webnovel

Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat

#WSA INDONESIA 2022 Rating 18+ “Arabella, aku tidak akan meminta untuk kedua kalinya, menikahlah denganku, lahirkan untukku satu anak. Meski ini hanya pernikahan kontrak, tetapi kau akan mendapatkan banyak keuntungan. Hanya dengan menikah denganku, kau bisa mendapatkannya!!” Gadis berwajah oval dengan iris mata amber yang besar, dengan model rambut panjang layer poni terbelah berwarna ash-gray, tersenyum acuh, “Bagaimana jika aku menolak?” Pria yang duduk di kursi eksekutif itu, bangkit dan berjalan mendekat pada Arabella. Jarinya yang panjang terangkat, menarik dagu Arabella, “Menolak adalah urusanmu, hanya saja, aku tidak yakin kau akan melakukan hal itu. Menjadi wanitaku, adalah impian setiap kaum wanita, sekalipun hanya menjalin ikatan diatas kertas!" ~~~~ Arabella Fawley adalah seorang anak yang lahir dari hasil buah cinta sekaligus sebuah kesalahan seorang wanita bernama Paula Fawley, yang atas nama kesucian cinta, telah memberikan dirinya kepada seorang pria tidak bertanggung jawab dan rupanya sudah beristri. Sehingga kehadiran Arabella tidak pernah dianggap oleh ayahnya. Suatu ketika, Ibunya mengalami kecelakaan hebat, membuat hampir seluruh organ vitalnya rusak. Arabella hanya memiliki ibu dalam hidupnya, sehingga rela melakukan apa pun untuk pengobatan ibunya. Bahkan, dia rela menurunkan ego dan memohon bantuan dari ayahnya untuk pertama kalinya. Bukannya mendapat bantuan, malah penghinaan yang begitu menusuk yang ia dapatkan, membuatnya menjadi sangat dendam dan berencana untuk membalas setiap kesakitan yang ia terima kala itu. Sesuatu ketika, seorang pria, Deon Evans Schallert, mendatanginya dan memintanya menjadi istri yang dapat memberikan seorang anak untuknya, karena atas tuntutan neneknya. Kesempatan ini diambil Arabella tanpa ragu-ragu. Perjalanannya sebagai Istri With Benefits, pun dimulai.~ ~~~~~~``~~~~~~ follow Ig author @nv.chrd

Nova_Chrisdora · สมัยใหม่
Not enough ratings
185 Chs

Cucuku memiliki kekasih

"Eh, Presdir, ponsel Anda bukan pada saya..." jawab Loye ragu-ragu, membawa Deon kembali ke kenyataan.

"Tidak padamu? Lantas pergi ke mana?" Itu adalah ponsel pribadi Deon, yang mengetahui nomor ponsel itu hanya rumah tua Schallert dan Loye saja. Itupun, dia sangat jarang sekali menggunakan ponsel. Segala keperluan tentang perusahaan, biasanya orang-orang hanya akan pergi pada Loye terlebih dulu. Jadi, jika satu harian dirinya tidak memegang ponsel, bukanlah hal yang baru.

"Sa-saya tidak tahu, Anda tidak ada memberikan ponsel itu pada saya," balas Loye, dan dia masih menambahkan di detik yang sama, "Bukankah itu ada di saku jas Anda? Selalunya di sana Anda letakkan."

Deon memicingkan mata, menatap Loye dengan garang. Lalu buru-buru masuk ke dalam. Tujuannya sangat sederhana, dia hanya ingin mencari alasan untuk menghabisi asistennya ini jika ponselnya memang tidak ada padanya. Sebabnya, dia sudah menahan banyak kekesalan pada asisten tidak taat ini!

Hanya karena itu dia sampai melupakan satu hal penting....

Ketika Deon masuk ke dalam, Lewi juga ikut masuk. Namun, kakinya berhenti di tepat di depan box kecil, berukuran 15cm persegi.

"Ini apa?" Lewi menunduk dan mengambilnya. Ketika diangkat, isi box itu malah berjatuhan. Matanya membulat. Deon juga yang mendengar suara itu, seketika mematung melihat isi di dalam box itu.

Awalnya Lewi sangat terkejut. Dia pun berekspresi sedikit tidak percaya, tetapi dengan cepat, ekspresinya sudah berganti dengan bahagia.

"Cucuku, kau menyimpan seorang wanita di dalam?" ketika mengatakan itu, kaki tuanya langsung berlari menuju kamar sebelum Deon sempat menghentikan dia dan ketika Lewi berhenti, itu sudah ada di dalam kamar. Matanya sudah berhasil menangkap sosok mungil yang sedang berada di dalam selimut.

Lewi melihat Deon, dan Deon hanya melihatnya dengan wajah pucat. Pertama kalinya dalam hidup, dia bersikap begitu kikuk di depan neneknya.

Ketika Lewi ingin berbicara, Deon sudah menutup mulut neneknya dengan lembut dan membawanya keluar.

"Nenek, jangan mengganggunya!" bisik Deon sambil terus menutup pelan mulut neneknya, dan baru dilepas setelah berada di luar dan pintu ditutup.

"Siapa gadis itu?" tanya Lewi dengan tidak senang. Dia masih menambahkan, "Pantas saja kau selalu menolak wanita yang kuberikan padamu, rupanya kau sudah memiliki kekasih dan menyembunyikannya? Lalu, apa-apaan semua yang ada di dalam box itu? Mengapa kau harus memakai pengaman ketika melakukannya? Tidakkah kau merasa sayang pada calon anak-anakmu yang terbuang ke tong sampah?"

Lewi sangat blak-blakan, Deon benar-benar dibuat malu olehnya.

Bahkan, sekarang Loye juga turut mempermalukannya, "Ugh... Presdir, apa yang baru saja diucapkan nenek?"

Habis sudah, Deon benar-benar seperti sedang ditelanjangi di depan umum. Tetapi, hanya sebentar saja, dia sudah kembali ke sifat aslinya setelah menekan rasa malu di hati.

Dia menatap Loye dengan garang, dan berkata dengan tegas, "Bukankah klien dari negara Abona juga ada di hotel ini. Kalau begitu, pergi dan lakukan hospitality yang baik padanya."

"Ugh.... Baru saja akan mendapatkan gosip besar, aku sudah diusir." Bibir Loye mengerucut tidak senang, Deon bahkan tidak peduli dan memelototinya dengan garang.

"Ugh... Baik, baik, Presdir." Dia tertawa penuh makna. Di langkah ketiga, Loye berbalik, Lewi pun kebetulan sedang melihatnya, mereka sama-sama memberi kode bahwa misi mereka berhasil. Loye mengacungkan jempol dan pergi.

Setelah Loye pergi, Lewi masih mendesak Deon dengan pertanyaan yang sama, "Apakah gadis di dalam adalah pacarmu? Sejak kapan kalian bersama? Oh, pantas saja kau mengabaikan pesanku yang memintamu makan malam dengan cucu dari temanku, rupanya karena kau ingin menghargai perasaan kekasihmu. Sikap seperti teman seharusnya sudah dimiliki oleh para pria."

Deon cemberut mendengar pertanyaan beruntun Lewi. Dikira sudah berhenti sampai di sana, nenek tua itu masih berkata, "Tadi, itu ... Aku melihat di seprai ada segumpal bercak darah. Di selimut itu juga, ada beberapa tetes, seharusnya ...."

Deon buru-buru menghentikan ucapan Lewi. Dia tahu apa yang akan diucapkan neneknya ini, "Nenek, mengapa kau memikirkan terlalu banyak hal? Sebaiknya sekarang Anda kembali ke rumah. Ini masih terlalu pagi untuk membuat onar di sini."

Reaksi Lewi sangat di luar dugaan, "Oh, apakah kau baru saja mengatakan kalau kedatanganku ini mengganggu ritual pagimu dengan kekasihmu?"

Ugh .... Ini agaknya seperti senjata makan tuan. Bukan ini yang Deon maksud.

"Oh, benar juga. Sudah ada yang sekali pasti akan ada dua kali dan seterusnya. Apalagi tampaknya semalam adalah malam pengantin kalian. Tapi kenapa kau malah menggunakan 'sarung' di kali pertama kalian? Tidakkah kau mengharapkan anakmu?"

Lewi terus menghujani Deon dengan berbagai pertanyaan yang memalukan.

Deon memelas, dia tidak tahu harus bagaimana menjawab neneknya ini, bibir tipisnya hanya berhasil mengatakan, "Nenek...." Suaranya terdengar sangat tidak berdaya.

"Cucuku, kapan kau akan mengenalkannya pada nenek?"

Deon sungguh tidak tahu harus menjawab apa. Neneknya tidak malu, tetapi dia sudah sangat malu.

"Bolehkah kau membangunkannya agar aku melihatnya?" ucap Lewi lagi.

"Tidak boleh!" Deon menolak dengan tegas, bahkan secara refleks tangannya terangkat ke udara untuk menghalangi Lewi.

Melihat reaksi Deon, bibir keriput Lewi mengerucut tidak senang, "Iyalah, iya, baik, aku tahu dia adalah wanita kesayanganmu dan sekarang dia sedang tidur, kau tidak ingin mengganggu tidurnya. Tadi saja, kau berkata untuk tidak mengganggunya dan menyeretku keluar. Ini adalah sikap posesif seorang pria terhadap wanita kesayangannya!"

Wanita kesayangan? Tentu saja bukan. Alasannya untuk tidak membangunkan gadis itu pun bukan karena tidak ingin mengganggu tidurnya, melainkan dia masih tidak ingin neneknya bertemu dengan gadis asing itu.

Siapa dia? Apa alasan dan tujuannya? Deon masih harus mencari tahu!

"Nenek, aku urus sopir untuk membawamu kembali ke rumah lama, okay?" Deon kesulitan menghadapi neneknya ini sekarang ini. Jadi, dia hanya bisa mengirimnya pulang.

"Apakah aku tidak boleh bertemu dengannya?" Ketika mengatakan itu, Lewi menjulurkan lehernya ingin mengintip sedikit ke dalam melalui celah pintu yang tidak dikunci dengan rapat.

Deon menutup pintu itu rapat-rapat dan berkata, "Tidak boleh!"

"Ugh.... Sangat pelit!" Lagi dan lagi, Lewi cemberut. "Kalau begitu, kapan kau akan membawanya untuk bertemu denganku?" tanya Lewi lagi.

Ugh .... Dia masih belum memikirkan hal ini.

Setelah berpikir beberapa saat, Deon akhirnya berkata, "Nenek, bukankah sekarang yang lebih penting adalah, aku memiliki kekasih? Kenapa harus terburu-buru?"

Lewi memasang wajah yang tidak berdaya, lalu perlahan berkata, "Kekasih? Lalu, dia benar-benar kekasihmu?"

Deon belum menjawab, dia sudah berkata lagi, "Hemp ... Alangkah senangnya jika orang-orang tahu bahwa cucuku yang ganteng ini sebenarnya memiliki kekasih. Dengan begitu, teman-temanku tidak akan mencibirku lagi dan mengatakan bahwa cucuku ini hanya hebat dalam bisnis saja, tetapi ... malah memiliki kelainan dalam...." Lewi enggan meneruskan ucapannya.