webnovel

Ikatan dan Takdir iii

Keputusan

***

"Apa kamu yakin, Edi?"

Dwi bertanya lagi untuk kesekian kalinya, dia benar-benar ingin memastikan pilihan mereka. Dia juga tidak ingin keputusan ini membawa dampak buruk bagi keduanya.. Setelah sekian lama, cukup lama bagi mereka berpikir memilah pilihan. Pada akhirnya keduanya memutuskan untuk membuka kotak itu.

Tidak peduli apa pun resikonya nanti, ditambah tidak ada pilihan lain selain membukanya. Mengingat tidak ada siapa pun yang dapat membuka kotak itu selain mereka berdua. Belum lagi, mereka juga mencoba untuk membuangnya. Hasilnya, kotak itu kembali lagi.

Satu bulan lamanya mereka menimbang, menentukan pilihan yang jawabannya hany satu yakni harus 'Iya'. Edi memandang Dwi di sampingnya, kali ini dia yakin meski keraguan dan rasa cemas masih menghantui. "Ya, aku Yakin." jawabnya.

Dwi membalas tatapan Edi, keduanya saling pandang memastikan sahabatnya itu, sorot mata Edi terlihat begitu yakin. Sebelumnya, mereka berjanji untuk membuka kotak itu bersama, dengan catatan jika keduanya sudah yakin. Kali ini Dwi sendiri yang merasa ragu, entah mengapa hatinya gelisah. Dia seolah takut, timbul gejolak tidak ingin berpisah dari siapapun, terlebih sahabat baiknya.

Dwi mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian pandangannya beralih menatap pada kotak di tangannya. "Tapi---"

"Aku paham kamu khawatir, Dwi. Aku sebenarnya juga khawatir, bahkan sekarang saja aku masih ragu." sela Edi memahami keraguan sahabatnya itu.

Edi berjalan ke tepi atap gedung sekolah (Rooftop), semilir angin segera menerpa rambut Dark Warm miliknya. Iris mata hitamnya menatap lekat kotak besi di tangannya.

"Tidak ada yang tahu apa isi dari kotak hitam ini, kecuali kita. Terlebih, hanya kita yang bisa membukanya. Kalau bukan kita, menurutmu siapa lagi Dwi?" imbuhnya.

Kepalanya menengadah menatap langit sembari merasakan semilir angin yang berhembus. Dwi berjalan menghampiri Edi, dia ikut menengadahkan kepalanya, merasakan hembusan udara menerpa rambut Dark Brown miliknya.

"Apa kamu masih ingat, Dwi?" tanya Edi, Dwi melirik sahabat di sampingnya.

Matanya masih terpejam, "Pesan dari pria misterius saat itu?" Dwi balik bertanya.

Edi melirik Dwi sejenak, kemudian mengangguk. Lalu kembali menutup mata merasakan hembusan angin siang itu.

Kotak di tangan keduanya itu berisi sesuatu dengan nama 'Code', dikatakan juga memiliki sifat dan kesadaran sendiri. Karena itu, dibutuhkan orang yang tepat untuk menggunakannya. Mereka adalah orang yang terpilih dan ditakdirkan untuk menjadi pemilik-nya. Hanya mereka berdua yang mengetahuinya di zaman ini, Edi dan Dwi.

Bagaimanapun juga, takdir tidak akan pernah berubah. Apapun resikonya, seperti apa dampaknya nanti. Selama berada di tangan yang tepat, hal buruk bisa dihindari. Bukankah begitu? Lagipula, hanya kamu sendiri yang bisa mengubah takdir-mu!

Edi menatap keramaian di bawah keduanya untuk sejenak, anak-anak bermain dan beristirahat dengan gembira. Dia kembali menatap Dwi dan mengangkat kotak besi itu.

"Jadi, bagaimana?" tanyanya sekali lagi.

"Mau dibuka atau tidak, Dwi."

Dwi tersenyum simpul menanggapi, dia mengangguk untuk mengiyakan. "Tentu."

Edi dan Dwi menatap kotak besi di tangan masing-masing, sesekali keduanya saling tatap sejenak. Ketika tangan mereka menyentuh tepian atap kotak, kontras cahaya berpendar beda warna. Hitam dan Putih.

Perlahan kotak itu terbuka, dua cahaya dengan kontras berbeda menyeruak keluar dari celah kotak itu, tubuh keduanya terbalut cahaya Hitam dan Putih. Atap bangunan menjadi terhalang sinar mentari, kemudian kembali cerah setelah dua cahaya hilang bersama dengan kedua bocah itu.

***

|WELCOME|

Cahaya putih bersinar menampilkan seorang bocah laki-laki yang kebingungan. Edi kembali terkejut setelah sadar dia di tempat lain, lagi-lagi ia dipindahkan. Sepertinya orang yang membuat benda ini gemar melakukan perpindahan tempat. Saat ini, Edi berada di sebuah ruangan kosong dengan nuansa biru, terdapat pola garis-garis putih berbentuk pentagon dan hexagram di setiap sisinya.

"Dimana lagi ini?"

Edi berdecak pinggang, dia cukup kesal bahkan sampai mengumpat. Kenapa selalu saja menggunakan cahaya, bias cahayanya menyilaukan mata. Edi bisa menerima kebiasaan selalu berpindah tempat, tapi setidaknya beri tahu dahulu. Selain itu, sahabatnya Dwi juga dipisahkan darinya.

|'Silahkan kenakan U-Watch'|

Edi membuka kotak pelat logam persegi, terlihat menonjol di atasnya, pendar cahaya putih menyelimuti. Karena penasaran Edi mengambil pelat di dalamnya, ternyata benda U-Watch itu berbentuk jam tangan. Seluruh sisinya dilapisi logam platina berwarna silver dengan ukiran unik berwarna putih, ukiran nama bertuliskan Code 'HITS' ada di sana.

Edi begitu terkesima dengan desainnya, simpel tapi elegan. Saking tertariknya dia memakainya tanpa pikir panjang di lengan kiri.

|'Melakukan Scanning'|, cahaya biru segera menyinari Edi dari atas hingga bawah.

|'Data Shikai teridentifikasi.... Melakukan up-date data... Menampilkan data terbaru'|

...

| Status |

Nama : Surya Edi Saputra

Usia : 9 Tahun

Gelar : Shikai Hits

Atribut : Cahaya

{locked}

{locked}

{locked}

| Close |

...

Setelah beragam proses dilakukan dan suara aneh berhenti bergema, muncul sebuah layar hologram dari U-Watch yang dipakainya. Kini data dan status Edi sudah diperbarui.

Ada status yang ditambah di sana, dan lagi masih ada bar yang terkunci. Ketika Edi ingin mencoba menyentuhnya, menu itu bergeser sendiri menampilkan daftar lain. Rupanya ada menu lain yang tersembunyi, ditambah dia bisa menggulirnya sesuka hati.

{Apakah anda ingin membaca Panduan?}

{Ya/Tidak}

...

Anda adalah Shikai dari Hits, dengan unsur utama cahaya. Sumber utama energinya adalah Light Power, berusahalah untuk memperoleh Light Power sebanyak mungkin. Gunakan kemampuan Hits dengan sebaik-baiknya, dan berusahalah sebaik mungkin.

Prof

| Close |

...

Edi mencoba untuk membuka salah satu panelnya, sayangnya tidak sesuai ekspetasi. Penjelasan yang ditampilkan sangat minim, belum lagi masih ada panel yang kosong bahkan tidak bisa dibuka. Akhirnya Edi hanya bisa menggerutu.

Sebenarnya masih banyak yang ingin Edi ketahui, Seperti;Apa itu Light Power? Bagaimana untuk mendapatkannya? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Namun, apa boleh buat? Aksesnya masih sangat terbatas, memaksanya untuk berhenti sampai di sini.

Merasa tidak ada lagi yang dibutuhkan, lagi pula terbatasnya akses menjadi kendala saat ini. Tanpa pikir panjang Edi langsung memilih untuk keluar dengan menekan tombol Log out. Edi terpaksa keluar tanpa menemukan jawaban pasti, hanya tanda tangan 'Prof' yang melekat di kepalanya. Mungkin orang bernama Profesor itu bisa memberinya petunjuk?

{Apakah anda yakin ingin keluar?}

{Ya/Tidak}

***

Bulir-bulir cahaya segera menyelimuti tubuhnya, begitu cahaya itu hilang Edi sudah kembali ke tempat semula. Dwi sudah berdiri menunggunya dari tadi.

"Bagaimana. Apa yang kamu temukan Edi?" Tanya Dwi.

Edi hanya menghela nafas berat sebelum menggelengkan kepala, dia hanya melempar kotak kosong tempat U-Watch. Edi yakin Dwi pasti tidak menemukan apapun selain hal serupa, hanya berbeda Hits dan Blash.

Dwi menangkap kotak Edi, lalu menukar dengan kotaknya dan balas melempar, "Setidaknya tidak ada hal buruk yang terjadi bukan?" tanyanya lagi.

Edi menangkap kotak Dwi, lalu membuka tutupnya. Ada pendar hitam tipis seperti asap di dalamnya, "Kau benar, Dwi. Apa jadinya kalau tiba-tiba kita berubah jadi monster." jawabnya bercanda.

Dwi melakukan hal serupa, bedanya pendar cahaya putih yang ada di sana.

Keduanya terdiam seketika, apa jadinya jika code tertukar? Atau isinya adalah virus berbahaya. Rupanya candaan Edi membuat mereka berfikir, bisa jadi mereka menyebarkan virus atau malah lebih buruk --terjadi mutasi Genenetika.

Keduanya saling berpandangan, kemudian tertawa bersama. Untung saja isinya hanya sebuah jam tangan.

Dwi menopang dagu sambil menunjukkan wajah serius, "Mungkin saja." ujarnya tiba-tiba.

Edi memandang wajah temannya lekat seakan tidak ingin lepas, nampaknya Dwi menemukan teori lain.

Keduanya memang ditugaskan untuk mengendalikan Code, tapi bagaimana? Tidak ada cara pastinya, hanya perintah untuk mengumpulkan energi yang disebut Power. Baik Light Power atau Dark Power.

Dwi terpikirkan kemungkinan terburuknya, terlebih dia sebagai Shikai Blash. Code paling berbahaya yang harus diwaspadai menurut Profesor, "Bagaimana menurutmu, bila kita bisa mengumpulkan Power itu, namun akhirnya malah tidak dapat mengendalikan 'Code'?"

"Kita akan dikendalikan" ucap mereka berbarengan.

Edi meneguk ludahnya, dia tidak menduga temannya mampu berpikir sejauh itu. Memang benar bila 'Code' memiliki kesadaran masing-masing, hanya saja keduanya memerlukan energi yang disebut power. Karena itu mereka diperintahkan untuk mengumpulkan energi dan mengendalikannya.

Resikonya terlalu berat bagi keduanya, terlebih Dwi. Baginya dia bisa menerima efek bumerang, senjata makan tuan. Belum lagi, mental seorang bocah tidak sekuat orang dewasa. Sekuat apapun mereka bertahan, besar kemungkinan untuk di ambil alih. Bisa saja keduanya dipengaruhi hingga lepas kendali.

Seakan ingin menyerah, keduanya memasang wajah masam, kenyataan di depan mereka cukup pahit. Mau tidak mau diantara mereka harus ada yang bertahan, bagaimanapun juga.

Edi tiba-tiba teringat satu hal, hampir setiap panel selalu ada kata itu hingga dia bergumam mengucapkannya "Prof.". Meski lirih Dwi masih mendengarnya, walau tidak memberi jawaban pasti. Setidaknya kekhawatiran mereka berkurang.

Mungkin ada benarnya, orang yang disebut Profesor ini mengetahui semuanya? Tentang 'Code', Kemampuan mereka, Power yang dibutuhkan, dan bagaimana cara menghadapinya. Masalahnya, siapa itu Profesor dan di mana dia berada?

....

Denting Bel mulai berbunyi tanda waktu istirahat sudah berakhir menyadarkan keduanya.

"Apa yang akan kamu lakukan Edi?" tanya Dwi.

Edi tersenyum canggung, kemudian melangkah menuruni tangga.

Edi genggam erat kotak kosong di tangannya, dia menukar lagi kotak Dwi dengan kotak miliknya.

"Siapkan saja mentalmu Dwi." jawabnya singkat, lalu berlalu menuju tangga turun.

"Siapkan mental dan tekad,... Tekad untuk bertahan dan berjuang."

Dwi tertegun sejenak, hatinya merasa bimbang untuk memilih jalan yang dipilih nanti. Dia merasa senang mendengar ucapan sahabatnya, tapi dia juga merasa ragu mengingat dia mendapatkan code Blash. Code yang harus dilawan bukan diajak berunding, dialah pembawa kekacauan sebenarnya. Dwi hanya bisa berharap dan berusaha sekuat tenaga. Dia akan bertahan semampunya dan memberi sahabatnya itu waktu, sebelum semuanya terlambat.

"Semoga kamu berhasil Edi." gumamnya.

Meski lirih Edi masih bisa mendengarnya, "Ha?!" dia berhenti kemudian menoleh menatap sahabatnya. "Kamu ngomong sesuatu Dwi?"

Dwi melihat raut cemas di wajah Edi membuatnya tidak ingin menyakiti bocah itu. Dwi menarik bibirnya melengkung, tersenyum penuh arti "Tidak kok," kemudian berlari menyusul Edi.

"Ayo kita turun." ajaknya menggandeng tangan Edi.

Keduanya saling bergandengan menuruni tangga, mereka tersenyum bahagia seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setidaknya untuk saat ini, dua bocah lelaki dengan garis takdir masing-masing berjalan perlahan memasuki rimba. Dunia penuh aturan dan hukum, tidak ada yang dapat mengubahnya kecuali orang itu sendiri.

***