webnovel

Chapter 42

Yoriaki Nagasaki tidak menyangka diberi kesempatan untuk hidup oleh The Blind Angel Snake. Malahan, makhluk itu menunjukkan dirinya telah dihisap hingga berusia renta. Kedua matanya tertuju pada aktivitas baru-baru ini.

The Blind Angel Snake melayang di udara. Ukurannya besar dan mengepakkan sayapnya. Tubuhnya menggeliat. Mendongak pada langit, menyemburkan racun ke awan hitam. Reynold maupun Issac menundukkan kepalanya. Laki-laki berambut perak mengaktifkan sihir elemen kegelapan pada dua buah senjatanya. Termasuk meningkatkan pertahanan pada sebuah perisai. Reynold berlari membelakangi Issac. Langkah derapan kaki secara irama, memutar perut ke samping kanan. Mengarahkan shotgun pada troll. Suara tembakan nyaring terdengar. Mengganggu indera pendengaran di lubang telinga. Jembatan yang mereka lewati, melompat ke tiap sisi berlawanan. Kakinya terus menyeberang. Tanpa suara, Issac dan Reynold melangkah. Menunggu waktunya untuk menggunakan laba-laba kembali. Sayangnya, makhluk berkaki delapam sedang sibuk membantu Kiyoyasu untuk menghentikan iblis Ogthos. Tebasan pedang odachi diayunkan secara vertikal. Kumpulan energi pada pedang mulai terbelah. Ogthos melompat ke tiap burung raksasa. Tebasan tersebut juga memotong tubuhnya dalam sekali serangan.

"Merepotkan," gerutu Kiyoyasu.

Ogthos menggeram sembari meneteskan air liurnya. Mendongak pada The Blind Angel Snake. Kiyoyasu mulai kehilangan energinya beserta pijakannya. Dia tahu resiko menggunakan teknik itu kala terjun. Tetapi, perintahnya tidak diindahkan. Mengakibatkan Kiyoyasu kesulitan untuk menghentikan Ogthos. Sementara itu, troll berhasil dibasmi oleh Reynold. Issac menerjang hembusan angin dari The Blind Angel Snake. Makhluk itu terlihat tidak meyakinkan. Hingga sadar muncullah jenis yang sama. Serta enam buah jantung melayang di udara.

"Itu kan jantung manusia!" kata Reynold.

The Blind Angel Snake masuk ke dalam istana tanpa sebab. Makhluk itu menata ulang istana yang sempat hancur, hingga menjadi membesar seperti sekarang. Suara getaran yang sangat terasa. Sampai-sampai, monster yang terdiri dari troll dan para undead terhisap ke dalam istana itu. Danau dan lautan menjadi satu bagian tanpa sebab. The Blind Angel Snake dan iblis Ogthos masuk ke dalamnya. Kiyoyasu merapatkan kedua kaki dan lengannya. Mendaratkan diri ke dalam istana.

"Tidak akan kubiarkan kau kabur, iblis!"

"Kau yang iblis brengsek!" bentak Yoriaki Nagasaki.

Saraf-saraf yang ada pada The Blind Angel Snake memerah. Jantungnya berdegup kencang, mengembangkan ke seluruh organ dalam hingga memberikan efek ke Yoriaki. Sorot matanya memerah. Pedang katanya muncul dari telapak tangannya. Tangan kanannya memanggil Troll, zombie dan Dark Slime. The Blind Angel Snake membuahinya dari bawah tanah, serta menggumpal awan berwarna hitam.

Reynold dan Issac berjalan memasuki pintu halaman istana. Mereka memasuki ke dalam pintu masuk pasca menyeberang melalui jembatan. Terlebih, Reynold secara bergantian menembak ke tiap Troll yang hendak menghampiri mereka. Issac memperhatikan sekelilingnya. Saat masuk ke dalam, tidak ada tanda-tanda monster atau jebakan. Aneh sekali. Tidak ada tanda-tanda monster yang muncul di sekitar halaman istana, gumam Issac dalam hati. Belum puas untuk berkeliling, dia mencoba mengambil jalan sebelah kiri. Mencari tahu apakah ada jalan untuk bisa tembus ke sana. Sedangkan Reynold memperhatikan sekelilingnya.

Tanah gersang yang dipenuhi sekumpulan tengkorak. Terdiri dari tengkorak manusia, hewan dan beberapa monster yang sudah diambil dagingnya. Beberapa di antara mereka sudah dalam keadaan membusuk. Reynold merasakan ada sesuatu yang mulai bergerak dari bawah tanah. Keduanya terpejamkan mata. Energi sihir kegelapan muncul dari bawah tanah. Partikel-partikel hitam terbentuk, menjadikannya sebagai makhluk terbuas. Giginya bermunculan. Sorotan mata satu tertuju pada Reynold. Tubuhnya ramping tanpa ada kedua kakinya. Melengkung seperti slime, makhluk itu membuka mulutnya. Reynold pun menghindar. Dia mengayunkan pedang gergajinya pada makhluk itu. Akan tetapi, dia tidak bisa ditembus. Sebaliknya, makhluk tersebut tertarik dengan Reynold. Kedua kakinya bergerak mundur. Mengacungkan shotgun ke arahnya. Belum sampai disitu, dia juga melemparkan bahan peledak padanya.

"Enyahlah."

Namun, ledakan tersebut tidak lantas membuat makhluk itu mati. Cairan hitam mengambil tulang belulang yang ada di sana. Saraf dari otot manusia mulai tampak. Serta tulangnya dibangkitkan kembali. Bagian dalamnya menyatu dengan cairan hitam. Issac menusuknya tanpa henti. Sorotan matanya tertuju pada makhluk itu.

"Issac!"

"Reynold, sepertinya kita harus segera kalahkan monster ini."

"Kenapa kau berpikir demikian?"

Jari telunjuk dari laki-laki berambut perak ditunjukkan pada segerombolan makhluk yang sejenisnya. Mirip seperti zombie tetapi aslinya bukan. Sedangkan di belakang, Troll mulai menyeberangi jalan. Reynold dan Issac benar-benar terkepung.

"Benar kan?"

"Entah kenapa, aku merasa kesal jika diperlakukan seperti ini."

Kedua bahu Issac diangkat dengan santai. Keduanya memutuskan untuk memutar posisi. Issac berada di belakang. Sedangkan Reynold di depan. Laki-laki berambut perak melawan para Troll. Sedangkan pria mengenakan topi bundar melawan para makhluk itu.

"Aku beri nama dia Dark Slime. Bagaiamana?"

"Nama yang aneh. Ganti saja," cibir Issac.

Namun pada akhirnya, hanya itu saja yang terlintas dalam pikiran Issac. Keduanya berlari kencang. Laki-laki berambut perak menerjang para Troll. Lengan kanan menghunuskan tombak hitam serta merasuki tubuh salah satu Troll. Kemampuannya dia dapat kuasai dengan mudah. Perlahan tapi pasti, Troll berhasil dirasuki. Mereka kebingungan dengan reaksi tanpa bersuara alias diam. Sebuah gada raksasa diayunkan dari samping kiri. Menghancurkan kepalanya disertai penuh bersimbah darah hijau. Issac tersenyum tipis. Memudahkan dia untuk menyerang balik. Suara menggeram dari Troll, diayunkan secara vertikal. Menghancurkan jembatan yang ada di samping. Issac pun mundur. Bersiap untuk memosisikan diri untuk bertahan. Lengan kirinya diangkat lebar-lebar. Perisainya menyatu dengan energi hitam. Suara air menggelembung begitu terasa. Issac pun memutuskan untuk berputar arah. Berlari sekencang-kencangnya. Tentakel berwarna putih menyerang Issac. Dia memilih menghindar. Percikan air membasahi pakaian yang dikenakan. Tidak berlaku bagi baju zirah yang dikenakan Issac. Walau demikian, laki-laki berambut perak bertanya-tanya soal munculnya tentakel dari bawah lautan. Para Troll terkena cengkraman yang kuat dari tentakelnya. Bagian penghisapnya menghisap para Troll hingga tubuhnya mengering. Serta dijadikan sebagai santapan. Pemandangan menjijikkan lantaran tentakel itu menenggelamkan setelah darah dan ototnya turut terhisap.

Sepertinya aku harus pergi, gumam Issac dalam hati. Di sisi lain, Reynold mengacungkan shotgun miliknya. Menyisakan sisa peluru sejumlah tiga butir. Dia tidak ingin menggunakannya secara cuma-cuma. Permukaan tanah bergetar cukup keras. Reynold berdecak lidah. Mengayunkan pedang gergaji secara horizontal. Membelah Dark Slime jadi dua bagian. Di belakangnya, Reynold dikejutkan oleh makhluk bermata satu. Membuka rahang mulutnya lebih lebar dari makhluk biasanya. Pedang gergaji Reynold tertancap di tanah. Lengan kiri diputar, menarik pelatuknya. Serta menaburkan sihir api dan kegelapan. Menghancurkan Dark Slime sekaligus. Makhluk itu malah semakin membuka mulutnya lebar-lebar. Issac melancarkan serangan cukup kuat. Menghancurkan tiga ekor Dark Slime. Cipratan dari cairan hitam mengenai Reynold dan Issac.

"Kenapa balik?"

"Makhluk bertentakel telah membunuh segerombolan para Troll. Jadi aku tidak perlu susah payah untuk melawannya."

"Seriusan?"

Reynold memperhatikan monster itu yang terus menerus menghisapnya. Erangan dari para Troll meminta tolong. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Reynold dan Issac saling angguk. Mereka berdua mengambil jalan masing-masing. Issac melancarkan serangan awal. Tusukan hingga menghancurkan Dark Slime yang mengerumuninya. Sedangkan Reynold mengayunkan pedang gergaji. Dari serangan diagonal hingga horizontal. Membersihkan para Dark Slime hingga tidak tersisa. Dalam lubuk hatinya, Issac tersenyum lebar. Untuk kali pertama, dia menikmati pertarungan semacam ini. Selama ini, laki-laki berambut perak tidak dapat menikmati hidup lantaran terjebak dalam situasi antara masa lalu dengan orang-orang mengejeknya. Setiap kali Issac berbicara, berakhir seperti ejekan dan cacian untuknya. Reynold pun tidak terlalu terpengaruh akan hal itu. Walau demikian, mereka berdua menginginkan untuk melepaskan dan menyelesaikan sebuah Dungeon. Tepat saat mereka berada di sana. Saking bangganya, Issac berencana untuk melampiaskan seluruh amarah yang dia pendam. Menghancurkan musuh, mewaspadai pergerakan hingga cepat respon dalam pertarungan. Semua yang didapat oleh Profesor Tristan dan Profesor Elijah Read akan ditampung sampai ada kepuasan tersendiri.

Reynold melihat sekilas senyuman dari bibir Issac. Tidak salah dia berkawan dengan laki-laki berambut perak. Di saat Dark Slime hendak menghampirinya, laki-laki itu kehilangan topi bundarnya. Tubuhnya diputar. Mengarahkan shotgun dan menarik pelatuknya. Peluru terakhirnya mengenai tubuh Dark Slime dan hancur seketika. Decitan dari sepatu yang dikenakan. Diputar beserta mengayunkan sekuat tenaga. Menghancurkan para Dark Slime dalam sekali serangan. Seekor laba-laba muncul entah dari mana. Reynold menyunggingkan senyum. Lengan kirinya menyatu dengan seekor laba-laba dan energi kegelapan. Mencekik Dark Slime hingga partikelnya hancur dalam sekejap. Senyuman dari bibirnya menghisap partikel tersebut. Serta memberikan percikan dari Dark Slime pada Issac. Baju zirahnya terkena cipratan olehnya. Laki-laki berambut perak mengerutkan kening.

"Kau ini bagaiamana sih?"

"Maafkan aku. Tapi aku beri kekuatan dari Dark Slime. Terima saja," balas Reynold.

Issac menghela napasnya. Laki-laki berambut perak menghentakkan kedua alas kakinya. Logam besi berbunyi. Menghancurkan lantai di sekelilingnya. Meski itu hanyalah ilusi, cukup membuat para Dark Slime ketakutan. Sementara itu, Reynold mengayunkan sekuat tenaga. Melawan para Dark Slime hingga terbelah beberapa bagian. Issac menurunkan tombak hitamnya. Sorotan kedua matanya menoleh ke belakang. Derasnya ombak nyaring terdengar dari arah serupa. Issac dan Reynold terkejut bahwa jasad para Troll telah menghilang. Muncullah sepuluh tentakel yang ada dari permukaan laut. Menyerang Issac dan Reynold.

Dari kejauhan, The Blind Angel Snake menggeram. Sedangkan Yoriaki bisa bertemu dengan musuh terkuatnya, Kraken dalam sekejap.

~o0o~

"Bunuh, bunuh, bunuh!"

Mendengar suara dari mulut Ogthos, Kiyoyasu mundur k belakang. Mencengkram Odachi sembari mengaburkan bayangan pada pedang miliknya. Kiyoyasu mendarat dari langit. Suara retakan atap pasca iblis Ogthos tersungkur ke bawah. Pecahan batu bata ada di sekelilingnya, membuat Kiyoyasu terpaksa mendaratkan kedua kakinya di permukaan lantai.

"Bunuh, bunuh, bunuh!"

"Kalimat iblis diulangi lagi kah?" gumam Kiyoyasu.

Walau demikian, Kiyoyasu memilih melawan Ogthos sekuat tenaga. Masalahnya, keberadaan makhluk itu masih tidak menunjukkan batang hidungnya setelah pertempuran sebelumnya. Langkah kedua kaki berjalan pelan. Mengamati sekelilingnya.

Sebuah ruangan yang dipenuhi karpet berwarna merah. Dengan hiasan tua dan lampu dekorasi sudah usang. Tiap sisi, ada sebuah rak berisikan buku-buku tersusun rapi. Meja, kursi panjang terpasang dengan dua tengkorak, duduk meregang nyawa. Baju usang dikenakan. Dua langkah diambil Kiyoyasu, memperhatikan sekeliling area. Menarik napas dalam-dalam, memegang gagang pedang Odachi. Ujung bagian atasnya mengalirkan energi sihir. Bersiap untuk menebasnya tanpa ampun.

"Kiyoyasu … Kiyoyasu … Kiyoyasu!"

Suara pria menggema di area sekelilingnya. Kedua alisnya turun. Meningkatkan kewaspadaannya. Suara mengggelegar beserta nada suaranya tidak asing di teling Kiyoyasu. Pedang Odachi diayunkan secara horizontal, menebasnya sekuat tenaga. Saat terbelah, bangunan itu jadi satu bagian lagi. Kiyoyasu tidak bisa menyembunyikan keterkejutan.

"Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu!"

Pria itu merasa tidak nyaman dengan panggilan yang terus berulang-ulang. Kiyoyasu mengedipkan matanya berkali-kali.

"Siapa di sana?"

"Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu! Kiyoyasu!"

Dia tidak mendengarkanku kah? Gumam Kiyoyasu dalam hati. Pria itu berpikir bahwa serangan barusan itu akan mempengaruhi mental seseorang. Orang normal biasanya akan mengalami gangguan mental seperti umumnya. Kepalanya digelengkan cepat. Apa sebaiknya aku harus berpikir cepat? Gumam Kiyoyasu dalam hati lagi.

Hingga Kiyoyasu sadar akan sesuatu. Pria itu ingat betul suara yang didengar saat berada di Desa Edo.

Biasanya, Kitsune telah menjadi perantara antara dunia manusia dengan dunia roh. Terutama ada kaitannya dengan Unknown Origin Dungeon baru-baru ini. Muramasa merupakan salah satu orang yang tertarik.

"Masalahnya sekarang, para makhluk itu susah ditemui. Terakhir itu—"

Tiba-tiba, Kiyoyasu menoleh ke belakang. Sosok bayangan mengelilinginya, berlambang klan Nagasaki. Kiyoyasu berdecak lidah. Mereka telah mengganggu perbincangan dengan roh Muramasa. Kiyoyasu mencengkram pedang kayunya. Bersiap untuk diayunkan. Ketika salah satu dari mereka melemparkan sebilah pisau dan puluhan kunai, Kiyoyasu menangkisnya dengan cepat. Muramasa sendiri duduk terdiam sembari mengamati pergerakan pria di sampingnya. Selangkah demi selangkah dia gerakkan. Menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Sebuah hentakan dari Kiyoyasu secara vertikal, membelah pusaran angin. Para pembunuh itu menghindarinya. Pergelangan telapak tangan mencengkram gagang pedangnya. Sadar bahwa Muramasa sendiri mengawasinya. Dia berlari cepat sambil mengayunkan pedang secara horizontal. Sedangkan dua pembunuh itu mendekati Kiyoyasu. Sorotan kedua matanya mencengkram keras kepalanya. Dihentakkan ke bawah dengan mata yang tidak lepas dari helaian rambut. Hentakan keras dari telapak tangannya. Kemudian, Kiyoyasu mundur ke belakang. Mendorong kaki dari belakang. Para pembunuh tersentak kaget dengan serrangan barusan. Belum puas sampai disitu, Kiyoyasu memutar anggota tubuhnya. Kedua kakinya ditekuk dari depan. Bersiap untuk menendang ke atas.

Kiyoyasu menarik napas dalam-dalam. Melotot tajam mengarah ke orang-orang yang mencoba membunuhnya. Baitsuna melompat ke wajah para pembunuh. Suara geraman dari mulutnya. Menyemburkan api beserta melingkarkan menyala-nyala. Para pembunuh bergeser ke samping kanan. Mencari celah untuk menerjang Kiyoyasu. Beberapa detik berselang, mereka melompat ke arahnya. Kiyoyasu membaca pergerakan mereka. Bersiap untuk melepaskan serangan akhir. Tebasan diagonal sembari berkonsentrasi penuh. Mempercepat pergerakannya karena mencari keberadaan istri dan anak-anaknya. Menebasnya dengan aura membunuh.

Muramasa tersenyum miring ke kanan. Sangat menikmati pertarungan cepat itu. Sorotan matanya tidak lepas dari situ. Selain itu, Kiyoyasu mengambil jalan alternatif lainnya kala sedang diserang dari berbagai penjuru. Saat hendak menyerang, Baitsuna dari ras Kitsune mulai waspada terhadapnya. Sorotan mata dia tertuju dari pedang yang dia genggam. Muramasa merasakan aliran energi dari dalam tubuhnya.

"Tidak buruk juga."

Namun Kiyoyasu tidak merespon apa pun. Sebaliknya, dia hendak ingin mengakhiri pertarungan sesegera mungkin. Para pembunuh itu melemparkan dua buah kunai. Kiyoyasu menangkapnya cepat. Menebas angin hingga tubuh mereka terbelah jadi dua bagian. Cipratan darah mengalir dari tubuh mereka. Muntah darah keluar dari mulutnya. Tubuhnya langsung tersungkur ke tanah. Dengan cepat-cepat, Kiyoyasu berlari sekencang-kencangnya.

"O-oi Kiyoyasu! Jangan cepat-cepat!" teriak Muramasa.

Namun, dia tidak mengindahkan perkataannya. Baitsuna berdecak kesal. Dia pun masuk ke dalam tubuh Kiyoyasu tanpa seizinnya.

"Apa yang kau lakukan? Keluar dari tubuhku!"

"Ogah! Aku lebih suka nyaman di sini."

Walau demikian, Kiyoyasu tidak kuasa menahannya. Dia menerjang lurus tanpa henti. Mendapati segerombolan monster telah menghabisi orang-orang sekitarnya di Desa Edo. Suara geraman beserta air liurnya menetes. Kiyoyasu mulai tidak ada keraguan dalam dirinya. Bersiap untuk membunuh siapa saja yang hendak menghalanginya. Tebasan dan tebasan terus dilakukan. Cipratan darah dan bau amis menyengat ke lubang hitam Kiyoyasu. Tetapi, dia tidak peduli dengan hal itu.

Hingga dia mendapati sosok monster sedang memakan Yuriko istrinya dan dua anaknya. Darah bercucuran dari sana. Pedangnya terlepas dari genggaman tangan Kiyoyasu. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihan, amarah, putus asa secara bersamaan. Kedua bola matanya seakan ini hanyalah bohongan belaka. Melihat monster itu mengunyah daging Yuriko sekaligus menyobek pakaiannya. Dia melihat bayi laki-laki hendak mau dimakan. Saat itulah, Kiyoyasu langsung menghabisi monster itu.

Muramasa yang baru saja sampai, tidak bisa menyembunyikan rasa jijik dan mual secara bersamaan. Dia melihat sosok Kiyoyasu yang berubah secara drastis. Dingin, tanpa belas kasihan. Dia menggenggam bayi yang sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Diduga anak terakhirnya mengalami keracunan dari darah yang masuk ke dalam mulutnya. Menghembuskan napas terakhir tanpa disadari olehnya. Kiyoyasu menaruh bayi itu dengan pelan-pelan. Menadahkan kedua telapak tangan anak pertamanya dan Yuriko. Kepalan kedua telapak tangan dicengkram kuat. Dia menarik napas panjang. Berjalan melewati Muramasa tanpa sepatah kata pun.

"Kiyoyasu …"

"Maaf. Aku sedang berduka. Tidak ingin berbicara dengan siapa pun."

"Bukan itu maksudku. Lihat di sana," ucap Muramasa tunjuk ke arah sumbernya.

Kiyoyasu mendongak pada sosok yang tidak asing di matanya. Yoriaki Nagasaki sedang dirasuki oleh gumpalan warna hitam. Kedua matanya terbelalak kaget saat melihat sosok dia benci. Orang yang sudah merenggut warga sekitarnya. Istrinya, Yuriko dan dua buah hatinya. Bayi yang diselamatkan Kiyoyasu sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Muramasa dan Baitsuna saling menoleh. Takut mereka membuat Kiyoyasu marah besar.

"Kiyoyasu! Ayo kita selesaikan urusan kita berdua antara klan Ogasawara! Kuharap kau tidak melarikan diri!" bentak Yoriaki menyeringai.

Air mendidih dalam pembuluh darah dari telapak tangannya. Sarafnya turut menegang. Sorot kedua bola matanya melotot pada sosok Kiyoyasu.

"Muramasa … pinjamkan aku kekuatanmu."

"Kau yakin? Untuk bisa menggunakannya kekuatanku, kau harus—"

"Persetan dengan penjelasanmu, pedang sialan! Aku tidak peduli kontrak dengan iblis atau apalah itu, selama aku bisa membunuh si brengsek ini!" bentak dan potong keluar dari mulut Kiyoyasu.

Senyuman lebar dan miring dari Muramasa. Tiba-tiba, pikirannya dia berubah. Memutuskan untuk membantu Kiyoyasu membalaskan dendam. Terlebih, aura kegelapan menyelimuti pikiran hingga tidak jernih.