagian perusahaan sebelah. Makan siang itu terjadi setelah pembahasan proyek yang akan segera berjalan. Kenapa liana ikut terlibat,ya jelas saja karena dia yang memenangkan proyek itu. dia menjadi perwakilan dari perusahaannya.

Sepertinya liana tidak bisa memungkiri bahwa hatinya berharap marcel akan berlaku lain kepadanya. Setelah kejadian malam itu,lalu lamaran di mobil,dan juga pertemuan dengan anggota keluarganya,serta kencan kemaren minggu,bukan kah seharusnya hubungan mereka lebih dari sekedar atasan dan bawahan. Tapi marcello adalah seorang yang tidak mencampuri urusan pribadi dan pekerjaan. Jadi dia berusaha senetral mungkin kepada liana.

Padahal diam-diam dia memperhatikan liana. Dia juga inggin dekat dan berbincang dengannya. Tapi pekerjaan tetaplah pekerjaan. Dia harus professional bukan. Dia juga berusaha menjaga image liana dikantor,agar tidak ada gossip miring karena kedekatan mereka berdua. Marcel tau jika gossip mulai menyebar maka yang paling dirugikan adalah liana. Jadi dia berusaha menjaga hubungan mereka Nampak natural. Dia berencana menyembunyikan nya sampai liana resmi menjadi miliknya. Dia menunggu jawaban liana atas lamarannya kemaren.

"marcello menyebalkan!" liana memaki dengan hatinya,kaki nya menendang botol plastik yang tergeletak dijalan.

"dia memperlakukan ku seakan-akan tidak kenal." Liana meremas tali tasnya

"padahal kemaren dia melamar ku,tapi sekarang tidak mau tahu dengan ku. Sebel-sebel" liana mengacak rambut nya

TIT… suara klakson mobil dari arah belakang. liana terkejut. Mobil itu berhenti disampingnya

"apa yang kamu lakukan?" Alvin menegur liana dari dalam mobil.

"sedang kesal ya?"

Liana memandang laki-laki itu dengan senyum lebar

"ayo masuk" ajak Alvin, tanpa pikir panjang liana segera masuk

"kakak mau mampir ke rumah ya?" liana bertanya

"iya. Aku juga bawain makanan masakan mama. Mau makan malam bareng kamu"

"wah…,tante yang kirim. Lama nga makan masakan tante. Kangen" isyarat tangan. liana berujar

"kamu ngapain sih dijalan tadi?" Alvin bertanya pada liana.

"hehehe,kakak lihat ya?"isyarat tangan. liana cengegesan karena malu

"lagi kesal kenapa? Pekerjaan?"

Liana meangguk ragu, dia malu meakui bahwa dia sebenarnya kesar karena marcello

Alvin tahu liana sedang berbohong,tapi dibiarkannya. Mungkin liana tidak nyaman berkata jujur padanya. Gadis kecil ini sudah dewasa dan bermain dengan cinta-cintaan sekarang. Sebagai sosok seorang abang dia tidak mau mencampuri urusan pribadi liana dengan paksaan. dia inggin gadis kecilnya ini yang akan bercerita sendiri ketika dia merasa siap. Tapi Alvin juga tidak akan membiarkan liana terluka,jika itu terjadi dia bertekad akan maju dan melindunginya.

. . .

"wah…cat dinding nya baru diganti ya? Nuansanya anak cewe banget ya,terlalu feminism disini" Alvin berkomentar ketika baru masuk kerumah liana

Liana tertawa ringan mendengar komentar Alvin,sudah satu tahun memang dia tidak pernah berkunjung kerumah itu lagi. Terakhir kali warna dinding nya masih biru,putih dan grey. Tapi sekarang warna merah muda begitu mendominasi ruangan-ruangan dirumah kontrakkan liana.

Ruang tamunya bewarna merah jambu dengan stiker bungga mawar,sofa putih dengan bantal-bantal kecil bercorak bunga ada disana. Lalu dapur disentuh oleh banyak peralatan makan,dan memasak dengan warna merah,merah muda dan putih. Apa lagi kamarnya,benar-benar pinky.

Rumah itu sungguh cerah,dan menunjukkan sisi liana yang periang. Aura positif terpancar dari sana. Liana sungguh menjadikan rumah itu sebagai rumah impiannya. Dia menata setiap barang dirumahnya dengan rapi. Walaupun dia bekerja,dan tinggal sendiri tapi rumah itu tetap rapid an terurus baik.

"ka,aku mandi dulu dan ganti baju dulu ya. Kakak istirahat aja dulu atau nonton tv dulu ya" isyarat tangan. liana berkata setelah menaruh rantang makan yang dibawa Alvin dimeja dapur

"oke" jawab Alvin singkat

. . .

Liana keluar dari kamarnya,dengan handuk diatas kepala. Dia memakai baju kaos lengan pendek yang longgar dan panjang sampai sebatas lutut. Alvin berada didapur membuka dan menyiapkan makanan diatas meja.

"cepat nya sudah selesai. Biasanya kan anak cewe lama mandinya" Alvin melihat kearah liana

"sengaja cepat-cepat soalnya udah lapar banget,apalagi tadi cium bau masakan nya pas kakak panasin" isyarat tangan. Liana tersenyum manis kearah Alvin "mmmm…aromanya mengoda sekali" liana berekspresi dengan lucu,

Alvin sempat tercenggang sepersekian detik ketika melihat wajah liana yang tersenyum begitu manis. "gadis kecil ini benar-benar sudah dewasa ya,cepat sekali waktu berlalu' benak Alvin

"ayo cepat sini,kalo memang sudah lapar" Alvin menarik tangan liana,mendudkan nya dibangku meja makan

"segini,nasinya cukup?" Alvin bertanya sambil menaruh nasi pada piring

"tambah,sedikit lagi' isyarat tangan.

"baiklah. Ini makan yang banyak ya" Alvin menyodorkan nasinya,lalu mengelus puncak kepala liana.

Dimeja makan mereka berbincang panjang lebar,bercerita tentang satu tahun belakangan. Kisah Alvin saat dinegeri orang,kisah beberapa wanita yang mendekatinya,kisah betapa cantiknya kota tempat dia menuntut ilmu,segala pengalaman nya disana.tidak lupa Alvin bertanya balik tentang keadaan liana satu tahun terakhir.

Ternyata belum puas mereka bercengkrama selama didapur,mereka melanjutkan nya diruang tamu. Alvin mengajak liana menonton film yang dibawa nya. Waktu terasa berlalu begitu cepat. Jam dinding menunjukkan pukul 21.35 saat film yang mereka putar selesai.

"nga kerasa sudah jam seini aja. Aku pulang deh" Alvin berdiri dan merapikan barang-barangnya

"yah…sebentar lagi ya ka," liana menawar

"kamu harus kerja besok pagi,kalo begadang nanti susah bangun lo. Istirahat gih" Alvin memberi pengertian

"ginap disini aja" liana mengenggam tangan Alvin,wajahnya memelas

"tidak baik dilihat tetangga,kamu itu wanita dewasa aku juga seorang lelaki dewasa. Apa kata mereka nanti."

"tapi kan kamu kakak ku" liana makin protes,matanya berkaca-kaca. Dia sungguh masih inggin berlama-lama dengan Alvin

Alvin mengerti liana kesepian dirumah ini sendirian,jarang sekali ada yang menjenguk nya disini. Karna memang dia tidak punya siapa-siapa. Hanya Alvin,ibu dan ayahnya yang biasanya menjenguk liana. Tapi semenjak ayah Alvin sakit ibunya juga jadi jarang berkunjung ketempat liana. Mereka sangat sayang pada liana.

"liana …" Alvin duduk disampingnya "aku seorang laki-laki,dan kita bukan saudara kandung…"

"jadi kakak selama ini tidak anggap aku saudara?" liana tersinggung,dia menunduk sedih

"dengar aku dulu,biarkan aku menyelesaikan kata-kata ku" Alvin menangkup wajah liana dengan kedua tangan nya "aku seorang laki-laki normal,dan kamu bukan saudara kandung ku,walaupun hubungan kita dekat selama ini tapi liana apa kamu yakin aku tidak memandang mu sebagai seorang wanita saat aku bersama mu"

Liana menatap Alvin tidak mengerti.

"liana,ibu ku selalu bilang kepinggin kamu jadi menantunya,dia inggin kamu benar-benar jadi anaknya. Jadi mungkin aku atau ridho yang akan dijodohin ke kamu. Kamu seorang wanita yang cantik dan manis,kalo lama-lama berduaan begini apa lagi sampai nginap segala bisa jadi kan aku mendekati mu sebagai seorang laki-laki" Alvin mengatakannya dengan serius,

Liana Nampak terkejut dengan kata-kata Alvin,wajahnya memerah karena malu. Apalagi dengan jarak wajah yang begitu dekat wajah Alvin begitu mempesona. Liana sadar,bahwa dia dan Alvin sekarang seperti seorang kekasih yang sedang berduaan dirumah.

'manisnya' benak Alvin melihat wajah liana yang merona 'kenapa aku baru sadar sekarang,padahal dia selama ini bersama ku,kami begitu dekat sedari kecil. kenapa baru sekarang aku menyadari dia wanita yang cantik,dan baik hati'. Jantung Alvin tiba-tiba berdebar kencang. Menyadari ada yang salah pada dirinya Alvin segera beranjak.

"baiklah,aku pulang ya." Alvin mengambil kunci mobil nya, liana masih terpaku

"jangan dipikirkan seperti itu,aku hanya sedang mengoda mu" Alvin mengelus rambut liana,dan tertawa kecil.

Liana mengantar Alvin keluar. tiba-tiba Alvin memutar badan dan memeluk Liana hangat.

"jaga diri baik-baik ya,kalo ada masalah cerita jangan dipendam sendiri. kamu nga sendiri an ko,ada aku ada ibu dan ayah juga. ada kami." Alvin melepas pelukan nya. tersenyum lebar pada Liana

Liana terharu mendengar nya.

Alvin mengelus puncak kepalanya,menjongkok menyamakan tinggi nya dengan Liana.

"jangan mewek gitu" goda Alvin "semangat Liana"

Alvin masuk mobilnya, sebelum melajukan mobil Alvin memandang Liana lekat.

"kakak pulang ya" ucapnya