webnovel

Chapter 44

Sebuah ruangan terdiri dari seorang pria, sedang membacakan sebuah mantra. Berulang-ulang dengan suara menggema. Kedua lengannya diangkat ke atas. Mengubah intonasi nadanya dari kecil sampai melengking. Lima buah lilin dinyalakan, bergoyang-goyang melantunkan sebuah doa. Di depannya, sebuah jantung berdegup kencang. Berkali-kali hingga area turut bergetar.

Kain warna merah dibuka. Sebuah mesin berpompa diesel. Partikel sihir dijalankan. Tidak terdengar suara ke luar. Diduga bahwa orang itu menggunakan sihir penyadap suara. Enam buah kabel terpasang di atas, menyatu dengan sebuah atap langit menuju cerobong. Keluarnya sebuah asap berwarna merah, tanpa disadari oleh siapa pun kecuali dirinya.

Doa terus dipanjatkan. Piano organ didengungkan. Suara-suaranya bising sampai terdengar ke lubang telinga Kiyoyasu. Tidak percaya bahwa pria itu sedang berdoa untuk membangkitkan The Blind Angel Snake secara diam-diam. Kiyoyasu berpikir untuk segera bergerak cepat, menghentikan aksinya. Akan tetapi, pria itu tidak menyadari bahwasannya jantung yang dia sembah adalah berasal dari The Blind Angel Snake sendiri.

Hingga pria berjubah merah mendekatinya. Memukul kepalanya hingga mengerang kesakitan. Mulanya, tidak ada mencurigakan karena wajahnya tertutupi bayangan siluet hitam. Perlahan-lahan, dia membuka jubahnya. Menendang perutnya hingga pria penyembah jantung The Blind Angel Snake lebam. Wajahnya ditarik ke belakang. Memperlihatkan laki-laki yang tidak asing di mata Kiyoyasu. Orang di balik tragedi Desa Edo 20 tahun lalu. Tepat saat dirinya berencan membalaskan dendam, mencari keberadaan orang itu hingga ketemu. Sampai pada akhirnya, dia berhasil menemukannya. Selain itu, dia sempat kabur bersama monster The Blind Angel Snake tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yang mana dirinya mengorbankan umur panjangnya demi membalaskan dendam, dengan cara menggunakan pedang Muramasa.

Yoriaki Nagasaki? Kau masih hidup kah? Gumam Kiyoyasu dalam hati. Wajah dia memerah. Mengepalkan kedua tangannya. Sampai teringat dirinya untuk simpan amarahnya saat bertarung nanti.

Sebuah tarikan napas panjang. Dihirupnya sampai wajahnya kembali seperti normal biasanya. Matanya terpejam sejenak. Membayangkan dirinya berada dalam situasi apabila posisi terbalik. Pasti memanfaatkan segala kelengahan untuk mencari tahu asal muasalnya. Sayangnya, Yoriaki gagal melakukannya, malah menganggap The Blind Angel Snake sebagai makhluk yang berjasa untuknya. Saat itulah, tidak ada keraguan wajah terpancar dari Kiyoyasu. Memutuskan untuk mengawasinya dari luar.

Tongkat sihir yang dia pegang sesungguhnya adalah sebilah pedang katana. Sengaja dibentuk dalam tongkat panjang lantaran tidak ingin ada orang mengetahui kebenarannya.

"Dasar bodoh. Apa kau lupa bahwa The Blind Angel Snake tidak suka dengan darah kotor manusia?"

"Maafkan saya!"

"Tidak berguna!" bentak Yoriaki berbalik badan.

Dia kembali menyamar menjadi seorang pengajar, memiliki ciri khas silang di sekitar luar hidungnya. Kulitnya mengeriput dan tompel hitam dekat pelipisnya. Langkah kakinya berjalan lambat dari orang normal. Tongkat sihirnya diayunkan. Sampai-sampai Kiyoyasu merasa iba terhadapnya kalau bukan Yoriaki yang menyamar. Setelah itu, dia pergi, celingak-celinguk memastikan tidak ada orang mengikutinya. Telapak tangan Kiyoyasu hendak ke sana. Akan tetapi, ada suara teriakan memanggil Profesor Watts. Kiyoyasu berdecak lidah. Memutuskan untuk menyamar lagi. Menjadi seorang pengajar. Tetapi, sebuah peristiwa tidak terduga kembali terjadi. Yaitu dirinya dipanggil oleh Kepala Sekolah Clay untuk menghadiri rapat.

~o0o~

Beruntung, Profesor Watts ada kesibukan. Orang-orang yang jarang interaksi atau di luar jam mengajar, beliau susah sempatkan waktu untuk mengajar dan fokus pada penelitiannya.

Kiyoyasu mendapatkan informasi yang sangat berguna. Dia langsung menghadiri rapat itu hingga selesainya acara. Saat hendak meninggalkan ruangan, mantra sihirnya tidak bekerja. Serta seorang pelayan menodongkan pisau ke lehernya. Pertemuan pertama dengan Clay menurutnya dirasa kurangnya impresi bagus. Mengakibatkan dirinya tidak bisa berbuat banyak.

Ketika Kiyoyasu pergi, sebuah sihir berupa sengatan listrik, menyerang pria berbaju zirah ala samurai. Kiyoyasu menghindar, terkejut dengan serangan barusan. Dia menoleh ke belakang, ternyata Clay yang melakukannya.

"Tunggu sebentar Kiyoyasu Ogasawara."

Pria itu berhenti bergerak. Kepala sekolah Clay nampaknya sudah mengetahui bahwa itu dirinya. Kiyoyasu melepaskan topengnya, memiringkan bibirnya sembari mendengus.

"Kau pasti mendengar rumor soal portal yang terbuka itu bukan?"

"Rupanya kau sudah tahu ya?" gumamnya.

Selangkah demi selangkah dari alas kaki Clay. Berjalan memutar sembari menemui Kiyoyasu.

"Lalu, untuk apa kau kemari penyusup?"

"Aku ingin menghentikan pria bernama Yoriaki Nagasaki. Dia sedang menyamar sebagai pengajar dan hendak membangkitkan monster yang sangat berbahaya."

Clay merasakan suaranya bergetar. Sorot kedua bola matanya lurus tajam, menandakan bahwa ucapannya tidak bohong. Dia menyuruh pelayan dan golem untuk melepaskannya.

"Baiklah. Aku dengarkan."

Dimulailah kisah panjang lebar Kiyoyasu kepada Clay. Setelah mendengarkan perkataanya, beliau mengelus dagu dan bibirnya. Memikirkan makhluk itu akan muncul saat lengah. Selain itu, dia penasaran dengan dua pemuda yang berhasil masuk ke dalam portal tanpa ada efek sampingnya. Hingga Clay punya ide.

"Begini saja. Aku izinkan kau berkeliaran di sini dengan syarat laporkan secara menyeluruh mengenai siapa dan seperti apa mereka."

"Kau yakin tidak memintaku hal lain seperti sebuah item atau semacamnya?" kata Kiyoyasu sedikit menggertak.

"Soal itu … aku tidak bisa memberikannya 100% karena itu berbahaya."

Ucapan Clay tidak beralasan. Item ini dikhususkan untuk dirinya. Terutama jubah dan cincin yang dia lekat. Walau demikian, ada sesuatu yang mengganggunya. Yaitu sebilah pedang yang terbungkus rapi. Tepat di belakangnya, sebuah jantung melayang di udara. Tiba-tiba, muncul wajah hingga rahang monster di sampingnya. Kedua mata Clay terbelalak kaget. Sadar itu hanyalah imajinasi semata. Akhirnya, Kiyoyasu masuk ke dalam sekolah tanpa ada hambatan.

~o0o~

Kepala Sekolah Clay memberikan suntikan moral berupa muncul untuk kali pertama setelah 100 tahun lamanya. Serta memberikan mantra pelindung bagi para siswa yang hendak pulang ke rumah. Kepala Sekolah Clay memerintahkan kepada para pengajar untuk menaruh golem mini di setiap tas yang mereka pakai selama pulang. Memastikan siswa maupun siswi aman selama dalam perjalanan.

Terkecuali Andrew yang kondisinya berbaring di ruang kesehatan. Dijaga oleh golem bersama Suster Pond. Berusia 45 tahun, dengan rambut panjang diikat. Ditutupi oleh kain hitam dan topi putihnya. Wajahnya penuh keriput dan beberapa bulu halus ada di pipinya. Jubah panjangnya menutupi seluruh anggota badan. Termasuk sarung tangan dan sepatu hitam tanpa hak tinggi. Ke mana-mana, selalu membawa kalung dengan simbol Dewa Ila di pergelangan tangan kirinya. Memperhatikan setiap pasien yang terluka maupun sakit. Setiap kali ada orang yang hendak dirawat di ruang kesehatan, beliau selalu sempatkan waktu untuk mengecek. Mondar-mandir ke sana kemari. Memastikan kondisinya baik-baik saja. Di waktu senggang, Suster Pond membaca buku tentang kesehatan. Buku terakhir yang beliau baca mengenai kutukan. Bukan ranah bidangnya memang. Setidaknya, Suster Pond tidak ingin dicap sebagai orang kurang terkini.

Ketika Tiecia membawa Andrew ke ruang kesehatan, ada perubahan yang nampak pada wajah pasien. Terlihat pucat dengan kedua mata berkedip secara terus menerus. Seolah-olah dirinya sedang mengalami mimpi buruk berkelanjutan. Menoleh ke samping kiri dan kanan secara spontan. Keringat dingin di sekitar wajahnya. Suster Pond menyeka keringat seraya memperhatikan cek suhu tubuhnya.

"Tidak berhasil kah?" gumamnya.

Suster Pond mengaku kesulitan untuk menemukan cara yang tepat dari efek sampingnya, tepat setelah Andrew belum sadarkan diri. Tiba-tiba, sebuah ketukan pintu dari luar. Pintunya dibuka oleh Profesor Read dan Profesor Tristan. Mereka bersama tiga siswa dan seorang pria misterius, lengkap dengan pakaian dan senjata yang aneh.

"Profesor Read! Profesor Tristan!"

"Bagaimana dengan keadaan Andrew?" tanya Profesor Tristan tanpa basa-basi.

Suster Pond beranjak dari kursi dengan nada gugup. Beliau menggeser ke samping kanan. Menunjukkan hasil yang didapat. Issac dan Reynold menatap Andrew dengan kasihan. Teringat saat Reynold menendang pemuda itu. Dia meyakini, tewasnya Glenn dan Zack di tangan para monster undead. Reynold saat itu mengambil sebuah tindakan lebih awal. Yaitu menendang tubuh Andrew ke luar portal. Mendengar suara tubuhnya terpental ke lantai koridor. Sisanya, Reynold dan Issac bergegas mengalahkan segerombolan undead dan monster lainnya di Aeckland Stronghold.

Entah kenapa, Suster Pond merasa aneh dengan interaksi antara dua pengajar dengan ketiga siswa. Termasuk pria di sampingnya hanya bersiul disertai mendongak ke atap langit. Kedua tangannya menaruh ke belakang kepala. Menikmati percakapan yang membosankan.

"Profesor, siapa pria yang ada di belakang para siswa itu?"

"Namanya—"

Tiba-tiba, telapak tangan kanan berjabat tangan dengan Suster Pond. Jabatan tangannya sangat kasar dan tidak beradab. Serasa orang itu sedang mempermainkan beliau. Anehnya, beliau merasakan adanya energi sihir elemen di sekujur telapak tangannya.