webnovel

Chapter 54

Nesseus berlari kencang sembari mengenakan baju formal. Lengkap dengan tombak trisulanya, bersama dengan dua pelayan tua di belakangnya. Entah kenapa, Nesseus merasakan energi sihir yang sangat kuat di luar sana. Mendorong pintunya sengaja. Hentakan alas kaki bersepatu dari logam besi. Dagunya mendongak pada sosok Raja terdahulunya, Amersitus.

Sosok seorang laki-laki berpakaian zirah, lengkap dengan warna emas mengkilap. Mahkota besar memiliki delapan sisi lingkaran. Hiasan warna-warni cukup menerangi sekitarnya. Memastikan tidak ada seorang pun mendekatinya. Pria tua brewok berkulit langsat. Sirip-sirip di wajahnya terbentang lebar, membantu bernapas di lautan. Beliau melotot tajam pada putranya, Nesseus yang dianggap tidak sopan. Tetapi karena situasi darurat, maka beliau membiarkannya.

"Ayah! Kenapa kita tidak investigasi batu itu?" tuntut Nesseus pada Ayahnya.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Amersitus.

"Jangan pura-pura bodoh, Ayah! Kata Cecil, Ayah membiarkan batu itu jatuh ke lautan tanpa melakukan apa pun. Bukankah itu—"

"Aku tahu maksud ucapanmu nak. Tapi Ayah harus menurutinya. Jika tidak, Ayah akan dihukum!"

Tarikan napas keluar dari mulut Amersitus. Dia tahu agak sulit menerangkan ini kepada putranya yang masih naif. Tetapi jika dibiarkan, maka dirinya tidak ada bedanya dengan Raja terdahulunya.

"Bisakah tinggalkan aku sejenak? Aku ingin bicara dua mata dengan putraku, Nesseus."

"Baik, Yang Mulia Raja!"

Akhirnya, mereka pun pamit undur diri, meninggalkan Nesseus dan Amersitus sendirian di dalam ruangan. Beliau bangkit dari kursinya, mendekati putranya Nesseus. Kedua air mata terisak saat menyentuh rambut dan kepalanya. Kemudian, beliau memeluknya tidak henti. Nesseus kebingungan dengan reaksi Ayahnya sendiri.

"Aku bermimpi buruk nak. Kikmera, Goddess of Ocean & Sea mendatangiku dan menunjukkan pertemuan kedua Dewa."

"Kedua Dewa? Siapa Ayah?"

"Dewa Zeorg dan Dewa Ikhdos. Mereka memberikan sebuah ujian yang ditunjukkan pada Ayah."

Setelah Amersitus menerangkan mimpinya pada Nesseus, kepalan kedua tangan dari sarung tangannya. Mendongak pada Ayahnya. Memang beliau tidak bisa bergerak karena sudah dalam garis besar Dewi Kikmera. Tetapi, kekuatan yang diwariskannya akan dijaga olehnya.

Mendengar perkataan dari beliau, Nesseus menarik napas dalam-dalam. Dia pun berbalik arah. Memantapkan diri untuk merekrut orang-orang supaya bisa mengalahkan The Blind Angel Snake. Dia berhutang budi pada Dewi Kikmera telah menunjukkan jalan sesungguhnya.

~o0o~

Tiecia terbangun dari mimpinya. Gadis berambut pirang mengedipkan kedua bola matanya. Melihat Issac dan Reynold mengecek kondisi keadaannya.

"Aku ada di mana ini?"

"Kau sadar rupanya, dasar gadis bodoh."

Ucapan yang dilontarkan oleh Reynold membuat Issac menatap tajam pada pria bertopi bundar itu. Kedua telapak tangannya saling memandang. Sadar bahwa dirinya diselamatkan oleh kakeknya Asmadeus dan teman-temannya.

Tiecia terbelalak kaget dengan ingatan sebelumnya. Gadis berambut pirang mengacungkan tongkat sihirnya pada Issac dan Reynold. Keluarlah sebuah tulisan bahasa Epuni. Menyebutkan nama kakeknya, Asmadeus. Bibirnya ternganga sedikit. Merasakan dirinya mengalir energi sihir yang bercampur dengan kekuatan iblis.

"Aku ingat sekarang."

"Ingat? Ingatan dirimu menjadi seorang iblis?"

Sebuah anggukan dari kepala Tiecia. Dia bangkit dari berbaring. Meregangkan kedua lengannya. Tongkat sihirnya diayunkan. Sebuah elemen kegelapan bercampur dengan kobaran api membentuk spiral. Mengarah pada atap langit. Meluncurlah hujan sihir mengenai beberapa tentakel. Tiecia, Reynold dan Issac terkejut dengan kekuatan. Tongkat sihirnya menyatu dengan kekuatan iblis Tiecia.

"Apa jangan-jangan kakek memberikan kekuatan iblis ini kepadaku? Supaya aku bisa adaptasi?" gumam Tiecia.

Reynold maupun Issac saling melirik satu sama lain. Menduga bahwa efek samping saat dia berada di Unknown Origin Dungeon. Beberapa detik berselang, muncullah Nesseus sedang bertempur dengan The Blind Angel Snake. Pusaran elemen angin dan air menyatu jadi satu kekuatan. Dihempaskan ke arah The Blind Angel Snake. Tetapi, Root Devil Snake menghalanginya. Nesseus berdecak lidah.

"Monster itu benar-benar mengganggu," komentar Nesseus.

"Mau tawarkan bantuan?" teriak Issac.

"Tidak perlu! Kalian hanya membebaniku saja! Cepat pergi sebelum—"

Belum selesai Nesseus bicara, reruntuhan batu dari atap langit mengenai Root Devil Snake dan The Blind Angel Snake. Terlihat Kiyoyasu sedang bertempur melawan sosok makhluk yang mirip diburu Nesseus. Yoriaki menyeringai lebar.

"Wah, wah, wah. Semakin ramai nih. Aku tidak percaya dengan apa yang barusan kulihat!"

Sebuah acungan tombak trisula diarahkan pada manusia yang menyatu dengan The Blind Angel Snake. Tatapan menjijikkan dari kedua bola matanya. Tiecia menenggak air minum dari botol Issac.

"Selamat datang kalian semua, pahlawan di era masa lalu dan masa sekarang! Namaku The Blind Angel Snake. Mengontrol penuh pria bernama Yoriaki Nagasaki!"

"Peduli amat!"

"Ap—"

Tiba-tiba, Reynold menarik pelatuk dari shotgun miliknya. Sedangkan Issac mengayunkan tombak elemen kegelapan. Keduanya tidak terlalu suka basa-basi kecuali melawan yang lebih lemah. Mereka sadar bahwa percuma saja mengajaknya bicara. Apalagi, di luar munculnya tentakel dari Kraken. Issac menyerang dari sisi kanan. Sedangkan Reynold mengaktifkan laba-laba, menyemburkan jaring beracun. Tangan hitam kegelapan mencengkram The Blind Angel Snake. Nesseus terkejut dengan serangan dua pemuda tadi. Sayangnya, serangan tersebut dipatahkan mudah. Issac dan Reynold menurunkan dagunya.

"Dengarkan aku bicara dasar manusia tidak tahu diri!"

"Justru kau berbicara, kami ingin segera membunuhmu."

"Kenapa begitu?" tanya The Blind Angel Snake.

"Huh? Kau ini bodoh kah?" cibir Reynold.

Issac melompat dari sisi serupa. Dibantu Tiecia dari tongkat sihirnya. Kekuatan iblis darinya bercampur dengan energi sihirnya. Seketika, kekuatannya lebih besar dari biasanya. Kiyoyasu menggunakan pelontar talinya. Mengayunkan pedang Muramasa dan memanggil Baitsuna untuk menjadikan dirinya senjata.

"Baitsuna! Aku meminta bantuanmu!"

"Akhirnya kau minta bantuanku bocah! Katakan, siapa yang harus kubunuh?" tanya Baitsuna mengibaskan kesembilan ekornya.

Ketika Kiyoyasu mengacungkan pedang Muramasa pada The Blind Angel Snake, Baitsuna tersenyum lebar. Tubuhnya berguling-guling. Menyerupai seperti bola raksasa. Nesseus semakin kaget saat keempat orang itu tidak mengindahkan perkataan darinya. Malahan, mereka berdua terkesan ceroboh.

"Tunggu hentikan!" potong Nesseus.

Namun, mereka mengabaikannya. Saat The Blind Angel Snake menyerang, keempat orang berhasil menghindarinya. Issac menaburkan energi hitamnya ke perisai. Melindungi orang-orang di belakangnya. Termasuk Reynold sedari tadi menembak. Nesseus semakin tidak mengerti. Hingga akhirnya sadar bahwa kekuatan dirinya turut ikut melimpah. Tombak trisula miliknya tiba-tiba merasakan getaran tidak biasa. Tepat saat bersilangan dengan tombak Issac. Laki-laki berambut perak menerjang The Blind Angel Snake tanpa kompromi. Yoriaki yang saat itu dirasuki, bertahan dari serangan Issac. Kemudian, dia mendorong perutnya. Membiarkan Kiyoyasu yang berurusan dengan Yoriaki.

"Terima kasih."

Anggukan dari kepala Issac sembari mencengkram lengan kirinya. Saat hendak menoleh pada Sandrov dan sepasang lawan jenis di belakang. Dia mengucapkan sesuatu padanya.

"Naka nakitsapuk, umnaitamek naka nakidajuk napatnas nakam malam (Akan kupastikan, kematianmu akan kujadikan santapan makan malam)."

Sandrov terbelalak dengan pernyataan barusan. Dia berharap ucapan yang dilontarkan tidak salah dengar. Tidak mungkin? Kenapa 'orang itu' masih hidup? Dan juga, catchphrase yang dilontarkan mengingatkanku pada iblis itu. Aku tidak pernah melupakannya, Gumam Sandrov dalam hati. Tetap untuk saat ini, Sandrov fokus melawan monster terkuat, The Blind Angel Snake maupun Root Devil Snake.