webnovel

Tragedi

Setelah melewati drama pagi hari yang cukup menguras tenaga, Kinan dan Kenzo berangkat ke kantor bersama-sama. Meski awalnya Kinan menolak untuk berangkat bersama. Namun, dengan beberapa rayuan dan sedikit mengungkit tentang kesepakatan. Akhirnya Kinan mau berangkat bersama Kenzo.

"Kak, kami berangkat dulu, ya." Ara hanya mengangguk tersenyum.

"Bayi dugong, belajar sana, jangan makan mulu," sambung Kinan membuat Yasmin mencebik. Selalu dia yang menjadi korban kejahilan para kakaknya, tetapi dia tak pernah marah. Sebab dia yakin itu adalah wujud kasih sayang sang kakak kepadanya.

Kenzo dan Kinan berangkat ke kantor. Sedangkan Yasmin, dia tengah mengecek tugas yang tertinggal.

Ara, dia pergi ke Supermarket seorang diri. Padahal, Yasmin sudah menawarkan diri untuk menemani sang kakak. Namun, Ara menolak, dia tak mau mengganggu waktu adiknya belajar.

Kini Ara sudah berada di supermarket dia membeli bahan makanan dan cemilan tidak lupa dia membeli susu pisang untuk Kinan. Seusai membayar Ara pun bergegas untuk pulang.

Namun, saat dia keluar Ara tak sengaja melihat seorang balita berjalan ke arah jalan raya. Sedangkan dari arah kanan ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang.

Ara meninggalkan belanjaannya lalu dia berlari ke arah balita itu, dia berhasil menyelamatkan balita itu tapi sayangnya dirinya yang tertabrak. Pemilik mobil itu pun berhenti karena melihat ada gadis yang sudah dia tabrak.

Pemilik mobil itu adalah Keenan, dengan cepat Keenan pun turun dan melihat kondisi wanita yang dia tabrak.

"Tuan, anda harus tanggung jawab kepada gadis ini," ucap Warga 1.

"Pasti, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya kepada gadis ini," ucap Keenan.

Ara sudah tidak sadarkan diri karena kepalanya terbentur, Keenan pun tidak sengaja menarik cadar Ara. Ia pun terbelalak ketika tahu siapa yang sudah dia tabrak.

"Kucing kecilku," gumam Keenan.

Tanpa menunggu lagi Keenan pun membawa Ara masuk ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah sakit.

"Maafkan aku, kucing kecil. Sial! Harusnya aku berhati-hati," pekik Keenan yang menyesal karena tidak langsung membawa Ara ke rumah sakit tadi.

"Bertahanlah, sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit," lanjut Keenan.

Tak butuh waktu lama Keenan pun sampai di rumah sakit, dia menggendong Ara dan meminta dokter untuk segera memeriksa Ara.

"Dokter! Suster! Cepatlah!" teriak Keenan seperti orang kesetanan. Dia tak ingin terjadi sesuatu dengan Ara.

"Lakukan yang terbaik! Jika terjadi sesuatu dengannya, aku tidak segan-segan menutup rumah sakit ini!" tegas Keenan membuat dokter yang menanganinya gemetar.

Mereka tahu sedang berhadapan dengan seorang Keenan Athaya Anderson.

Sedangkan disisi lain Kinan merasa gelisah, bahkan dia tidak fokus kerja pikirannya tertuju pada kakak dan adiknya.

"Honey, kamu kenapa hem?" tanya Kenzo.

"Entahlah, perasaan aku jadi tidak enak begini," jawab Kinan.

"Ini minumlah, kalau kamu males kerja mending kita nikah langsung aja, honey," ucap Kenzo spontan.

Kinan pun menatap tajam ke arah Kenzo membuat Kenzo terkekeh.

"Jangan menatapku seperti itu honey, aku tahu kalau aku ini sangat tampan," ucap Kenzo yang semakin menggoda Kinan.

"Iya tampan, tapi kelakuanmu seperti setan," celetuk Kinan.

"Honey, kau melukai hatiku," ucap Kenzo drama.

"Kagak usah drama, lebih baik kamu kembali bekerja sebelum aku menendang pantatmu," ucap Kinan.

"Hehe,, iya-iya honey," ucap Kenzo kemudian tertawa melihat calon istrinya yang begitu galak.

Sedangkan Yasmin yang sedang santai ketika rehat belajar, ia dikagetkan dengan bunyi ponselnya.

Rrttttt rrttttt

"Halo, Assalamualaikum. Kak Ara di mana? Kok lama banget?"

"Iya, halo Mbak. Maaf ini ponsel perempuan yang tadi kecelakaan tertinggal di depan supermarket, belanjaan juga."

Bak petir menyambar di siang bolong, Yasmin sangat terkejut. "Kak Ara," lirih Yasmin yang tiba-tiba air matanya luruh begitu saja. Lututnya lemas, bahkan ponselnya terjatuh.

Tanpa basa-basi, Yasmin langsung menyambar hoodie miliknya. Dia keluar dengan sangat terburu-buru hingga tak memperdulikan apapun sambil tangannya sibuk mencari nomor Kinan.

"Kak Kinan, angkat dong Kak," lirih Yasmin di tengah kepanikan. Dia menangis, takut Ara kenapa-kenapa.

Sudah beberapa kali Yasmin mencoba menghubungi Kinan. Namun, masih tak ada jawaban dari Kinan yang tengah sibuk rapat.

"Kak Kinan ke mana? Please, angkat, Kak," lirih Yasmin dengan derai air mata.

Kinan yang selesai rapat pun langsung melanjutkan pekerjaan. Namun, rasa mengganjal yang terus mengganggu membuatnya tak fokus dan memilih untuk menghubungi Ara.

"Eh, tumben bayi dugong spam call," batin Kinan.

Kinan pun langsung menelpon balik Yasmin.

"Bayi dugong, kamu ngapain spam call Kakak. Kamu mau malak Kakak kan pasti? Udah ngaku a-. Dek, kamu kenapa?" tanya Kinan setelah mendengar isakan Yasmin.

"Kak Ara, Kak. Kak Ara," jawab Yasmin dengan terus menangis. Kinan sudah tidak bisa berpikir jernih. Rasa khawatir terus bersarang dalam hatinya.

"Kamu di mana! Kakak kesana sekarang," sahut Kinan panik.

"Rumah sakit."

Kinan pun langsung berlari keluar tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Sedangkan Kenzo yang sedari tadi mengawasi gerak-gerik Kinan langsung mengejar Kinan.

"Honey, tunggu. Hei!" panggil Kenzo.

"Apa sih, Ken. Bukan waktunya bercanda." Kinan berusaha menahan isakan, tetapi sayangnya tak bisa.

"Iya, aku tahu. Tapi ada apa?" tanya Kenzo yang menghadang Kinan.

"Kak Ara, Kak Ara, Ken." Kinan berbicara dengan isakan yang membuat hati Kenzo sakit.

Tanpa basa-basi Kenzo menarik tangan Kinan menuju mobil. Kinan menceritakan apa yang terjadi terhadap kakaknya. Sontak saja Kenzo terkejut, pantas saja Kinan sangat panik.

Sepanjang perjalanan Kinan tidak berhenti menangis, membuat Kenzo tidak tega melihat kekasih pujaannya menangis hatinya seperti teriris. Sesampainya di rumah sakit Kinan dan Kenzo langsung turun dan menuju ke ruang UGD.

Kinan melihat adiknya yang sedang menangis di depan ruangan UGD. Ia pun langsung menghampiri Yasmin.

"Dek!" panggil Kinan.

"Kak Kinan," ucap Yasmin langsung memeluk sangat kakak.

"Kenapa bisa terjadi, memangnya Kak Ara habis dari mana?" tanya Kinan.

"Maaf ini semua salah saya, tadi saya kurang berhati-hati dalam menyetir mobil," sela Keenan.

"Jadi anda yang membuat Kakak ipar saya seperti ini," sahur Kenzo dengan menatap tajam ke arah Keenan.

Plakkk. Kinan menampar Keenan.

"Apa! Maaf? Apa dengan maafmu itu bisa mengembalikan kakakku?" ucap Kinan meremehkan.

"Kak Kinan!" jerit Yasmin.

Kinan dan Keenan menoleh bersamaan merasa terpanggil.

"Yasmin juga salah. Yasmin biarin Kak Ara pergi sendirian," ucap Yasmin sambil menangis.

"Heh bayi dugong! Kamu diem aja. Bukan kamu yang nabrak Kak Ara," balas Kinan sambil melotot.

"Nggak! Itu juga salah Yasmin!"

"Yasmin nggak mau kehilangan Kak Ara, Kak," sambung Yasmin sambil menghambur ke dalam dekapan Kinan.

"Kamu pikir Kakak mau! Kakak juga nggak mau Dek," balas Kinan yang juga ikut menangis.

Keenan menatap keduanya dengan penuh kebingungan. Sedangkan Kenzo yang melihat Kinan menangis ikut iba atas kecelakaan yang menimpa kakak iparnya.

Ditengah Kinan dan Yasmin yang masih sibuk menangis, Keenan berdehem. Keenan ingin mendiskusikan tentang kompensasi yang ingin dia berikan pada Ara.

"Permi-."

"Hei bro, kau diskusikan saja denganku," sahut Kenzo memotong ucapan Keenan.

"Memang kamu siapanya," tanya Keenan malas.

Kenzo yang sedikit kesal pun menyeret Keenan tanpa persetujuan. Baru hendak menjauh dari ruangan itu, tiba-tiba seorang dokter yang disusul beberapa perawat keluar.

"Diantara kalian berempat, siapa yang bukan keluarganya?" tanya dokter.

"Saya Dok," jawab Yasmin spontan.

Kinan yang mendengar pertanyaan sang dokter dengan jelas langsung menoyor kepala Yasmin.

"Hei, Dokter tanya yang bukan keluarganya! Karena kamu menjawab dirimu, besok Kakak coret nama kamu dari kartu keluarga," ucap Kinan kesal.

Kelemotan Yasmin memang sudah mendarah daging, bahkan hingga diragukan sebagai keturunan keluarga Pratama oleh Kinan dan Ara.

"Bagaimana kondisi Kakak saya Dok?" tanya Kinan.

Dokter pun terdiam sesaat, memikirkan kalimat yang tepat.

"Kami sudah berusaha sebaik yang kami bisa. Untuk lebih jelasnya, kalian bisa melihat kondisi pasien secara langsung," jawab sang dokter.

Kinan dan Yasmin lemas terduduk di lantai dingin rumah sakit. Sedangkan dokter berlalu pergi tak peduli.