webnovel

Luka Yang Terungkap

Elzia menggeleng.

"Apa kalian pikir jika aku bisa memaafkan kalian setelah apa yang kalian lakukan sama aku?! Iya?!" Ucap Elzia dengan penuh amarah.

"Zia.. tolong jangan salah paham, nak.." ucap Viko yang berusaha untuk menenangkan Elzia.

"DIAM!!" Bentak Elzia emosi.

"Elzia!" Ucap Vira yang baru saja tiba di rumah dan melihat kekacauan tersebut.

Elzia bangkit dari posisi duduknya. Ia menatap Vira dengan penuh kebencian. Sedangkan Vira, dirinya menatap Elzia dan Viko secara bergantian dengan tatapan bingung.

"Satu pembohong lagi telah datang.. bagus.." ucap Elzia dengan senyum palsunya seraya menepuk tangannya.

Vira mengernyitkan keningnya, bingung terhadap apa yang dimaksud oleh Elzia.

"Apa maksud kamu, El? Kenapa kamu berkata seperti itu pada bunda?" Ucap Vira.

Elzia tertawa mengejek.

"Hahaha hahaha... kalian benar-benar pintar sekali dalam bersandiwara ya.. pintar!!" Ucap Elzia seraya menepuk tangannya.

Vira benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dimaksud oleh Elzia. Ia lalu beralih pada Viko seolah meminta jawaban.

Viko seolah mengatakan bahwa dirinya telah mengetahui semuanya. Vira langsung mengernyitkan keningnya dan terkejut.

"Elzia.. ini tidak seperti yang kamu pikirkan, sayang.. bunda dan papa tidak pernah bermaksud seperti itu pada kamu.." ucap Vira.

....

Ketika berada di tengah perjalanan, Raka menghentikan motornya di tepi jalan seraya melihat maps di handphonenya.

"Ini terus belok kiri.. gak jauh lagi kok rumahnya.. semoga aja ini maps enggak buat gue nyasar deh.." gumam Raka.

Raka lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju titik lokasi rumah Elzia.

Ia memasuki sebuah gang yang cukup lebar. Ketika sudah masuk di dalam gang tersebut, ia menghentikan motornya pada saat dirinya melihat ada beberapa anak kecil yang sedang bermain di depan halaman rumah.

Raka lalu turun dari motornya dan menghampiri mereka.

"Permisi dek.." ucap Raka pada mereka.

Anak-anak itu tampak memperhatikan Raka dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Mereka lalu saling berbisik.

"Cokelat.."

"Pak polisi deh kayaknya.."

"Gak kelihatan jelas.. ada jaketnya.."

"Kayaknya iya deh.. tapi cari siapa ya?"

Raka yang mendengar bisik-bisik dari anak kecil tersebut pun tersenyum tipis.

"Dek?? Kakak mau tanya dong.. boleh gak?" Ucap Raka.

Mereka lalu saling memandang sebelum akhirnya mengangguk.

"Tanya apa bang?" Ucap salah satu dari mereka.

"Kenal sama Elzia gak?" Ucap Raka.

"Oh kakak tomboy.. kenal dong... kenapa?"

"Iya kenapa? Abang mau tangkap kakak itu?"

"Jangan! Nanti gak ada lagi dong jagoan kita.."

'Oh ternyata dia dikenal sama anak-anak di sini dan sepertinya diidolakan ya.. keren juga dia..' ucap Raka di dalam hatinya.

"Boleh gak tunjukkan ke kakak di mana rumahnya?" Ucap Raka.

"Mau ngapain dulu?"

"Mau ngobrol dong.. jadi kakak tuh temennya.. udah lama gak ketemu.. boleh dong kasih tahu ke kakak.." ucap Raka.

Mereka tampak berpikir sebelum akhirnya mengangguk.

"Itu rumahnya kak.. yang cat warna hijau.. yang ada motor dan mobil parkir di terasnya .." ucap salah satu dari mereka yang menunjuk sebuah rumah.

"Tumben kak Zia buka pintu ya.. biasanya kan kalau jam segini dia tidur atau nulis novel.."

"Mungkin lagi ada tamu.."

'Anak-anak di sini ternyata hafal banget sama kegiatan tuh cewek...' ucap Raka di dalam hatinya.

Raka lalu mengeluarkan dompet dari saku celananya. Ia lalu mengambil dua lembar uang lima puluh ribu dari dompetnya lalu memberikannya pada salah satu di antara mereka.

"Dek.. ini buat jajan kalian.. ntar dibagi rata ya.. makasih atas informasinya... kakak permisi ya.. mari.." ucap Raka dengan senyumnya.

Mereka pun mengangguk dan tersenyum bahagia.

"Makasih pak polisi!!!" Ucap mereka serempak dengan bahagia.

Raka hanya tersenyum. Ia lalu kembali menaiki motornya dan melajukannya menuju rumah Elzia.

Ketika telah tiba di depan rumah Elzia, Raka lalu segera mematikan mesin motornya dan turun dari motornya. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju teras rumah Elzia.

Ketika dirinya baru saja akan mengetuk pintu rumah Elzia yang terbuka, Raka langsung mengurungkan niatnya ketika dirinya mendengar sebuah suara pertengkaran yang berasal dari dalam rumah Elzia.

"Apa bun?! Apaa?! Sudah puas selama ini kalian membohongi aku?! Puas?!" Ucap Elzia marah dengan wajah yang telah berlinang air mata.

Deg!!

Mendengar suara itu, Raka langsung tercengang. Ia berdiri di balik jendela rumah Elzia dan bersandar di sana.

"Apa yang telah terjadi ya sama dia dan kedua orang tuanya? Kenapa dia bertengkar dengan kedua orang tuanya?" Gumam Raka.

"Zia.. sayang.. Maafin bunda dan papa, nak.. tolong kamu jangan membenci kami.. kami sangat menyayangi kamu.." ucap Vira.

"Bohong! Jika kalian sangat menyayangi aku, gak mungkin kalian melakukan semua ini sama aku! Gak mungkin! Bertahun-tahun, bun, pa.. aku bahkan sering banget sendirian di rumah tanpa kalian.. aku berusaha memaklumi karena aku pikir bahwa kalian benar-benar sibuk dengan pekerjaan kalian.. tapi apa? Hiks.. apa??" Ucap Elzia terisak.

Vira menyeka air matanya yang juga terus mengalir. Sementara Viko, dirinya benar-benar bingung harus berbuat apa lagi.

Mereka tak pernah melihat Elzia yang sampai semarah ini sebelumnya. Karena Elzia yang mereka kenal adalah seorang anak yang tak banyak berbicara dan selalu baik pada semua orang.

"Zia.. bunda tidak mengenal kamu yang sekarang.. kenapa kamu seperti ini nak?" Ucap Vira.

Elzia mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan kasar.

"Oh iya? Bunda tidak mengenal aku yang sekarang? Apa kalian tahu?! Siapa yang membuat aku menjadi seperti ini?! Siapa?! Bunda dan papa jahat banget sama aku.. kalian tahu? Jujur, aku baru tahu siapa kalian yang sesungguhnya sekarang! Dan seharusnya, dari dulu aku gak perlu mengerti kalian yang bahkan tidak pernah peduli sama aku!" Ucap Elzia.

"Zia.." ucap Vira menggeleng lemah.

"Cukup bunda.. aku udah capek menjalani kehidupan ini.. apa gunanya aku punya orang tua jika semuanya aku lakukan dengan tangan dan kaki aku sendiri? Gak ada gunanya.. maka mulai saat ini, aku putuskan untuk benar-benar pergi dari kehidupan kalian. Aku tidak akan pernah mengganggu kalian lagi.." ucap Elzia.

"Zia.. jangan seperti ini nak.. kamu mau ke mana?" Ucap Viko.

"Papa jangan lupa.. dari dulu, ketika aku menginginkan sesuatu, tak pernah sedikit pun aku meminta pada kalian.. karena apa? Aku gak mau membebani kalian.. aku cari pekerjaan yang bisa aku lakukan dengan mudah.. sampai akhirnya aku menjadi seorang penulis novel online.. aku punya penghasilan sendiri dan aku juga punya tabungan.. aku bisa hidup sendiri tanpa kalian! Biar beban kalian hilang! Meskipun selama ini sepertinya aku tidak pernah membebani kalian!" Ucap Elzia.

"Zia.. bunda dan papa tidak pernah merasa dibebani atas kehadiran kamu, sayang.. kamu jangan berpikir seperti itu." Ucap Vira.

"Jika kalian tidak pernah merasa dibebani atas kehadiran aku, maka seharusnya kalian tidak pernah melakukan hal itu pada aku. Aku sakit hati, bun, pa.. selama ini, aku simpan semua luka aku sendiri.. tapi sekarang aku udah gak bisa lagi.. aku capek. Capek, bun, pa.." ucap Elzia terisak.

........

Only In Webnovel ....

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Nurliza_Karen_Nitacreators' thoughts