Suara petir yang sangat keras membangunkan Sari dari tidurnya. Sari bangkit terduduk. Dikerjap-kerjapkannya kelopak matanya yang masih terasa sangat lengket. Lalu melirik jam di tangannya yang menunjuk ke angka empat. Masih pagi sekali.
Ia mengintip keluar melalui celah-celah sempit di dinding kamar. Hujan masih turun dengan deras. Di kejauhan, di balik cahaya kilat yang menghiasi gelapnya langit, nampak jelas siluet Gunung Nawang yang berdiri gagah seolah menantang petir yang saling berlomba ingin menyambar tubuhnya.
Pemandangan yang mengerikan, pikir Sari seraya menarik ujung selimutnya yang tersingkap, berniat hendak melanjutkan tidur.
Tapi ...
Tunggu dulu … apa itu?
Sari memicingkan mata.
Ada titik-titik cahaya aneh di langit. Dan sepertinya itu bukan cahaya kilat.
Sari merapatkan lagi wajahnya ke dinding supaya bisa melihat dengan lebih jelas.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com