webnovel

Chapter 47

Tombak trisula miliknya berhasil Nesseus dapatkan. Dia merasakan energi sihirnya mengalir dalam tubuhnya. Memutar-mutar bagian tengah tombaknya. Bagian belakang pada trisulanya menghentakkan cukup keras. Menyalakan sebuah sonar cukup keras. Sorot matanya menatap pada tongkatnya. Dia menoleh pada Sandrov. Menyunggingkan senyum ke arahnya.

"Yang Mulia Nesseus …"

"Kita harus segera ke kuil. Aku ingin menggunakan kekuatanku sendiri."

"Tapi Yang Mulia—"

Belum selesai bicara, perkataan Sandrov dipotong oleh Nesseus. Mereka berdua langsung pergi ke kuil sebelah. Memastikan monster The Blind Angel Snake masih dikurung. Menggunakan kereta kuda laut, Nesseus dan Sandrov mempercepat laju kudanya. Ratusan gelembung pecah di pinggir dua sisi arah berlawanan. Dari kejauhan, para ksatria sedang bersiaga membawa senjata masing-masing.

Suara getaran yang cukup terasa, menggetarkan lautan dan permukaan. Mulai mengerumuni para penjaga yang menjaga di sana. Sandrov tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Melihat baru pertama kali The Blind Angel Snake mengamuk. Atap di luar kuil langsung hancur seketika. Mengeluarkan aura berwarna hitam. Nesseus berdecak lidah. Tangan kanan mencengkram tombak trisulanya. Pusaran air dan angin menyatu jadi bagian. Lalu dilemparkan ke sumbernya. The Blind Angel Snake yang masih dalam wujud bayangan, dilindungi oleh sekumpulan monster lautan. Nesseus menarik tali kekangnya.

Sementara itu, dua prajurit yang selamat mencoba meraih tangan anak buahnya. Seorang gadis berambut biru dan coklat dengan sirip pada wajah dan telinganya. Sorot mata pada gadis berambut biru berkaca-kaca.

"Kalian semua!"

"Rana … pergilah …"

The Blind Angel Snake menghisap anak buah pasukan Rana satu persatu. Dari kaki hingga ujung kepala. Makhluk itu memakan daging mereka, menyisakan tengkorak dan bola mata saja. Teriakan dari pasukannya disertai wajah panik dari kedua gadis itu. Di saat tangisan mulai pecah dan air mata berlinang, sebuah tombak trisula melesat melewati keduanya. Tubuh The Blind Angel Snake keluar dari permukaan lautan. Menampakkan wujud sejatinya sebagai makhluk berbahaya. Orang-orang yang sedang bermain di pantai, tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya. Mereka memohon pada para pengawal untuk melawan The Blind Angel Snake. Akan tetapi, aura intimidasi begitu mengancam. Saat itulah, muncullah sebuah portal melayang di udara. Tanpa berpikir panjang, makhluk itu masuk ke dalamnya. Seketika, portal itu menghilang. Sementara itu, Nesseus menggeram sembari mengepalkan tangan kanannya. Menganggap dirinya telah gagal menghabisi The Blind Angel Snake saat itu juga.

"Sial! Kalau saja aku bisa bergerak cepat, maka …"

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Nesseus tidak memiliki pilihan kecuali mencari tahu keberadaan makhluk itu. Satu-satunya petunjuk yang dia ketahui hanyalah Unknown Origin Dungeon. Untuk mencari portal yang serupa itu tidaklah mudah.

Tarikan napas dalam-dalam. Sandrov melewati Nesseus, segera memberikan pertolongan pertama pada pasukan dari Rana.

"Saya Sandrov, pesuruh yang dikirimkan Nesseus kemari. Saya datang untuk membawa anda ke tempat yang aman."

"Aman katamu bilang? Makhluk itu telah menghabisi anak buahku. Dan kau bilang pada kami untuk pergi ke tempat aman?" kata salah satu ksatria berambut coklat mengayunkan pedangnya ke Sandrov.

"Tenangkan diri kalian," kata Nesseus muncul sembari membawa tombak trisula.

Seketika, Rana dan gadis berambut coklat berlutut di hadapan Yang Mulia. Sandrov menundukkan kepala. Nesseus berjalan melewati kedua gadis itu. Menghampiri para penjaga dan anak buah Rana yang gugur akibat monster itu. Nesseus memejamkan kedua matanya. Mendoakan mereka supaya arwahnya tenang di sana. Mulut Rana terbuka sedikit. Seketika, tombak trisula menyala-nyala. Seperti menerima penerangan. Akhirnya, Nesseus dengan enggan keluar dari lautan. Berharap ada orang yang mau diajak bekerja sama dengannya.

Saat keluar dari lautan, terlihat orang-orang sedang berlari terbirit-birit. Meminta tolong kepada para ksatria yang berjaga di sana. Akan tetapi, mereka tidak mengatakan apa pun kecuali berdiam diri.

"Lakukan sesuatu!"

"Jangan berdiri di sana!"

"Kalau kau tidak melakukannya, maka kami tidak punya pilihan!"

Teriakan dan umpatan yang keluar dari mulut mereka meneriakkan nama keluarganya. Ada juga yang hendak menikam ke tubuh ksatria. Tetapi, mereka sama sekali tidak bergerak. Nessesus terkejut dengan kedua ksatria itu. Walau demikian, ada hal yang aneh di sana.

Nesseus memperhatikan jantung yang semakin lama, semakin membesar. Kemudian terbelah jadi dua bagian.

"Begitu rupanya."

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Sandrov berhenti mengendarai kuda laut.

"Sandrov, kita akan minta bantuan orang itu. Energi samar-samar dari si tua bangka sialan itu."

"Jangan bilang—"

Meski enggan, Nesseus tidak memiliki pilihan kecuali membuang harga dirinya sebagai pembenci umat manusia. Wajar karena ada beberapa dari mereka yang masih menaruh hormat kepada Nesseus. Kembali berharap dari pria bernama Tristan Carr. Sedangkan The Blind Angel Snake mulai terpecah menjadi lima ekor dengan wujud berubah.

~o0o~

Tombak trisula milik Nesseus tidak berhasil membuatnya

"Kenapa pula dengan makhluk ini?"

The Blind Angel Snake sibuk menggeliat ke sana kemari. Mencari mangsa terdekatnya. Sosok bayangan hitam mengamati pergerakan pada makhluk misterius tersebut. Makhluk itu mendekati setiap kali dia berjalan. Perlahan-lahan mulai mendekat tanpa ada siapa-siapa di sana. Terutama bersama dengan seorang gadis. Dia tidak begitu ingat dengan kejadian menimpanya.

Kepalanya terasa pening. Menatap pada gadis bersamanya.

"Sial!" umpatnya.

Tiba-tiba, The Blind Angel Snake menyemburkan racun dari mulutnya. Pria itu menghindar. Menghela napas panjang. Satu-satunya yang patut dihindari adalah kemampuan regenerasinya. Saat pria itu menebas kepalanya, makhluk itu akan tumbuh dengan sendirinya. Serasa The Blind Angel Snake adalah makhluk mitos yang sangat kuat. Dan dia tidak menyadari seluk beluknya.

Makhluk itu menyemburkan racun dari segala penjuru arah. Dia menggandeng tangan kanan wanita itu. Berlari kencang disertai suara gesekan tanah. The Blind Angel Snake terbelah menjadi beberapa bagian. Kulitnya mengelupas. Membentuk dua sampai tiga bentuk tubuh. Wajah pada The Blind Angel Snake membentuk spiral. Terdapat tiga puluh dua buah gigi dari rahang giginya. Sisik pada bagian punggung mengeluarkan duri yang tajam. Punuk di belakang The Blind Angel Snake memanjang. Terdapat bentuk aneh dan motif spiral berwarna coklat kehitam-hitaman. Ekornya sendiri keluar ular anaconda. Semakin lama, semakin membesar dan menakutkan. Ketiga The Blind Angel Snake menyemburkan racun pada pria dan wanita di sampingnya.

Mereka berdua berlari sekencang-kencangnya. Memastikan tidak ada yang mengikutinya dari belakang. Tongkat sihirnya diayunkan ke samping kanan. Sebongkah batu ukuran raksasa menimpa mereka. The Blind Angel Snake menggeram ke arah pria tersebut. Pria itu mengangkat tongkatnya. Membantu wanita untuk berlari. Tidak ketinggalan, mengaktifkan pelindung supaya The Blind Angel Snake tidak mendekatinya. Suara mendesis dari makhluk aneh itu bergerak cepat. Tepat berada di belakang mereka berdua. Keduanya muntah darah secara bersamaan.

"Sial … Apa ini akhir dari hidupku?" gumamnya mengerang kesakitan.

Saat hendak membacakan mantranya, muncullah sebuah portal terbuka lebar. Satu persatu, kaki dan tangan muncul. Merapalkan sebuah mantra. Menghantarkan listrik ke arah The Blind Angel Snake.

"Apaan itu?" tanya wanita mengacungkan jarinya.

The Blind Angel Snake menatap portal misterius. Pria misterius itu mendongak pada sebuah portal yang muncul secara acak. Wanita itu mengayunkan tongkatnya. Mengaburkan pandangan sejenak.

Saat itulah, muncul seorang baju zirah berpakaian lengkap dengan tombak trisula. Elemen angin dan air menyatu jadi satu bagian. Hentakan alas kaki beserta pelindung sebagai alat pernapasan. Wanita dan pria mengenakan jubah hitam, bergandengan tangan. Sandrov menghampiri kedua orang itu.

"Yang Mulia Nesseus, The Blind Angel Snake telah ditemukan."

"Aku tahu kok, Sandrov. Yang kuhadapi adalah versi kecilnya. Sedangkan versi sesungguhnya—"

Nesseus memutar tombak trisulanya, mengeluarkan pusaran air dari tombak trisulanya. Kemudian dilemparkan kepada The Blind Angel Snake tanpa berpikir ulang sejenak. Makhluk itu menghindar dengan gesit. Nesseus berdecak kesal. Salah satu dari The Blind Angel Snake menghampirinya. Tetapi, Sandrov mengeluarkan pedangnya. Menyilaukan pandangan dari salah satu The Blind Angel Snake. Saat itulah, petir menggelegar dari telapak tangan kanan Sandrov. Menghantarkan ke arah The Blind Angel Snake. Tanpa ampun, makhluk itu mengerang kesakitan. Saat hendak mengakhiri sebuah ayunan trisula, sebongkah bola racun dikeluarkan. Menyerang Nesseus tanpa kecuali. Dia dipukul mundur. Merasakan getaran energi yang sangat kuat. Sampai-sampai, Nesseus merasa ada yang berbeda dari The Blind Angel Snake. Makhluk yang dia kalahkan bersama-sama itu menyimpan banyak nyawa di atasnya. Duri-duri di punggungnya memanjang selayaknya tentakel hewan laut. Nesseus melirik sekilas tiga orang termasuk Sandrov. Tentakel itu menghampirinya.