webnovel

Chapter 26

Tepat sebelum bertemu Profesor Read dan Profesor Tristan, Issac dan Reynold bertemu dengan Kiyoyasu di Unknown Origin Dungeon.

Sebuah ketukan dari luar terdengar. Mengenakan ninja berwarna merah keemasan. Serta mengenakan topeng tengu yang dilapisi energi pelindung. Reynold dan Issac mendengar sosok seorang pemuda membawa sebilah pedang katana.

"Halo ada orang?"

"Siapa di sana? Apa kau musuh yang akan menyerang kami?" tanya Reynold.

"Tidak, tidak, tidak! Aku kemari untuk mengingatkan, The Protector! Tempat yang bernama Edgeville Prison serta Aeckland Stronghold telah ditinggalkan para monster. Kalian ya yang membunuh Diligent Prince Waldwin?"

Dari dalam, Issac dan Reynold mengangguk. Tanpa disadari, sebuah pedang katana diayunkan. Membelah pelindungnya jadi dua bagian. Persis seperti memecahkan sebutir telur. Mengenakan baju ninja, lengkap dengan manik-manik berwarna merah kehitam-hitaman. Mengenakan sandal dari jerami. Serta rambutnya diikal memendek. Lengan kanan terdapat sebuah sarung tangan memiliki tiga pola bentuk berbeda. Lingkaran, segitiga dan kotak. Semua berganti sesuai kebutuhan. Ketika dibuka pergelangan tangannya, di dalam ada sebuah surat yang ditunjukkan kepada Reynold dan Issac. Pemuda berambut perak membuka isi surat tersebut. Ternyata surat itu berisikan ucapan selamat dari salah satu klan Kaishima. Menoleh pada sosok ninja di depan.

"Perkenalkan. Namaku Kiyoyasu Ogasawara. Aku kemari untuk menanyakan sesuatu. Aku harap jawaban kalian jujur."

"Jujur?" tanya Issac mengerutkan kening.

Reynold berdecak lidah. Seandainya saja dia memiliki senjata, pasti akan menyerang tanpa pikir panjang. Tetapi, ada baiknya mendengarkan kata-kata dari pria itu. Dari sekilas, mengenakan topeng tengu berwarna merah terang. Mengenakan pakaian yang bernama ninja-yoroi. Sandal jepit ke mana-mana selalu dikenakan. Pedang katana miliknya mengeluarkan energi sihir elemen angin. Menyatu dengan benda logam pada katana. Jika diperhatikan baik-baik, arahnya memutar seperti jarum jam. Temponya lambat, terasa mudah tergerus kapanpun kita diserang.

Pedang katana miliknya dikeluarkan. Tangan kirinya menggenggam seruling bambu. Dia meniupkan seruling sejenak. Issac dan Reynold saling memandang. Dibuat kebingungan lantaran datang hanya sekedar untuk memberi sapaan semata. Tidak mempertimbangkan dengan apa yang diucapkan atau dilontarkan. Akhirnya, Reynold pun bertanya kepadanya.

"Katakan apa tujuanmu kemari?"

Pria berpakaian ninja memegang sarung katana dari telapak tangan kiri. Sedangkan tangan kanan menggenggam erat pedang katana. Tiba-tiba, sebuah ayunan beserta memutar anggota tubuhnya. Issac pun bergeser ke samping kanan. Menangkis serangan ke arah berlawanan. Melirik Reynold menggunakan shotgun dan tongkat sihirnya. Diayunkan dengan rasa frustasi yang didapatkan. Pria berpakaian ninja tanpa ampun menyerang Issac. Pemuda berambut perak mendorong Reynold ke belakang. Menyuruh dia untuk melakukan serangan dari jarak jauh. Tekanan sihir yang diterima begitu menguat. Sampai-sampai, kedua lengan Issac terangkat. Hentakan kaki kanan telah diputar dari kiri. Menendang ke pelipis pria berpakaian ninja. Tetapi, pedang katana itu mulai membesar.

Pedang itu memiliki ketinggian sekitar 178 sentimeter. Seukuran dengan pisau empat sampai lima kaki. Senjata itu dinamakan Odachi. Pedang itu tidaklah cocok jika bertarung dalam jarak dekat. Tetapi entah kenapa, pria berpakaian ninja dengan mudah beradaptasi. Sampai Issac mundur. Tongkat sihir milik Reynold diaktfikan. Keuarlah elemen air berputar secara spiral. Lalu diarahkan semburannya ke pria berpakaian ninja. Tetapi, hentakan kaki kanan dan ayunan vertikal telah menghancurkan semuanya. Tetesan air menyebar ke segala arah. Membuat Reynold tidak bisa berkutik kecuali berlindung di belakang Issac. Terlihat wajah kesal sekaligus menyebalkan saat dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Reynold mundur ke belakang. Melemparkan botol berisikan alkohol. Kaki kiri Issac mundur sambil memosisikan diri lengan kirinya. Sebuah ledakan besar terjadi. Api menjalar membesar, menambahkan cairan tersebut ke arahnya.

"Hentikan kalian bertiga!"

Pria berpakaian ninja, Issac dan Reynold terperanjat kaget saat munculnya segerombolan laba-laba beserta sosok yang tidak asing di mata keduanya. Sedangkan dia cukup terkejut dengan aksi yang dilakukannya. Laba-laba berkulit hitam memancarkan aura intimidasi di sekitarnya. Termasuk diarahkan kepada ketiga laki-laki sehabis bertarung. Mempertimbangkan kemungkinan adanya musuh yang lebih berbahaya dan belum dikethaui oleh siapapun. Latros datang sambil memukul kepala Issac dan Reynold. Kedua laki-laki itu mengerang kesakitan.

"Kalian berdua berhentilah bersikap anak kecil di depan orang yang lebih tua!"

"Tidak perlu khawatir Latros. Lagipula, mereka itu kuat."

"Apa itu semacam sarkas?" kata Reynold mencibirnya.

Namun, pria berpakaian ninja mendengus remeh. Akhirnya, pedang odachi miliknya mengecil. Menjadi pedang katana. Disarungkan kembali ke pinggang kanan. Telapak tangan kiri memegang topeng tengu yang terikat. Saat hendak melepaskan, Latros menghentikannya.

"Tidak perlu kau lepaskan, Kiyoyasu. Mereka tidak perlu mengetahui wajahmu sesungguhnya."

Pria berpakaian ninja bernama Kiyoyasu tidak mempercayainya begitu saja. Sebaliknya, dia melotot tajam kepada Issac dan Reynold. Mereka berdua juga merasakan amarah dari Latros. Keduanya langsung ke ruangan yang sudah disediakan. Tempat untuk singgasana Latros.

~o0o~

Selama dalam perjalanan menuju ruang singgasana, Kiyoyasu menatap Reynold dan Issac dengan raut muka kesal. Langkah derapan kaki diseret. Menandakan dia merasa enggan untuk menjawabnya. Di sisi lain, Latros penasaran dengan pria itu. Kiyoyasu mengenal sosok Diligent Prince Waldwin dibandingkan dirinya.

Latros berhenti berjalan. Menoleh dari kiri dengan tatapan kedelapan bola matanya. Melotot tajam pada topeng tengunya. Memperhatikan setiap pergerakan yang mencurigakan.

"Tidak perlu menaruh curiga seperti itu. Aku kemari ingin menanyakan pertarungan dengan Diligent Prince Waldwin. Apa aku salah?"

"Tentu saja tidak. Kau boleh menanyakan hal itu kok. Pertanyaannya adalah, kenapa mereka?" tanya Latros tanpa basa-basi.

Kiyoyasu mendengus lega. Saat hendak berbalik, ada sesuatu yang unik dan berbahaya. Sebuah pedang berbentuk raksasa, melengkung seperti bulan purnama. Dia merasakan energi tidak biasa dekat sangkar. Mencoba mengambil penuh hati-hati.Muncullah sebuah tulisan tidak biasa bertuliskan Muramasa.

"Muramasa?" gumam Kiyoyasu.

Sebuah tulisan dari gagang pedang katana. Bertuliskan berikut:

"Muramasa's Sword was a most skillful smith but a violent and ill-balanced mind verging on madness, that was supposed to have passed into his blades. They were popularly believed to hunger for blood and to impel their warrior to commit murder or suicide. Once drawn a sword, a Muramasa blade has to draw blood before it can be returned to its scabbard, even to the point of forcing its wielder to wound himself or commit suicide. Thus, it is thought of as a demonic cursed blade that creates bloodlust in those who wield it."

Namun, Kiyoyasu tidak mempercayai begitu saja. Dia mencoba merasakannya kembali. Pedang itu perlahan-lahan menyentuh permukaan kulit tubuhnya. Dari ujung kaki, lutut, paha, pinggang, anggota gerak seperti tangan serta ujung kepala. Semua dia rasakan hingga mendapatkan apa yang diinginkannya. Di sisi lain, Reynold mendekati Latros. Berbisik kepadanya.

"Kalian berdua saling mengenal?"

"Kiyoyasu Ogasawara. Seorang ninja-samurai yang bertempat tinggal di Desa Edo. Dulunya, Desa itu tempat pengembangan para assassin untuk membantu tiap kerajaan yang hendak menyewa jasanya. Akan tetapi, semua berubah saat munculnya Unknown Origin Dungeon. Mereka merasa tempat itu harus dihancurkan segera."

"Dihancurkan katamu bilang?" kata Issac terbelalak.

"Energi jahat telah menyebar di The All Region. Selama bertahun-tahun, mereka investigasi, menelusuri hingga mengungkap misteri yang ada di dalamnya. Sayangnya, tidak ada seorang pun yang berhasil masuk dan kembali dalam keadaan selamat."

"Oleh sebab itulah Reynold dan diriku sedang diuji olehnya?" tebak Issac.

Latros mengangguk. Proses penyatuan antara Kiyoyasu dengan pedang Muramasa telah selesai. Pria berpakaian ninja menyarungkan pedang itu. Berjalan ke samping kanan seraya melihat ada sebuah boneka seukuran dirinya.

"Issac, Reynold … persis seperti apa yang dikatakan oleh Latros sang laba-laba. 20 tahun yang lalu, desaku hancur karena perbuatan monster yang membantai Desa Edo. Aku bersama rekanku, Kentarou telah selesai mendapatkan informasi mengenai pedang ini. Tapi bayaran kami adalah hancurnya Desa tersebut."

Tidak ada seorang pun yang bersuara. Para laba-laba yang penasaran dengan Kiyoyasu, mencoba mendekati pria tersebut. Dia membalasnya berupa mengelus-elus kepalanya. Terasa geli dan imut menurutnya. Setelah berjongkok, Kiyoyasu memegang ujung sarung gagangnya. Topeng tengu menatap Issac dan Reynold.

"Aku memperhatikan kalian berdua sejak awal karena menginginkan sesuatu di balik portal itu. Sayangnya, aku tidak memiliki kekuatan untuk mendapatkannya. Sewaktu kau pergi ke sana lagi, tanpa pikir panjang langsung ke dalam dengan bergerak cepat. Melalui ini," jelas Kiyoyasu menunjukkan boneka miliknya. Boneka itu memiliki puluhan senjata yang sudah tersedia. Benang yang tersambungkan ke jemari-jemarinya. Jari telunjuk digerakkan, terlihat boneka itu bergerak dengan sendirinya. Suara dengungan kencang menggema di area sekitar. Mengganggu indera pendengaran para laba-laba. Termasuk Issac dan Reynold. Kiyoyasu menyentuh permukaan kasar kayu dari sebuah boneka. Tiba-tiba, benda itu mengecil. Ditaruh ke dalam sebuah kotak berukuran kecil.

"Aku tidak sabar menggunakan ini. Tapi kepada siapa ya?" gumam Kiyoyasu menyeringai bibirnya.

Di sisi lain, Reynold dan Issac saling memandang. Mereka nampaknya kebingungan dengan perkataan Kiyoyasu. Pemuda berambut perak mengelus dagunya. Mencari tahu maksud ucapannya.

"Mungkinkah, kau ingin mencoba ini kepada Diligent Prince Waldwin sebelum kami kalahkan?"

"Bagaimana kau bisa—"

Perkataan Reynold dipotong oleh Issac. Pemuda berambut perak melewati para laba-laba. Termasuk Kiyoyasu dan Latros. Pria mengenakan topeng tengu tidak mengatakan apapun setelah Issac menebak alurnya.

"Betul. Orang yang telah mengirimkan monster ke desa kami adalah dia. Tidak lain adalah orang itu sendiri. Dan aku menggunakan hinata doll sebagai senjataku untuk membunuhnya langsung."

"Hinata doll?" tanya Issac.

Meski terdengar aneh, setidaknya Kiyoyasu menganggap boneka yang dia pegang merupakan senjata yang dimilikinya selain pedang muramasa. Pria berpakaian ninja semakin tidak sabar untuk menggunakan dua senjata sekaligus. Di sisi lain, Issac menghampiri Kiyoyasu. Ketika kedua senjata saling bertatapan, muncullah resonansi.

"Begitu rupanya …"

"Kau akhirnya menyadarinya ya?" sebuah pertanyaan terlintas dari Latros sendiri.

Senyuman bibir dari mulut Issac. Dia berbalik arah, menyunggingkan senyum pada Reynold, Latros dan lain-lainnya.

"Sejak kapan kau menyadarinya?"

"Waktu dia mencari muramasa, aku merasakan sedikit getaran pada tubuh Kiyoyasu. Diduga, dia orang tepat untuk masuk ke Unknown Origin Dungeon. Karena selama ini, dia sudah banyak yang kehilangan."

Kehilangan katamu bilang? Kata Reynold dalam hati. Telapak tangannya dikepalkan. Menatap tajam pada pria berpakaian ninja dan topeng tengu. Merasakan suatu getaran yang tidak biasa. Dengan kata lain, takdir antara ketiganya telah dimulai dari sekarang.