Pemuda tampan berjubah putih itu berjalan menuju bagian kiri aula istana dan langsung memilih tempat duduk. Lalu, ia memejamkan matanya dan mulai melakukan kultivasi. Ia menghindari percakapan apa pun. Tubuhnya memancarkan aura yang sangat dingin seperti sebuah bongkahan es berusia lebih dari sepuluh ribu tahun. Meskipun begitu, kebengisannya terasa jauh lebih lemah daripada aura membunuh pria berambut merah itu. Aura dingin pemuda ini sedikit lebih terjaga, namun ia berusaha keras untuk tetap menyendiri agar tidak ada seorang pun yang mendekatinya dalam radius seribu meter darinya.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com