webnovel

UNERANGEL [Indonesian]

Sebuah kontes perang di Erangel berjumlah 100 orang turun untuk bertahan. Max merupakan pemain bertahan di wilayah Erangel berturut-turut. Namun, terjadi keanehan yang dimana pasukan Abyssal yang dipimpin oleh ratu cantik Selena masuk ke dalam game PUBG. Dia menginginkan Erangel yang dianggap ada tempat suci di Sosnovka Military Base yang diduga ada makan sebuah ratu pertama Abyssal, Alice. Setelah itu, pasukan Twillight bersama Raja Estes dan Ksatria Putri Lunox mengikutinya melalui dimensi masa depan. Apakah Max bertahan hidup ketika kedua kubu masuk ke wilayah Erangel? Rizwan Ripandi

HaswellVR · วิดีโอเกม
เรตติ้งไม่พอ
7 Chs

Chap. 4, Getting Information and Move!

"Aku sudah menantimu, Tuan Putri." Kata Moskov yang berdiri di koridor.

"Moskov?"

Moskov merupakan pemain lempar lembing terbaik di Abyssal sekaligus penjaga Abyssal.

"Apa yang kau rencanakan pada Ratu?" Tanya Lunox yang bersiaga dengan serangan Moskov.

"Rencanaku pada Ratu? Hahahahaha.... lucu sekali. Aku akan menghabisimu, bodoh. Sekaranng kau datang untuk bunuh diri." Jawabnya dengan amarah jahat.

"Tidak bodoh, aku akan yang menghabisimu!"

"Huh, coba saja kalau bisa." Moskov langsung menghilang begitu saja.

"Moskov. Kau mau kemana?!" Suasana di ruang sekolah semakin sunyi. Mungkin tidak tahu walaupun akan ada bahaya datang yang sepertinya Moskov akan menyerang dari belakang.

"Kemana dia pergi?" Lunox berjalan menuju lantai 2 lalu perlahan-lahan

*WUUUSSSHHH!!!!*

Sebuah tongkat mengarah ke Lunox. Untung saja dia mengetahui duluan. Lunox menghindarinya lebih dari 2 detik. Datanglah Moskov yang menyerang dengan tangan kosong. Lunox membalas dengan sinar ungu yang menyebabkan Moskov terpental.

"Arrgghhh... sial!" Moskov berteleportasi kembali dan mengambil tombaknya. Dia lalu mengarah ke Lunox. Sasaran itu tidak mengenai Lunox karena dia dari awal mengubahnya menjadi bola-bola bercahaya.

Max mendengar adanya keributan dari lantai dua.

"Ada apa di lantai dua? Aku harus periksa." Max lari ke arah lantai dua melalui tangga bagian kiri. Dia mengintip ternyata Moskov dan Lunox sedang melawan. Max mempersiapkan Smoke Grenade untuk mengasapi mereka. Dua granat asap pun siap dilemparkan, asap pun keluar setelah dilempar. Moskov dan Lunox menjadi tidak terlihat.

"Baiklah, langsung dieksekusi." Max lari dengan panci saja.

"HIYAAAAAA....!!!!"

*TENG!*

Max knocked out Moskov with Pan.

"Max?"

"Tuan Putri Lune, tidak apa-apa, apa ada yang terluka?" Sambil memeriksa Lunox.

"Uhuk, uhuk! Max? Ya. Aku tidak apa-apa. Asap ini menggangguku!"

Max berlari ke arah Moskov dan mengambil tubuhnya dengan menghajar dibagian perut, lalu berpindah ke wajahnya.

"Max, hentikan! Kita butuh dia."

"Apa?"

...

"Jadi, Moskov. Apa rencanamu masuk ke dimensi orang lain?" Tanya Lunox dengan mengintrograsi. Sekarang mereka berada di tempat kolam renang. Moskov diikat di kursi.

"Hehe... aku tidak akan mengetahuinya."

"Ohh.. jadi kau tidak ingin mengetahuinya? Kau perhatikan senjataku!" Max mengambil G18 dan mengarahkan ke salah satu tembok di belakangnya.

*DOOR!*

Tembok itu menjadi bolong. Moskov menjadi gemetaran.

"Kau lihat? Itu bolong. Jika aku menembakmu di kepala, kau akan mati. Aku tahu kau berasal dari dimensi lain, tapi kau tidak tahu senjata masa depan bagaimana." Kata Max yang menodongkan senjata di kepala Moskov. "Beritahu kami, apa rencanamu dengan Ratu Selena?"

"Heh... sudah aku bilang, aku tidak akan memberitahukan."

*DOOR!*

Peringatan kedua dilepas oleh Max lagi. Dia membunyikan pistolnya di telinga Moskov.

"ARRRGGGHHH!!! Sakit bodoh!" Telinga Moskov merasa kesakitan.

"Makanya jangan berani macam-macam dengan aku, babi! Sekali lagi, apa rencanamu dengan Ratu Selena? Jika kau tidak menjawabnya, aku akan menembakmu atau aku hajar kau." Max mengarahkan kembali pistolnya. Moskov merasa ketakutan.

"Baik, baik! Aku akan beritahu segalanya." Moskov menjelaskan semua rencananya.

...

"Jadi intinya, Ratu Selena akan menempati posisi Erangel sebagai rumah para Abyss dan sedangkan Vikendi nantinya akan tempat diamnya ratu karena di Vikendi ada peninggalan Ratu Alice yang berdian di puncak es. Selena juga akan menguasai masa depan." Kata Moskov dengan fakta.

"Oh jadi begitu. Terima kasih atas informasinya. Bagaimana dengan Dyrroth?" Tanya Lunox.

"Dyrroth? Aku rasa kalian akan sulit melawan dia. Dia sangat hebat dalam bertarung, tetapi dia punya kelemahan. Kelemahannya adalah, dia lemah dalam benturan keras."

"Dimana dia sekarang?"

"Pochinki. Dia berada di Pochinki."

"Baiklah kalau begitu, terima kasih." Sekarang giliran Max yang bicara kepada Moskov.

"Oh iya bung, bagus sekali dalam memberitahu. Aku cukup menghargaimu. Dengan ketakutan akan jahatnya masa depan seperti apa, kau bisa mengatakan segala hal. Tetapi, aku tidak ingin melihat wajah makhluk ini di depanku maupun Lunox. Ada yang ingin disampaikan kepada Ratu Selena?"

"Aku rasa, aku mencintai Selena."

"Bagus... bagus,"

Max perlahan dian dan berdiri, langsung mengambil M416 di bahunya dan menembak Moskov secara brutal.

"Selamat tinggal makhluk aneh." Lalu dia menendangnya hingga jatuh ke kolam renang yang tidak ada airnya sama sekali.

"Ayo, kita pergi."

...

Max dan Lunox melanjutkan perjalannya ke Pochinki.

"Max, boleh aku tanya?" Tanya Lunox.

"Apa itu?"

"Seperti apa itu masa depan?"

"Masa depan? Masa depan itu sebuah perjalanan waktu yang dimana manusia merencanakan sesuatu untuk yang lebih baik dan diperbarui. Kau bisa lihat aku memakai senjata dan pakaianku ini."

"Selain itu? Apakah ada yang lebih sempurna dengan masa depan?"

"Kalau aku tahu... yang paling sempurna adalah cinta. Cinta juga hubungan yang tidak bisa dipisahkan karena kita telah terikat dengan kasih sayang dengan seseorang ataupun objek."

"Tapi, jika mendengar kata 'cinta', aku tidak suka sekali."

"Eh mengapa?" Lunox menghentikan langkahnya.

"Sebelumnya aku sudah menceritakan kepadamu saat ke gedung itu."

"Ohh... itulah mengapa kekasih pertamamu itu berpaling hati. Namun, masih banyak orang yang peduli dengan perempuan. Laki-laki tidak hanya satu, melainkan banyak. Cinta itu bisa jatuh kalau adanya keseriusan. Itulah sebabnya ada yang membenci cinta karena masalah yang pernah dialaminya."

"Umm... Max, aku punya sifat dingin kepada laki-laki setelah kejadianku. Makanya aku tidak banyak bicara kepada laki-laki. Banyak laki-laki yang suka menggangguku dan menghancurkan hidupku. Setelah aku umur 16 aku mengubah sikapku untuk laki-laki. Tetapi setelah aku bertemu denganmu, aku bisa berbicara banyak hal. Aku cukup nyaman sekarang."

Max tersenyum dengan apa yang diucapkan olehnya.

"Hehehe.. aku senang mendengarkanya, Lune. Aku menyukainya." Lunox pun tersenyum juga.

"Kalau kira-kira, aku pantas tidak tinggal di dimensi ini, Max? Kalau dilihat aku suka sekali dengan yang terbaru."

"Lune, dengarkan aku." Max memegang tangan Lunox. "Semua orang pantas tinggal dimana saja. Yang penting, kau harus mengetahui segala hal tentang dimensi ini. Jika kau bertemu dengan hal yang kau tidak mengerti, kau harus menyesuaikan dulu dan bertanya. Orang asing sepertimu pasti senang melihatmu. Aku percaya itu." Lunox tidak menyangka Max merupakan orang yang peduli. Baru kali ini saja, dia sudah nyaman sekali dengan dimensi yang baru masuk.

"Max..."

"Aku pastikan itu, Lune."

"Terima kasih, Max. Hehehe." Lunox tertawa dan tersenyum.

"Hahahaha... bisa saja kau. Ayo kita jalan lagi."

...

Sesampai di Pochinki, tepatnya di sebuah gereja, Max dan Lunox memasang strategi untuk mencari keberadaan Dyrroth.

"Bagaimana rencanamu?" Tanya Max yang memeriksa peluru dan perlengkapan lainnya.

"Kita akan berpencar saja. Kita akan bertemu di ujung."

"Sebentar..." Max mengambil sesuatu di tasnya. Lalu dia memasag di telinga Lunox. Sebuah Handsfree terpasang di telinga kiri Lunox.

"Kau memang cantik hari ini, Lune. Aku akui itu." Muka Lunox menjadi merah mudia. Dia membalas dengan senyuman.

"Terima kasih, Max. Baru pertama kali kau memujiku."

"Hehehe... coba tes suara. Katakan apa saja." Max mencoba Handsfree. Apakah berfungsi?

"Umm.. hai Max, apa kabar?" Tanya Lunox melalui Handsfree.

"Hai Lune, aku baik. Oke, berfungsi. Tanyakan apa saja dan jika bertemu Dyrroth, katakan kepadaku."

"Baik."

"Aku akan pergi ke arah kiri, kau ke arah kanan. Semoga beruntung." Max berlari ke arah kiri dengan peralatannya. Lunox langsung pergi ke arah kanan.

...

Max berjaga-jaga dengan bersiaga menggunakan M416. Tidak ada juga pemain PUBG yang tersisa di Pochinki. Biasanya, Pochinki tempat yang paling banyak dikunjungi pemain.

"Lunox, bagaimana keadannya disana?"

"Baik, tidak ada orang disini. Aku akan tetap mencarinya."

"Hati-hati."

Selama 10 menit mengelilingi Pochinki, tidak ada keberadaan Dyrroth. Mereka pun bertemu di tengah wilayah.

"Apakah kau menemukannya, Lune?"

"Belum sama sekali. Tidak ada petunjuk keberadaan Dyrroth."

"Bagaimana wilayah bagian kanan?"

"Aman."

"Kalau begitu… AWAS!" Salah satu ikan lele atau disebut Byssi terbang akan mengenai mereka. Max mengambil lengan Lunox agar menghindar dari Byssi.

"Kau tidak apa-apa?"

"Ya. Aku tidak apa-apa. Apa itu barusan?" Beberapa pasukan Abyssal mengepung Max dan Lunox. Mereka menyerang dengan kekuatan sihir mereka.

"Mereka… kembali." Max mempersiapkan M416 siap tembak, begitu juga dengan Lunox dengan sihirnya. Segerombolan Abyss menyerang langsung dengan satu atau dua orang dengan sihir.

"Mereka sangat banyak, kau maju duluan, aku akan melindungimu dari belakang!" Max mengisyaratkan agar Lunox pergi dahulu dan Max melindungi dengan tembakan. Para Abyss pun semakin banyak hingga Max mendesak untuk mengaktifkan Smoke Grenade. Granat asap menyala dan Max melarikan diri dari segerombolan Abyss.

Max mencari tempat persembunyian agar menghindar dari para Abyss. Tiba-tiba, Lunox mengabil Max untuk bersembunyi di balik dinding berwarna jingga.

"Mereka ada dimana-mana." Kata Lunox yang meregenarasi sihrinya.

"Tenang, aku akan memantau agar mereka tidak kemari. Kau jaga bagian kiri." Dari arah kanan para Abyss berdatangan sekitar 20. Max langsung melepaskan tembakannya kea rah mereka. Lunox menghempaskan juga sihir cahaya ungu.

Mereka pun semakin banyak dan semakin berdatangan. "Tidak ada waktu lain selain melemparkan granat." Max mengambil 2 buah granat dan langsung melemparkan ke arah mereka.

*BOOM! BOOM!*

"Lune, aku hampir lupa, kita harus mencari portal dimensi secepatnya."

"Kau benar, Max. Tapi mereka masih banyak." Sebuah sinyal dipancarkan kepada para Abyss agar berhenti menyerang. Akhirnya para Abyss kembali ke belakang.

"Huh…" Max memastikan kembali agar mereka tidak ada. "Mereka tidak ada. Ayo kita bergerak kembali. Kau ikuti aku dari belakang sementara."

Mereka berkeliling di sekitar Pochinki untuk mencari sebuah portal dimensi.

"Aku tidak tahu seperti apa portal. Apakah kau tahu seperti apa portal?"

"Yang aku tahu, portal itu tidak terlihat dan mereka menyimpan di bangunan-bangunan yang kecil, tertutup, dan keluarnya pasti ratusan. Sunggu tidak terduga jika kau tahu." Kata Lunox.

"Bangunan yang kecil, aku tahu dimana."

Setelah itu mereka kembali ke tengah wilayah. Salah satu orang menghalangi jalan menuju tengah wilayah.

"Halo semuanya, aku dengar semuanya yang kalian maksud." Munculah Dyrroth tiba-tiba.

"Dyrroth?" Kaget serentak.

To Be Continued