webnovel

Bulan Madu

Cring.

Ponsel pria itu berbunyi sekaligus bergetar sebagai tanda kalau ada pesan yang baru masuk.

'Bram, kau tahu siapa yang kulihat baru-baru ini? Istrimu, Saras. Dia baru sampai di Bali. Datanglah ke restoran Ku De Ta sekarang!' Membaca pesan dari Arga, pria yang baru saja selesai mandi setelah ia lari pagi di pinggir pantai itu hanya tersenyum samar.

Bram meletakkan ponselnya dan segera berganti pakaian. Ia mengenakan polo shirt berwarna biru muda dipadankan dengan celana jeans hitam. Membuat penampilannya santai dan semakin menunjukkan tubuhnya yang tinggi dan kekar.

Ia lalu bejalan keluar ke arah sebuah kamar yang hanya berjarak dua kamar darinya.

Tok, tok.

Tak lama seorang wanita muda membuka pintu kamar seraya mengerlingkan matanya, "Morning, Beb. Ayo masuk!" Sapa si wanita sembari melebarkan pintu kamarnya mempersilahkan Bram untuk masuk.

"Tak perlu! Aku beri waktu 10 menit untukmu mengemas semua barang-barangmu!" ucap Bram dengan dingin sambil memperhatikan wanita di hadapannya dengan sinis.

"Tapi, kita belum satu minggu di sini. Apa kamu ada urusan mendadak di Jakarta?" tanya si wanita tak percaya.

"Istriku datang ke Bali. Jadi mau tak mau kau harus pergi dari sini," tegas Bram sambil terus berdiri di depan pintu.

"Itu bukan urusanku. Aku masih suka berada di sini denganmu. Jadi kamu tidak bisa memaksaku untuk pulang," wanita itu menolak sambil berkacak pinggang seraya menantang si pria.

"Jadi kau menantangku? Oke. Tapi camkan perkataanku ini, jika kau masih disini saat aku dan istriku datang, maka aku tak segan-segan untuk menceraikanmu!" ucap Bram santai dengan suara bassnya yang khas sambil bersedekap dengan kedua tangannya.

Mendengar ucapan Bram, wajah si wanita langsung memucat seraya membelalakkan mata. Ia pun dengan geram mengepalkan kedua tangannya dan berkata, "Tak bisakah kamu lebih memperdulikan aku? Sekarang statusku juga sudah menjadi istrimu, Bram!"

Bram tertawa ringan dan mendecih tampak mengejeknya. Ia pun berkata, "Ingatlah dengan janjimu padaku dan jangan coba-coba melewati batas!" Pria itu lalu berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan si wanita.

Melihat Bram yang berlalu begitu saja dari hadapannya membuat wanita itu sangat kesal dan membanting pintu kamarnya.

'Oke, kali ini aku akan mengalah. Tapi aku akan segera bertindak agar Saras mengetahui hubungan kita. Tapi bagaimana caranya agar Bram tidak tahu kalau aku yang memberitahu Saras? Aku harus mencari cara yang tepat!' Gumam si wanita yang tak lain adalah istri simpanannya Bram.

***

"Saras!"

"Bram!"

Di restoran yang cukup ramai tersebut kedua pasang mata suami istri itu saling terpaut. Di sisi lain wanita yang bernama Reva tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka bertiga yang sedari tadi sedang berbincang dan menunggu pesanan.

"Welcome to Bali!" ucap wanita berwajah blesteran itu ketika muncul dari belakang punggung Bram sambil merentangkan kedua tangannya.

"Reva!" Nanda yang sudah pernah bertemu dengan Reva saat hari pertamanya datang ke Bali langsung berdiri untuk menyambut wanita tersebut. Kedua wanita itu saling berpelukan dengan akrab.

Karena merasa canggung dengan situasi tersebut, Bram segera melangkahkan kakinya ke arah Saras dan menarik kursi yang ada disampingnya. Saras masih merasa bingung dengan keadaan itu, berbagai pertanyaan masih berkeliaran di kepalanya, namun ia sulit untuk mengungkapakannya.

Mata Saras masih terus tertuju pada suaminya. Jelas sekali raut keheranan terpancar dari wajahnya.

"Kak Saras, ini Reva. Meskipun wajahnya kebarat-baratan tapi dia asli orang Bali, loh." Nanda menarik lengan Saras untuk ikut berdiri dan menyambut kedatangan Reva.

"Hai, Reva." Saras pun menjabat tangan wanita yang mengenakan tank top berwarna putih itu. Reva tampak sangat eksotis dengan kulitnya yang coklat karena terbakar matahari. Sangat berbanding terbalik dengan kulit Saras yang kuning langsat.

"Hai, Saras. Nice to meet you. Sorry ya, kalian sudah nunggu lama. Tadi masih ada urusan sedikit di sanggar," ucap Reva yang tersenyum seraya mamerkan giginya yang putih dan rapi.

"No, problem. Ayo duduk!" Saras menarik sebuah kursi di ujung meja untuk Reva.

"Thanks," ucap Reva sambil terus menyunggingkan senyumannya yang cerah.

Saat Reva sudah sempurna dalam posisi duduknya, Nanda bertanya dengan tak sabar, "Rev, kamu sendirian? Katanya mau mengajak pacar?" gadis itu bertanya sambil menggoda wanita yang sejak tadi menggenggam ponselnya.

"Aku datang bersama pacarku, tapi dia masih ada urusan lain. Jadi setelah mengantarku dia langsung pergi lagi," ucap Reva sambil sudut matanya memperhatikan ke arah Bram dan Arga yang saat ini sudah asik ngobrol berdua.

Melihat Reva yang sedang memperhatikan kedua pria tersebut, Saras pun angkat suara, "Reva, apakah kamu mengenal Bram?" tanya Saras sambil menyentuh pundak bidang suaminya itu.

Mendengar pertanyaan itu, Reva menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak. Apakah dia suamimu?"

Bram yang mendengarnya langsung mengangkat tangan kanannya untuk berjabat dengan Reva, "Kenalkan, saya Bram. Suaminya Saras,"

Setelah Reva membalas jabatan tangan Reva, Arga yang memperhatikan mereka pun ikut buka suara, "Aku Arga, calon suaminya Nanda," dengan seketika Nanda menyikut dada Arga dengan matanya yang melotot. Arga pun tertawa ringan saat melihat Nanda yang tampak kesal dengan sikapnya.

"Hai Arga," Reva pun menjabat tangan pria itu.

"Bukankah tadi kalian tadi datang bersama?" Saras langsung mengungkapkan pertanyaan yang sejak tadi ia tahan. Matanya tertuju pada Reva kemudian beralih pada suaminya.

"Mungkin itu hanya kebetulan saja. Saat baru datang tadi aku bertanya meja yang dipesan oleh Nanda di counter resepsionis, tapi karena semua pelayan sedang sibuk, jadi mereka hanya menunjukkan letak mejanya padaku," Reva menjawab sambil sibuk membolak-balikkan buku menu.

"Oya, Rev. Kami sudah memesan makanan. Kamu bisa memesannya sekarang. Dan juga Mas Bram, silahkan pesan makanannya," Nanda lalu melirik ke arah Bram yang saat ini sedang memperhatikan sang istri yang duduk di sampingnya.

"Aku akan memesan yang dipesan oleh istriku," ucap Bram sembari menggenggam telapak tangan istrinya.

Setelah memilih menu, Reva lalu memanggil seorang pelayan untuk memesan makan siangnya, "Aku pesan satu porsi mushroom and tofu fried gyoza dan tomato juice. Lalu…" wanita itu pun menoleh ke arah Bram dan Saras.

"Satu porsi grilled prawn dan sebotol air mineral," ucap Saras dengan singkat.

Tak berapa lama pelayan yang menerima pesanan itu pergi, kemuadian datang lagi pelayan lainnya untuk menghidangkan makanan yang telah dipesan oleh Saras, Nanda dan juga Arga.

"Terima kasih," mereka serentak berucap dengan pelan pada sang pelayan.

Melihat makanan yang dipesan oleh sang istri telah dihidangkan di meja, Bram lalu berkata untuk menggodanya, "Cayang, boleh aku cicip makanannya?"

"Silahkan," ucap Saras sambil menyodoorkan garpu.

Pria itu tak serta merta mengambil garpu dari tangan Saras, ia malah membuka mulutnya seraya berkata, "Aaa…"

Reva yang melihat tingkah laku Bram langsung tertawa sambil berkata, "Apakah kalian pasangan pengantin baru? Kalian berdua terlihat sangat mesra."

Mendengarnya, wajah Saras langsung memerah karena tersipu malu, ia pun menggelengkan kepala dan berkata, "Kami sudah enam tahun menikah."

Melihat wajah istrinya yang tersipu malu semakin membuat Bram ingin menggodanya, lalu pria itu berkata dengan santai, "Tapi ini adalah bulan madu pertama untuk kami," kedua sudut bibir Bram menyeringai puas saat melihat wajah Saras yang semakin merona.

Mendengar ucapan Bram, tiga pasang mata yang sedang duduk bersama dengannya langsung tertuju ke arah pasangan suami istri itu.

"Bulan madu pertama? Bagaimana bisa?" Nanda langsung meresponnya dengan rasa penasaran.