webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · แอคชั่น
Not enough ratings
76 Chs

Part 8

Pain changes people, it makes them trust less, overthink more and shut people out. Every struggle in your life has shaped you into the person you are today. Pain makes you stronger. Tears makes you breaver. Heartbreak makes you wiser. Be thankful for the hardtimes, they can only make you stronger. It's okay if you fall down and lose your spark. Just make sure that when you get back up, you rise as the whole damn fire. ~ John

Sepanjang malam pria dengan rambut pirang, mata biru dan anting di sebelah kiri telinganya tidak bisa tidur memikirkan adiknya tersebut. Dia setengah senang karena telah bertemu dengan adiknya lagi dan setengah sedih. Ia takut karena adiknya masuk dalam organisasi berbahaya itu. Disisi lain dia juga merasa bersalah karena perilaku kasarnya. Dia tidak bisa berhenti memikirkan semua itu sehingga semalaman dia terus terjaga.

"Hei ada apa Charlie?" Tanya Victoria pacar Charlie

Charlie dan Victoria sudah saling mengenal sejak 14 sampai mereka berumur 17 tahun. Lalu Charlie menghilang dan muncul lagi. Ia bertemu dengan Victoria di bar, disitulah hubungan mereka dimulai. Tapi Charlie tidak pernah bilang soal pekerjaannya yang sesungguhnya. Charlie hanya bilang harus bekerja dengan bosnya untuk mengumpulkan data data orang orang meski Ia punya perusahaan sendiri. Victoria adalah anak dari Victor Grayne, seorang kepala CEO. Victoria adalah gadis yang baik, rendah hati dan ramah pada semua orang, dia adalah seseorang yang sangat baik pada Charlie. Dia selalu membantu Charlie saat dia kesulitan, dan dia tidak pernah memaksa Charlie dalam hal apapun karena dia mengerti Charlie. Victoria tidak tau apa apa soal pekerjaan Charlie yang sebenarnya.

"Hhh... tidak ada."

"Aku tau jika kau berbohong."

"Maaf, tapi aku benar benar tidak bisa memberi taumu soal ini, andai saja aku bisa, ini soal adikku."

"Ada apa dengan Draco?"

"Maaf, aku tidak bisa memberi taumu dan sekarang aku harus pergi ke mansion bosku."

Victoria langsung mengerti.

"Okay... Be Carefull." Sambil mencium pipi Charlie

"I will..."

Sementara itu Draco baru membuka matanya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 10

"Fuck!"

"Tamatlah aku!"

Segeralah Draco beranjak dari kasurnya, mengambil pakaian lalu berlari menuju kamar mandi. Setelah itu dia cepat cepat turun ke bawah sambil menaiki pegangan tangganya dan beruntunglah Ia karena semua anggota sudah ada di meja makan baru saja ingin memulai makanannya kecuali Charlie yang tidak ada disana.

"Kau hampir terlambat."

"Maaf aku tidak membawa handphoneku untuk menyalakan alarmnya aku belum membereskan semua barang barangku disana."

"Silahkan duduk, Drac." Ucap Tom

"Itu tidak perlu nak, kau akan punya barang barang yang baru." Ucap John

"Tapi aku harus segera kesana secepatnya sebelum mereka menemukan sisa kokain dan senjata yang ada disana."

Apa mereka tau ya kalau aku menghilang? Apa mereka tau jika ada senjata dan kokain dikamarku? Argh sial! Semoga mereka tidak menggeledah kamarku. Ucap Draco dalam hati.

"Baiklah acara latihan kita akan aku tunda menjadi besok, setelah makan kita harus segera kesana untuk mengambil barang barangmu."

"Dimana Charlie?" Tanya James

"Entahlah, aku rasa dia berada di perusahaanmu untuk mengerjakan sesuatu, tapi aku rasa dia memang tidak sengaja datang." Ucap Luke

"Ah... aku mengerti, telepon Charlie setelah kita selesai makan pagi ini dan suruh dia antar Draco ke rumahnya untuk mengambil barang barangnya."

Deg!

Seketika itu juga Draco lagi-lagi teringat dengan kejadian kemarin

"Oke, tidak masalah." Kata Luke

"Sekalian agar dia dan Charlie mungkin bisa berbaikan."

"Lebih baik kita makan makanannya sebelum dingin."

"Ya, ide bagus."

Setelah semua selesai makan Luke pun menelepon Charlie.

"Kata James kau disuruh untuk mengantar Draco ke rumahnya."

"Apa?!"

"Yah, untuk mengambil senjata dan juga kokainnya."

"Yang benar saja dia menyimpan kokain dan senjatanya di rumah?!"

"Hei! Jangan tanya aku! Tanyakan saja pada orangnya sendiri."

"Hhh...baiklah. Apakah harus sekarang?"

"Tahun depan juga boleh, tetapi aku rasa kepalamu sudah dipenggal oleh James."

"Hhh... baiklah baiklah aku hanya bercanda."

Tut...

Setelah telponnya dimatikan, Luke langsung ke kamar Draco dan berkata "Hei! sebentar lagi Charlie akan menjemputmu! Bersiap siaplah adik kecil!"

Draco yang tengah melamun langsung terkaget dari teriakan Luke dari luar pintu.

"Baiklah."

Setelah bersiap siap Draco pun turun ke bawah dan langsung disambut oleh Vincent.

"Hei nak, terimalah sovenir kecilku ini". Sambil menyerahkan Glock 20

"Terimakasih apakah ini tidak terlalu berlebihan?"

"Anggap saja ini adalah hadiah penyambut adik kecil kami di rumah ini." Kata Vincent sambil mengacak acak rambut Draco

Adik kecil? Draco menjadi bingung

"Terimakasih."

Tidak lama kemudian mobil Veneno Roadster Charlie sudah ada di depan.

"Pergilah Draco, oh dan ingat kau bebas melakukan apa saja seperti jalan jalan dengan Charlie kata James. Tenanglah aku sudah beri tau Charlie kau bebas."

"Oke."

Kemudian masuklah Draco kedalam mobil Charlie. Sedangkan anggota lain pergi melakukan tugasnya.

"Mobil Ferarri SF90 Stradalemu meledak kemarin." Kata Charlie

"Apa?!"

"Yah itu benar, terlalu banyak tertembak, minyaknya bocor lalu tertabrak mobil hitam lain lalu meledak. Untunglah kau sudah keluar

Kau benar benar tidak sadar ya?"

"Oh ternyata suara ledakan itu, aku rasa aku melupakan mobilku karena aku tidak terlalu memperhatikan sekitar, yang kufokuskan adalah bagaimana caranya lolos dari orang orang berjas itu."

"Ngomong-ngomong aku minta maaf soal kemarin."

"Ah tidak apa apa, aku juga minta maaf karena sudah membentakmu kemarin, aku seharusnya tau bahwa ini pasti sangat berat untukmu." Kata Charlie sambil tersenyum.

"Ternyata kau masih saja pemaaf kepadaku seperti dulu."

"Itu hanya untukmu dan orang orang yang dekat denganku saja sisanya... Kecuali untuk menahan emosi aku sudah paling tidak tahan jika aku marah bahkan aku hampir membunuh bibi karena kemarahanku."

"OMFG! Bagaimana keadaannya apakah dia mati?"

"Aku melempar pisau ke kepalanya tapi meleset."

"Sebaiknya kau hati hati pada keluarga mereka. Ingat kita akan pergi untuk selama lamanya untuk meninggalkan mansion berengsek itu."

"Hahaha baiklah."

"Sebelum itu kita mampir ke restoran Italia dulu, aku belum makan sejak tadi pagi."

"Holly shit! Apa saja yang kau lakukan di pagi hari tadi Charlie?"

"Bekerja."

Tidak lama kemudian tibalah mereka di restoran Italia.

"Kau mau pesan apa? Aku yang bayar."

"Aku pesan apa yang kau pesan."

"Baiklah aku akan memesan 1 pizza besar dan 2 porsi spaggeti, seperti makanan favorit kita dulu".

"Kau masih mengingatnya?"

"Tentu saja aku ingat bagaimana aku bisa lupa tentang memori kita saat masih kecil?" Ucap Charlie sambil memesan makanan.

Draco tersenyum

"Kau masih ingat kan makanan lain kesukaan kita seperti Burger keju, Steak, Seafood, Kentang, dll."

"Yah tentu saja mana mungkin aku lupa Charlie."

Charlie tertawa kecil.

"Aku tidak akan pernah lupa tentang memoriku dengan adikku tersayang."

"Makanannya sudah datang, cepatlah selesaikan makanannya lalu kita akan pergi ke mansion sial itu."

"Tidak usah buru buru, kita akan ke sesuatu tempat dulu sebelum ke mansion itu."

"Apakah ini misi pertamaku?"

"Pfffttt bhahahahahaha."

"Charlie itu tidak lucu."

"Ya Tuhan, tentu saja bukan. Lihat saja nanti." Charlie langsung memakan makanannya.

Memang dia mau mengajakku kemana? Ah sudahlah apa kata nanti. Aku sudah lapar.

Draco pun langsung memakan makanannya.

Ketika selesai makan, Draco bertanya

"Charlie, jika kau diberi pilihan untuk hidup normal atau menjadi kau yang sekarang apa yang akan kau pilih?"

"Entahlah aku tidak tau, yah mungkin tergantung, jika hidupku normal seperti punya keluarga yang perhatian dan baik padaku dan juga adikku aku akan pilih itu. Tapi jika keluargaku seperti sekarang ini maka aku akan pilih menjadi diriku yang sekarang. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga tidak tau mungkin 50/50, Disisi lain aku ingin punya kehidupan extreme dan sangat berbahaya seperti melakukan aksi, berkelahi dan disisi lain aku ingin punya kehidupan lain seperti anak anak normal yang lain tidak pernah berurusan dengan yang berbahaya, kau tau maksudku kan seperti hidup tenang dan tidak ada yang menyerangmu secara tiba tiba".

Charlie mengangguk mengerti.

"Sebaiknya kita segera pergi ke tempat itu."

"Oke."

Charlie pun segera mengantar Draco ke tempat yang dibicarakannya tadi.

"Pasanglah ikat kepala ini ke matamu kita hampir sampai, dan ingat jangan melepasnya sampai kubilang kau boleh melepasnya."

"Kenapa?"

"Sudahlah lakukan saja."

"Baiklah."

Draco pun langsung memasang penutup matanya. Tidak lama kemudian tempat yang ia tuju telah sampai. Setelah memarkirkan mobilnya.

"Tunggu sebentar aku akan membukakan pintunya untukmu."

Charlie lalu membukakan pintu mobilnya, lalu menuntun Draco.

"Kau bisa membuka penutup matamu sekarang."

Setelah membuka matanya ternyata didepannya sudah tersedia sebuah Ferrari Veneno Hitam beserta satu anak buah Charlie.

"Kejutan! Adik kecil."

Draco pun tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Apa kau bercanda?" Kata Draco

"Kau bisa melihat lihat mobil ini sepenuhnya milikmu."

"Kau menyukainya?" Tanya Charlie

"Aku tidak menyukainya tapi aku mencintainya. Terima kasih Charlie." Sambil memeluk kakaknya itu.

"Hahaha... sama sama, warna kesukaanmu hitam kan? Aku masih mengingat itu juga."

"Apa ini tidak terlalu berlebihan?"

"Hhh.. jangan pedulikan itu lagipula ini juga hadiah atas ulang tahunmu yang sudah kulewatkan, ditambah lagi mobilmu meledak dan juga ini hadiah atas disambutnya kau menjadi salah satu dari kami."

"Terima kasih."

"Do you want to take a ride?" Seringai Charlie

Draco tersenyum lebar.

"Bawa mobil ini ke mansionku. Aku akan bersama dengan Draco." Ucap Charlie kepada tangan kanannya itu.

"Hati hati saat mengemudikannya, Jangan sampai menggoresnya."

"Hahaha oke."

Langsunglah Draco naik ke mobil barunya, beserta Charlie disampingnya. Draco pun menaikinya layaknya seorang pembalap. Yah sebenarnya Draco sering mengikuti balapan liar dulu tetapi lama kelamaan dia malas karena setiap kali dia menang dan mendapatkan uang yang banyak dia pasti harus melawan orang orang yang menginginkan uangnya karena itu dia malas mengikuti balapan liar lagi.

Semakin lama Draco melaju begitu cepat. Charlie dan Draco pun tertawa bahagia menikmati perjalanannya. Setelah puas berkendara, Draco pun segera ke mansion keluarganya tersebut.