Setelah melakukan sarapan pagi, Lia dan Qei pun bergegas pergi dari apartment menuju ke kantor polisi dimana Deon ditahan. Lia benar-benar ingin segera membebaskan kakaknya yang tak bersalah.
"Apakah ke kantor polisi dari sini jauh?" tanya Lia tak sabar.
"Tidak, kok. Setelah persimpangan itu, tak lama lagi kita sampai," jelas Qei.
Lia pun mengangguk. Ia pun memilih melihat jalanan kota yang ramai seperti biasanya. Lia kini lebih suka keramaian dibanding kesunyian. Sunyi membuat pikirannya kembali ke saat-saat dimana dirinya melihat semuanya, disaat dirinya disekap dan disiksa tanpa ampun.
"Sudah sampai!" seru Qei seraya mencopot seatbeltnya.
Lia pun sama halnya, namun Qei kembali menginterupsi agar Lia tidak keluar dan berjalan sendiri. Lukanya masih belum pulih betul.
"Tunggu disini, aku akan keluar dan menggendongmu," ucap Qei.
Lia pun menurut. Lia juga belum bisa berjalan dengan baik, toh kakinya sangat sakit sekali. Bahkan duduk saja terasa linu.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com