"Bukan kayak gue yang sebaliknya?" dia diam. Tidak menjawab. Aku memang tidak berharap lebih. Tapi, membandingkanku dengan Nilamnya yang dulu, itu membuatku sakit.
"Aku mencintaimu apapun keadaanmu. Kenapa kamu masih ragu?"
"Karena, dengan Nilam lo yang dulu aja lo mendua. Apalagi ama gue."
"Hah? Mendua? Sama siapa?" tanyanya. Dia benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?
"Ani." jawabku. Sorot matanya yang teduh terlihat menajam. Dia memalingkan wajahnya dariku.
"Oh... dia." ucapnya.
"Iya, kan?" tanyaku makin penasaran. Meski hatiku ingin dia berkata tidak, tapi... aku ingin dia jujur.
"Nggak usah bahas."
"Maaf." jawabku. Memang, aku tidak berhak untuk masalah ini. Bagaimana pun, Ani adalah bagian masa lalu Ricky. Yang berhak marah itu Nilam, bukan aku.
"Maaf," ucapnya. Kupandang wajah Ricky yang kembali teduh, matanya memandangku dengan tak menentu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com