webnovel

Chapter 22

"Yang barusan itu … apa?"

"Soal itu ya …"

Reynold kebingungan harus menjawab apa karena dirinya sendiri baru mengalami peristiwa semacam itu. Issac membayangkan dirinya saat bertarung melawan Diligent Prince Waldwin, sekaligus melihat peristiwa saat Reynold menggunakan kekuatan barunya.

"Maaf. Aku tidak bisa memberitahumu. Tapi yang pasti, ini kudapatkan ketika orang tuaku memberikan sebuah pesan berupa warisan untukku. Jadi … kau tidak perlu bertanya lagi."

Pemuda berambut perak ingin bertanya lebih lanjut. Tetapi sepertinya Reynold tidak ingin membicarakannya. Issac juga tidak ingin bertanya lebih lanjut. Kedua lengannya meronta-ronta seperti anjing liar menggonggong. Meminta kepada Reynold untuk mencarikan mangsa barunya. Tetapi tidak bisa. Diligent Prince Waldwin sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Issac menggaruk-garuk kepala. Dia melihat jasad Diligent Prince Waldwin sampai mengerang kesakitan di menit terakhirnya. Hingga ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Diligent Prince Waldwin. Sebuah kalung berwarna merah, berbentuk lonjong menyerupai tetesan hujan. Menyala kemerahan menyilaukan kedua mata Reynold dan Issac.

"Aku … aku ada di mana?" gumam Diligent Prince Waldwin terbuka matanya lebar-lebar.

Dia mendongak sekitarnya. Sebuah tempat tanpa ruangan. Begitu sunyi tanpa ada bunyi semacam tetesan air dan sebagainya. Memaksa dirinya untuk beradaptasi dengan ruangan lingkup tidak biasa. Seingat Diligent Prince Waldwin, dia bertemu dengan dua pemuda yang kasar dan tidak tahu terima kasih. Tiba-tiba, muncullah sebuah layar berupa pertarungan antara dirinya menghadapi Issac dan Reynold.

Kedua bola matanya terkejut bukan main. Suara bunyi gesekan di antara dua senjata saling berbenturan. Issac menghela napas. Berjalan cepat menuju sebuah pintu yang terpampang di sana. Warna coklat dengan jendela jeruji besi sejumlah tiga batang. Issac pun membuka pintunya. Sosok Reynold sedang terperangah melihat situasi yang tidak biasa.

Bisa dibilang, ruangan itu dipenuhi ribuan manusia dan monster dalam keadaan tidak bernyawa. Menyebarkan aroma bau menyengat di sekitarnya. Meja terbuat dari batu raksasa yang dipenuhi cipratan darah. Puluhan tangan tergeletak di atas meja. Jari telunjuk, tengah, ibu jari hingga kelingking digantung diikat dengan kawat. Tetapi tidak ada jari manis sama sekali. Reynold mendengar suara decitan pintu. Menoleh ke Issac yang berusaha menahan rasa mual. Tiap dinding, terdapat tulisan Bahasa Epuni tertulis minta tolong.

"Benar-benar sinting," komentar Issac.

"Kau pikir seperti itu? Orang normal pasti akan mengutuk tempat ini dan membakarnya."

"Begitukah? Aku berpikir kita biarkan saja tempat ini—"

"Tidak. Aku tidak bisa membiarkan pangeran bajingan itu ada."

"Tunggu! Dia masih hidup?"

Saat Issac ingin mengatakan sesuatu, sosok seorang laki-laki mengenakan jubah. Berjalan sempoyongan dengan membawa senjata pedang besar diseret. Suara decitan logam pedang dengan lantai memercikkan api kecil. Rahang giginya bolong separuh, rambutnya rontok dan tangan kanan kurus kering.

"Perkenalkan … namaku Waldwin. Di antara kalian manakah yang ingin dijadikan percobaan kelinci?"

"Tidak terima kasih!" ucap Issac dan Reynold serempak.

Reynold dan Issac melihat sebuah pertarungan rekaman ulang. Keduanya terkejut bukan main. Berada di suatu tempat yang tidak diketahui, telah memunculkan sosok monster yang menakutkan. Berwujud laba-laba dengan tatapan tajam pada kedelapan bola matanya.

"Manusia … Atau The Protector terbaru telah terpilih. Siapa sangka kedua manusia terpilih dengan kekuatan berbeda."

"Aku tidak percaya ini …"

"Manusia berambut perak itu milikku."

"Manusia berlengan kegelapan itu milikku."

"Aku yang menemukan!"

"Bisakah kalian hentikan pertengkaran bodoh ini?" akhirnya Reynold interupsi.

Pemuda berambut perak menginjakkan permukaan lantai yang menggema. Serasa ada sesuatu yang tidak biasa pada tempat ini. Issac menoleh tidak ada aktivitas apapun. Anehnya, tidak ada senjata yang dicengkramnya. Baik gagang patah milik Reynold maupun tombak dan perisai milik Issac.

Sosok laba-laba itu menghampirinya. Mulai membesar dan memancarkan aura intimidasi. Matanya berkedip. Menunjukkan sesuatu lagi pertarungan antara dirinya dan Reynold dengan Diligent Prince Waldwin.

Issac sadar bahwa kemampuan Diligent Prince Waldwin mulai meningkat dari biasanya. Pemuda berambut perak kesulitan mencari kelemahan. Tusukan ke bagian pinggul tidak lantas Diligent Prince Waldwin tumbang begitu saja. Sebaliknya, makhluk itu memutarkan lehernya seperti seekor burung hantu dengan tatapan menakutkan. Kedua bola matanya beserta hentakan kuat telah berhasil menurunkan ego Issac.

Pemuda berambut perak mundur ke belakang. Mencengkram tombak yang dimilikinya. Energi sihir berwarna hitam mengalir ke dalam tombaknya, berjalan cepat sambil menerjang Diligent Prince Waldwin. Tetapi, kaki dan tangan melebar serta bercabang. Sampai-sampai, Diligent Prince Waldwin harus mengerahkan seluruh kekuatannya. Reynold memutar pedang gergaji tidak berhasil memotongnya. Dahan kayunya mengeras. Diligent Prince Waldwin memutar leher lagi. Kedua matanya tertuju pada Issac. Pemuda berambut perak menurunkan dagunya. Kedua kakinya mundur ke belakang. Lalu berancang-ancang melakukan serangan balik. Dia berputar ke arah kanan. Mengamati kelemahan yang ada di sana sembari menguatkan lengan kiri. Perisai tersebut mengeluarkan energi. Membentuk sebuah spiral, melesat mengenai Diligent Prince Waldwin. Tetapi, serangan itu terpental ke atas. Reynold memutar anggota tubuh dari kiri. Menargetkan pinggang Diligent Prince Waldwin. Gorokan dari bagian tengah mengalami patah. Terdengar suara retakan di sana. Reynold berdecak kesal. Mundur ke belakang sambil melemparkan bom peledak berisikan alkohol. Pecahan itu mengenai Diligent Prince Waldwin. Mengakibatkan luka bakar di sekujur tubuhnya. Pemuda berambut perak memutar pundak ke belakang. Lalu menerjang Diligent Prince Waldwin beserta memanfaatkan perisai elemen sihir kegelapan. Cipratan air akibat pijakan Reynold membasahi alas kakinya. Diligent Prince Waldwin menggeram. Melancarkan serangan balasan. Tetapi, Issac menusuk kembali. Cengkraman lengan kanan pada tongkatnya begitu kuat. Sampai berakibat derasnya darah pada telapak tangan. Issac tidak peduli dengan kondisinya selama Diligent Prince Waldwin bisa dikalahkan. Dari belakang, Reynold mengambil resiko. Ayunan pedang gergaji mulai retak. Serpihan logam terjatuh ke lantai. Dia tidak memiliki senjata apapun untuk digunakan. Senyuman miring dari Diligent Prince Waldwin.

Sebuah serangan tanpa kasat mata, berasal dari Diligent Prince Waldwin. Serangan pola diagonal mengenai tubuh Reynold. Dia terperanjat kaget. Telapak tangannya menekan luka supaya darah tidak merembes pada baju zirah. Kedua kakinya dipaksa untuk mundur. Reynold membenci ini, tetapi menyerahkan sebagian kepada Issac sebagai umpan. Nampaknya, Reynold ingin melakukan sesuatu. Telapak tangan dibawah. Mengeluarkan energi hitam serta membuangnya.

Issac melirik pada pergerakan dari Reynold. Selagi dia masih sadar, pemuda berambut perak berlari, berputar arah ke kanan disertai menusuk ke bagian pinggang. Hentakan kaki kanan diutamakan. Mengeluarkan aura intimidasi yang begitu menguat. Diligent Prince Waldwin menyerang dengan mengeluarkan ratusan cabang di sekitar tubuhnya. Issac pun mundur ke belakang. Menghindar melalui berguling melompat samping kanan sejumlah tiga kali. Cabang itu menyebar ke segala penjuru. Pemuda berambut perak mundur lagi. Tatapan tajam diarahkan kepada Diligent Prince Waldwin. Saat hendak menyerang kembali, seekor laba-laba muncul begitu saja. Ukurannya tidak terlalu besar. Dia pun menyemburkan jaring laba-laba. Diligent Prince Waldwin berusaha untuk keluar dari sini. Tetapi tidak berhasil karena jaring yang dimaksud dilapisi energi hitam. Menghisap semua energi yang ada dalam tubuh Diligent Prince Waldwin. Jeritan keluar dari mulutnya. Memohon karena tidak mampu menghentikan aksi Reynold. Rantai hitam dan tali berwarna serupa membungkusnya hingga Diligent Prince Waldwin tidak mampu bernapas. Reynold menarik napas lega. Keringat bercucuran di sekitar wajahnya. Issac menatap tajam pada Reynold. Berharap dia memberikan jawaban untuknya.

Reynold meningkatkan waspadanya. Mundur ke belakang. Melotot tajam pada pemuda berambut perak serta menutup pintu hati dan pikiran mereka. Laba-laba itu menatap Issac. Sepertinya, dia masih tidak ingin membicarakannya.

"Jika kau bersikeras tidak ingin berbicara, aku akan menjelaskan kepadanya."

"Beraninya kau—"

"Apa? Apa kau lupa bahwa laba-laba itu adalah anakku? Aku menitipkan seekor telur yang belum menetas kepada mereka. Sewaktu-waktu, anakku akan membutuhkan pertolonganmu. Dan mereka menjawabnya dengan merawat anakku seperti saudara sendiri!"

Reynold tertunduk lemas. Kedua kakinya tidak mampu bergerak. Telapak tangannya mencengkram keras bagian kepala. Teriak histeris menyebutkan nama panggilan Ayah dan Ibu. Sementara itu, Issac menoleh pada laba-laba di sampingnya.

"Kau apakan dia?" tuntut Issac.

"Aku hanya mengingatkan kepada Reynold bahwa dia tidak boleh melupakan keluarganya sendiri. Serta tidak boleh mengabaikan orang-orang sekitarnya. Itulah tugas seorang Protector. Pelindung bagi dunia dan keluarga. Bukan seperti Skye Cooper yang mendapatkan pangkat The Protector dari Kerajaan terkutuk itu! Itu hanyalah ilusi, yang diciptakan olehnya supaya orang itu bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah. Nyatanya tidak sesimpel itu!" kata laba-laba menggeram sembari mendekati wajah Reynold.

Erangan keluar dari mulut Reynold. Memanggil nama orang tuanya melihat air mata mengalir begitu saja. Issac mendengarkan perkataan laba-laba itu. Menerangkan sebuah kebenaran mengenai masa lalu Reynold.