webnovel

Chapter 45

Di saat Asmadeus mengatakannya, gadis berambut pirang memejamkan kedua matanya. Dia masuk ke dalam jiwanya. Sampai kedua telapak tangannya menyerap semua yang ada dalam dirinya. Tongkat sihirnya menyatu dengan darah iblis Ogthos. Halaman demi halaman dia bacakan. Mencari cara supaya bisa mengendalikan kekuatannya. Asmadeus melirik Issac dan Reynold sedang berjuang keras berhadapan dengan sosok Tiecia. Gadis itu terus menerus membacakan rapalan mantra terkuatnya. Dia tidak ingin kehilangan momentum seperti seorang yang pasrah dengan kehidupannya. Membayangkan sosok Trisha, ibunya yang selalu bersamanya. Menggandeng erat telapak tangannya. Merasakan kehangatan setelah sekian lama.

Tiba-tiba, darah Ogthos mulai tersedot ke dalam sebuah buku tersebut. Bacaan dan mantra yang diucapkan terus dilakukan.

"Kendalikan! Resapilah! Bayangkan dirimu sedang bersama Putriku, Trisha! Jangan sampai kau lepaskan genggaman itu!"

Teriakan Tiecia menyebutkan doa dan mantra berulang-ulang. Sampai-sampai, gadis berambut pirang mengendalikan kekuatnanya. Sebuah bangunan tua runtuh seketika, saat Tiecia menyentuh bukunya. Ogthos kali ini berwujud iblis murni. Asmadeus mengerutkan keningnya.

"Ma … kan …"

"Kau boleh makan kalau bisa mengalahkanku dan cucuku!"

Ogthos bersuara menggema. Sebuah hentakan kakinya menyerang Asmadeus. Tetapi, tongkat sihirnya mengeluarkan hujan meteor. Dua buah meteor berukuran raksasa muncul begitu saja. Tiecia kaget dengan kemampuan kakeknya itu. Kekuatan macam apa yang dia miliki? Gumamnya dalam hati. Tidak ada waktu untuk berpikir, Ogthos akan menghentikan beliau. Dan satu-satunya cara untuk mengalahkannya berupa menyerap semua kekuatan Ogthos hingga tidak tersisa.

"Buku ini berisikan ilmu hitam. Dan jangan lupa, iblis Ogthos tidak akan mengampuni siapa pun apabila ada orang yang mengganggu rencananya. Siapa pun orangnya."

Rahang giginya menggertak. Dia siap untuk menghisapnya. Ogthos mulai sadar, bahwa kekuatannya sudah mulai berkurang. Saat itulah, Asmadeus menghisap Ogthos tanpa henti. Dari wajahnya hingga tubuhnya sudah menyatu dengan iblis itu. Tiecia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Terima kasih cucuku. Dengan begini, aku bisa mati tanpa rasa penyesalan."

"Apa yang kau—"

Ayunan tongkat untuk kali terakhir menghancurkan seluruh jiwanya. Tiecia merasakan sebuah ledakan yang sangat besar menyilaukan kedua matanya.

Sampai Reynold dan Issac mundur ke belakang. Melihat Ogthos mengerang kesakitan.

"Apa yang terjadi?" tanya Issac.

"Asma … deus …"

"Asmadeus?"

Ogthos menyebut namanya, mencakar sembari memasukkan telapak tangannya ke tiang menara. Beruntung, Issac dan Reynold. Keduanya langsung menyerang tanpa pikir panjang.

~o0o~

Jika disuruh memilih satu dari dua pilihan, Asmadeus akan menjawab dirinya akan memberikan kasih sayang terhadap cucunya, ketimbang menjadi seorang pahlawan bersama Nesseus. Pemikiran itu tidak sepenuhnya salah. Sama kayak Nesseus dan beberapa pahlawan lainnya. Mereka tidak pernah berpikir untuk menjadi sosok legenda atau pahlawan di The All Region. Sampai detik ini, mereka terus bertarung melawan The Blind Angel Snake. Asmadeus tidak ingin melewatkan momen sedikit pun. Tumbuh bersama dengan cucu kesayangannya dari dalam tubuh Tiecia. Bahkan, Trisha juga tidak menyadari kehadirannya. Senyuman sayu terpancar dari raut wajahnya. Memancarkan kesedihan karena tidak dapat membantu kala butuh bantuannya.

Tangisan Tiecia pecah. Membasahi kedua pipinya. Memanggil orang tuanya dan menangis sekeras-kerasnya. Sayangnya, orang-orang malah cuek terhadapnya. Tidak membiarkan Tiecia ditolong oleh orang lain. Asmadeus ingin sekali membantunya. Tetapi, dia sudah terlanjur janji supaya tidak boleh ikut campur. Sampai dia hapal betul perlakuan yang dilakukan keluarganya.

Perjalanan menuju ruang kelas tidak membutuhkan waktu lama. Selama dia bisa mengetahui satu ruangan itu sudah lebih dari cukup. Nyatanya tidak demikian fakta yang ada.

Seorang gadis berambut pirang ditampar berkali-kali oleh tiga perempuan seusianya. Ketiga perempuan memiliki kepangan rambut yang dikuncir pada ketiga sisi. Perempuan kedua bertubuh besar dan ke mana-mana selalu membawa tongkat hitam melengkung pada bagian tengah. Dicengkram erat ke arah gadis berambut pirang. Sedangkan ketiga memiliki rambut putih, tetapi kedua matanya berambut hijau dan terdapat bekas wajah komedo pada hidungnya. Memiliki ketinggian mencapai 160 sentimeter. Menjambak rambutnya tanpa sebab.

"Pecundang, cepat serahkan uang 100 Mogal kepada kami. Jika tidak, kau akan tahu akibatnya."

"Kumohon … aku tidak punya uang lagi untuk beli makan," isak gadis berambut pirang berlutut. "apa pun akan kulakukan asalkan tidak mengambil uangku."

"Berisik!" sebuah tamparan keras mendarat ke pipi samping kanan gadis berambut pirang.

Dia mengerang kesakitan. Air mata pecah membasahi pipinya. Kedua kakinya lemas, tidak mampu berdiri. Perempuan ketiga menghampirinya. Menjambak lebih keras dari sebelumnya, disertai tatapan tajam dan mengekspresikan jijik terhadap dia. Isak tangis tidak berhenti begitu saja. Kedua lengan dan anggota gerak lainnya pasrah dengan perlakuan oleh perempuan ketiga.

"Ayo Nona Sapphire, kita harus pergi. Semakin lama ada di sini, akan memicu hal yang tidak diinginkan."

Anggukan kepala dari perempuan ketiga bernama Sapphire. Lirikan tajam pada gadis berambut pirang. Didorongnya sekuat tenaga hingga jaraknya melebar. Jemari-jemari Sapphire mengisyaratkan mereka untuk menjauh dari dia. Langkah derapan kaki secara acak tanpa menoleh sedikit pun. Kemudian dia berbalik lagi, mempercepat langkah kakinya menuju gadis berambut pirang. Sapphire mencengkram pipinya erat. Melotot tajam sambil melihat wajah menjijikkannya. Bibirnya mendekati lubang telinga gadis berambut pirang.

"Besok temui aku jam 4 pagi di halaman sekolah. Dan bawa barang berhargamu pada kami. Jika tidak, siap-siap saja kau akan kuhancurkan saat itu juga! Apa bisa dimengerti?"

Gadis berambut pirang mengangguk cepat dan berkali-kali. Sapphire melemparkan kartu identitas buatan untuknya. Tertulis Joddie Hopkins dan Taylor Stone. Perempuan pertama dan kedua yang dimaksud Sapphire. Selain itu, perempuan dengan tinggi 160 sentimeter menatap pada sosok jubah warna hitam untuk pergi. Dan dia mengiyakan isyaratnya. Akhirnya, ketiganya pergi meninggalkan gadis berambut pirang. Menjauh dan menjauh tanpa menoleh ke belakang. Suara isakan tangis tidak digubris olehnya. Melangkahkan kedua kaki mereka beserta berekspresi dingin.

Asmadeus pun mengumpulkan seluruh energi negatif sampai mencapai maksimal. Tamparan, siksaan dari ingatan masa lalu. Bercampur aduk hingga meterannya mencapai maksimal. Bacaan mantra yang terlontarkan Asmadeus, membentuk sosok iblis menakutkan. Dia menambahkan target yang pas untuk dunia. Satu persatu, tubuhnya dirasuki oleh Ogthos.

"Rasukilah, rasukilah. Aku yakin kau pasti akan tertarik pembalasan."

"Diam kau! Memang aku marah terhadap orang-orang yang sudah menghina cucuku. Tapi aku tidak akan tergoda ketika—"

Saat Ogthos menunjukkan sebuah masa depan. Tepat di mana Tiecia meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan di tangan The Blind Angel Snake, Asmadeus tidak akan ambil diam. Tongkat sihir berukuran besar ditegakkan. Suara bergetar hingga iblis Ogthos menggeram. Rahang giginya memunculkan puluhan gigi taringnya. Sorot kedua matanya melotot tajam. Menatap Asmadeus untuk menyerang kakek tua itu. Akan tetapi, beliau masih menyegelnya hingga waktunya telah tiba. Sampai Asmadeus memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai wadah. Memiliki banyak waktu luang untuk mengawasi kala dirasuki separuh tubuh oleh Ogthos. Walau demikian, dia telah menunggu momen ini. Tepat saat berhadapan dengan Kiyoyasu. Serta Reynold dan Issac yang berteman dengan cucunya. Mengingatkan kembali dengan masa mudanya. Senyuman artian menandakan perjalanan dirinya berakhir. Dalam lubuk hatinya, kekuatan iblis Ogthos akan diserahkan kepada Tiecia selaku pemiliknya.

Sementara itu, Issac dan Reynold menyerang Ogthos. Berulang kali menyerang dari arah berbeda. Iblis itu mengeluarkan tulang dari punggungnya. Menajamkan hingga memanjang ke arah Issac. Laki-laki berambut perak mundur ke belakang. Mengeluarkan sebuah gulungan berisikan sengatan listrik. Dia lemparkan sejauh mungkin. Reynold dan Issac langsung berguling sembari berlari. Akhirnya, Iblis Ogthos terkena serangan. Dalam waktu lima detik, Issac dan Reynold mulai menyerang balik. Sebuah tusukan dan ayunan pedang gergaji dari sisi kiri. Menggorok-gorok bagian dadanya. Cipratan darah keluar dari dalam tubuhnya. Kedua lengannya mencekik Issac dan Reynold. Mereka berusaha melepaskan diri. Erangan mereka terdengar patah-patah. Reynold menodongkan shotgun miliknya. Tetapi, Ogthos pasti membaca pikiran maupun pergerakan selanjutnya.

"Issac!" lirih Reynold menggerakan kedua kakinya.

Keduanya mulai sulit untuk bernapas. Issac tidak memiliki pilihan. Dia mengarahkan tusukannya pada leher Ogthos. Darah mengalir berwarna hitam, dimasuki sebuah elemen kegelapan. Dari lain pihak, Tiecia membacakan mantra sihir.

"a blare 'i the night, a cracking of wood, and suddenly thou art stared at by a lumbering organism of perpetual wink and decay. Two seething eyes stare upon thee with a petrifying temper, and another blare pierces from its fetid mouth with a most putrid smell.

two guttered horns adorns its lank pate, which itself is scarred all over. The smell of perpetual wink escapes the creature's gnarled nostrils set within a curved nose.

its lank pate sits atop a thick, ossified corporal agent. Shadowy curls coil around its torso, haply a remnant of e'en stranger times.

the creature darts toward thou, its two legs awkwardly carry its demonic corporal agent with a disturbing energy. A shadowy tail whirls behind it, it moves 'i the air as a charmed snake.

two humongous wings extend themselves fully. Spiky bones, and fleshy membranes stretch upward and above thou. A disappointment can be felt 'i the creature's gaze, which hasn't once left yours."

Saat itulah, Tiecia merasakan energi luar biasa. Menjadikan Ogthos sebagai sekutu atau rekan satu tubuh bersifat permanen. Tanpa disadari, makhluk iblis itu mengerang kesakitan. Berusaha melepaskan diri pasca perjanjian kontrak dengan Tiecia. Gadis berambut pirang tersenyum tipis. Berhasil meyakinkan diri bahwa dirinya telah mendapatkan kekuatan yang diinginkan.

Sementara itu, sebuah wilayah di wilayah Prixa, sihir itu berasal dari Eternal Fountain. Sebuah energi magis meresap ke dunia dan memperkayanya dengan kekuatan dan beberapa ras di seluruh dunia dapat memanfaatkan energi ini dengan berbagai cara. Itu telah memperburuk perang, tetapi juga membuat kemakmuran lebih makmur. Kekuatan ini adalah pedang bermata dua, yang sulit untuk diseimbangkan.

Sementara makhluk-makhluk di dunia ini merasa aman mengetahui bahwa mereka semua mengandalkan sumber sihir yang sama, makhluk-makhluk dari dunia lain terus mengawasi sumber kekuatan yang tampaknya begitu bebas tanpa ada seorang pun yang mengganggunya. Hingga The Blind Angel Snake muncul dari langit. Nampaknya, para non human terbelalak kaget saat makhluk itu mulai bangkit dan menyerang manusia.