webnovel

The Pureblood Mafia

Lucious Draco Kingstone adalah anak berumur 14 tahun lahir di London dan tinggal di New York dari kecil dia selalu merasa bahwa dia tidak diinginkan oleh keluarganya. Dia memiliki segalanya tapi dia tidak memiliki apa yang dia inginkan dan butuhkan yaitu kasih sayang dari sebuah keluarga. Dia hanya berharap bahwa suatu hari dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Dulu Draco adalah anak yang baik dan penolong dia juga ramah kepada siapa pun. Namun sikapnya berubah lama kelamaan karena sikap keluarganya yang selalu memperlakukannya dengan kasar. Semakin lama dia semakin terjun ke dunia gelap itu disanalah dia mendapatkan banyak teman gelap, disaat itulah dia mulai merasa punya orang orang yang cocok dengannya dan mulai menjadi anggota mafia yang paling ditakuti. Disana ia bertemu teman teman baru mafianya. Hidupnya sangat bahagia disana meskipun Ia tak menunjukkan kalau dia bahagia. Semua berjalan dengan lancar pada awalnya tapi lama kelamaan semua menjadi berubah. Semenjak dia menjadi mafia hidupnya berubah. Misteri misteri pun bermunculan. Termasuk misteri dibalik keluarga Kingstone dan jati dirinya sebenarnya. Bahkan misteri tentang masa lalunya yang ia tak ingat. Kemudian setelah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya di masa lalu. Takdir dari masa lalunya kembali memilihnya untuk menjadi pejuang di dunia yang berbeda. Apakah Ia akan tetap menjadi mafia atau mengubah jalannya? Start from 27 May 2019 in wattpad

CillianVillain · แอคชั่น
Not enough ratings
76 Chs

Part 41

Monsters aren't under your bed

There are inside your head. ~ Draco

Charlie sedang duduk di sofanya dan memejamkan matanya. Dari wajahnya dia sedang frustasi.

"Bung,daripada kau memandang Charlie yang sedang berpikir keras lebih baik kau ikut denganku. Percayalah kau tak akan rugi jika ikut." Kata Luke kepada Draco

"Baiklah... mau kemana?" Tanya Draco mengikuti Luke

"Kau lihat Lucas yang sedang tidur nyenyak di sofa itu?" Senyum jahat Luke pun melebar sambil menunjukkan krim kocok dan bulu.

"Baiklah tapi kau yang lakukan. Jangan menyuruhku untuk melakukannya. Aku tidak mau dibunuh Lucas."

"Kau terlalu takut adik kecil. Lihat dan saksikan kakakmu yang hebat ini."

"Sekedar memperingatkanmu saja. Awas kena karma kau Luke." Kata Robert yang baru saja datang ketika melihat Luke memegang krim kocok dan bulu.

"Luke! Jangan coba coba! Ini bukan yang ke 2 atau 3 kalinya kau melakukan ini. Kau sering melakukan ini! Apa kau tak kapok kapok?! Apa kau mau wajahmu lebam gara gara dihajar Lucas?! Atau tangan dan kakimu patah gara gara kau terjatuh di jurang saat dikejar Lucas?! Atau kau mau merusak dan memecahkan perabotan di mansion ini?! " Tom yang baru saja lewat sedikit marah sekaligus memperingati. Dia langsung mengerti ketika melihat Luke ingin mengerjai Lucas.

"Terserah kalian membosankan." Kata Luke sambil menaruh krim yang banyak ke tangan kanan Lucas yang sedang tidur. Setelah itu menggelitiki wajah Lucas dengan bulu itu. Seketika itu juga tangan kanan Lucas yang penuh dengan krim pun langsung memukul wajahnya sehingga menyebabkan Lucas pun terbangun.

"LUKE!!!" Teriak Lucas

Luke pun langsung berlari sekencang mungkin karena dikejar oleh Lucas.

"Aku bertaruh mereka akan kejar kejaran di seluruh mansion." Kata Robert

"Tidak usah bertaruh pun aku tahu jawabannya." Jawab Draco

"Oh lihat mereka mulai lagi." Kata Ray ketika melihat Luke dan Lucas kejar kejaran.

"Demi Tuhan! Hati hati berengsek! Kau bisa saja menjatuhkan perabotan mansion ini!" Kata Tom

"Bisa kalian berhenti?! Kalian seperti kucing dan anjing saja!!!" John pun terganggu.

"Hei!! Ini bukan taman bermain!!!" Kata James

"Aku baru saja melihat Tom dan Jerry kejar kejaran." Kata Vincent

Luke pun berlari ke bagian kolam renang. Ketika dia berlari di sekitar kolam renang.

BYURRR!!!

Luke pun terpeleset air dan terjatuh ke kolam renang. Lucas pun segera menyusul Luke untuk mencekiknya di kolam renang.

"BHAHAHAHAHAHHAHAHAHA."

"Karma is real." Kata Robert sambil tertawa.

Ketika semua orang tertawa, Charlie pun tiba tiba ekspresi Charlie berubah drastis. Wajahnya menjadi pucat dan menyadari sesuatu.

"Apa ada masalah Charlie?" Tanya Draco yang baru saja melihat perubahan wajah Charlie. Seketika itu semuanya diam dan memandang ke arah Charlie.

"Mr. Two Face adalah Ronald Boston."

"Tidak mungkin."

"Kau pasti salah lihat."

"Dia kan sudah tewas dalam kebakaran."

"Suaranya persis seperti Ron. Aku kenal betul suara Ron seperti apa."

"Hanya karena suaranya persis Ron bukan berarti dia Ron."

"Memangnya kau pernah melihat wajah Mr Two Face?"

"Tidak. Tapi aku hanya pernah mendengar dia bersuara padaku sambil menoleh padaku, entah bagaimana dia mengetahui keberadaanku. Saat mereka berkumpul di pertemuan itu. Bukannya aku tak bisa membunuhnya saat Draco pergi namun aku membeku karena suarabya persis Ron. Sejenak kupikir tak mungkin itu Ron namun saat itu kulihat topengnya ada beberapa bekas luka bakar di wajahnya. Bisa jadi itu Ron karena saat kebakaran itu, jika Ron tewas saat kebakaran. Mayatnya pasti sedah ditemukan. Namun nyatanya mereka tak menemukan apapun."

"Bisa jadi." Ucap James

"Baiklah aku percaya kepadanya." Kata Robert

"Kenapa?" Tanya John

"Karena mereka bertiga punya insting yamg kuat meskipun tidak sekuat saat mereka gila dulu."

"Baiklah kita cari saja informasi yang lebih dalam tentangnya. Kita tak punya banyak waktu. Black Hawk akan menerima anggota baru."

***

Tok! Tok! Tok!

Victoria langsung membuka pintu itu. Ketika membuka pintu dan melihat Draco yang mengetok Victoria langsung menutup pintunya namun dengan cepat ditahan oleh Draco.

"Tunggu, aku hanya ingin bicara sebentar saja."

"Bagaimana kau tahu aku tinggal di apartement ini?! Sudahlah itu tak penting! Jika kau menginginkan sesuatu juga dariku lebih baik kau urungkan saja niatmu itu!!!"

"Aku tak menginginkan sesuatu darimu. Aku hanya ingin memberitahumu soal Charlie."

"Jangan pernah sebut nama itu!! Aku tak mengenalnya!!" Kata Victoria sambil menutup pintu.

"Demi Tuhan!! Dia tak bersungguh sungguh mengatakannya Vic!" Kata Draco

"Kau bohong!"

"Aku tak berbohong! Seharusnya kau tahu!! Dia mencintaimu! Kau boleh menamparku jika dia memang benar benar tak mencintaimu!" Kata Draco sambil membuka pintu Victoria lebar lebar.

"Aku tak percaya kata katamu. Jika kau membuatku mencintainya lagi, Lupakan saja itu tak akan berhasil!" Kata Victoria

Draco langsung mengeluarkan pistolnya seketika itu juga Victoria pun terkaget.

"Oh tentu saja kau masih tahu bahwa aku mafia, tenang aku tak sedang mengancammu. Pistol ini hanya sebagi janji saja bahwa aku tak akan melukaimu." Kata Draco sambil menyerahkan pistolnya dan beberapa senjata tajam yang lain.

"Kenapa kau memberikannya padaku?! Aku tak akan menyentuh itu!"

"Jesus Christ! Kau yakin kau mau aku membawa senjata saat bersamamu?" Draco pun segera memasukkan senjatanya ke dalam tas kosong dan menyerahkannya pada Victoria.

Victoria pun mengambik tas itu dan langsung berkata

"Untuk apa kau membawa senjata?! Apa kau mau membunuh orang?!"

"Tidak, semua itu hanya untuk jaga jaga. Seorang mafia harus berjaga jaga setiap harinya. Tak mungkin mafia hidup tenang. Mafia bisa saja terancam ataupun diburu. Sekarang ikuti aku. Tenang aku tak akan membunuhmu kau sudah menbawa semua senjataku."

"Baiklah." Kata Victoria terpaksa.

***

"Kenapa kau membawaku ke hutan? Kau tak akan membunuhku kan?!"

"Pfft tentu saja tidak. Untuk apa membunuhmu? Tak ada untungnya bagiku. Yang ada Charlie pasti membenciku dan membunuhku." Kata Draco

"Kenapa harus hutan? Apa yang akan kita lakukan?"

"Untuk menunjukkan bahwa kau percaya padaku. Jika kau percaya padaku maka kau juga harus percaya pada Charlie."

"Apa maksudmu?"

"Ikuti saja aku." Kata Draco sambil keluar dari mobilnya diikuti Victoria di belakangnya. Entah apa yang merasukinya dia langsung saja mengitu apa yang dikatakan Draco. Meskipun dalam likirannya masih ragu dan penuh tanda tanya.

Setelah 15 menit berjalan

"Berapa kita akan sampai?"

"Kita belum sampai tapi sepertinya kita sudah berjalan cukup jauh."

"Untuk apa kita berjalan ke hutan?"

"Supaya tak ada orang yang melihat aku berubah wujud. Percaya padaku aku tak akan melukaimu." Kata Draco sambil melepas jasnya

"Bisakah kau mengenakan sesuatu? Kau tak akan terlanjang bukan?!"

"Tentu tidak. Sekarang bisakah kau pegang jasku." Kata Draco yang hanya mengenakan celana pendek saja.Victoria pun langsung mengambil jas Draco. Seketika itu juga Draco langsung berubah menjadi werewolf.

Victoria pun menjadi takut ketika Draco berubah.

"Tenanglah Vic. Aku tak akan memakanmu. Jika kau mau sampai aku harus berubah menjadi seperti ini untuk mengantarmu kesana."

"Kemana memangnya kita akan pergi?"

"Percayalah padaku dan akan kutunjukkan kau tempat yang indah untuk berbincang. Just trust me." Kata Draco

Victoria pun mendekati Draco dengan sedikit ragu. Kemudian Draco pun menundukkan tubuhnya ke bawah agar Victoria bisa naik.

"Sebaiknya kau pegangan yang erat dan tutup matamu. Kau pasti ketakutan jika membuka matamu."

Seketika itu juga werewolf itu berlari dengan kencang dan melompati batu batu besar. Kemudian memanjat batu besar dan melintasi pohon pohon besar hanya dengan melompatinya.

"Kita sudah sampai kau bisa membuka matamu."

Ketika Victoria membuka matanya. Dia pun kagum dengan pemandangan yang dilihatnya. Ia melihat air terjun besar serta bunga bunga indah bermekaran disana. Ia juga melihat ada pelangi yang muncul dari balik air terjun itu.

"Keren bukan? Nah sekarang kita akan duduk dan membahas tentang Charlie. Kata Draco sambil merubah dirinya menjadi manusia.

"Apa kau yakin kau tidak kedinginan. Apa kau tak mau memakai jasmu?"

"Nanti saja... aku tak mau membuka dan memakainya berkali kali."

"Apa yang kau ingin bicarakan?" Kata Victoria duduk di sebelah Draco

"Aku tak tahu harus mulai darimana... Begini apa yang Charlie ucapkan saat di club itu tak nyata Vic. Dia hanya merasa tak pantas bersamamu jadi dia ingin kau bersama pria lain yang lebih baik dari dirinya karena itu dia mengatakan itu. Dia juga takut kehilangan nyawamu untuk selamanya. Daripada kehilangan kau untuk selamanya. Lebih baik dia kehilangan kamu dari hatinya namun masih melihatmu hidup bagaikan manusia normal. Meskipun dia harus menyakiti hatimu terlebih dahulu dan meninggalkan bekas luka di hati kalian berdua. Menyakitimu sama saja menyakiti dirinya sendiri. Dia mengatakan semua itu karena dia sangat mencintaimu jadi dia rela melepaskan apa yang paling dicintainya hanya untuk membuatnya bahagia menjalani hidup normal tanpa ada bahaya yang akan mengenaimu. Jadi kuminta kau memaafkannya."

"Kenapa aku harus percaya?"

"Dia mengalami masa masa sulit Vic. Apalagi dia sedang terluka karena ketua The Black Hawk yang bernama Mr.Two Face adalah sahabatnya sendiri yaitu Ronald Boston. The Black Hawk yaitu organisasi kejahatan yang kini sedang memuncak dan dicari cari. Bahkan kami sepakat bekerja sama dengan agent agent rahasia dari beberapa negara untuk melenyapkan The Black Hawk. Meskipun kami belum yakin pasti bahwa itu adalah Ronald Boston. Bahkan Charlie pun sekarang ragu bahwa itu adalah Ron."

"..."

"Hhhh... jika kau masih percaya kau beruntung aku merekam percakapan kami setelah kau bertengkar dengannya. Aku tahu aku sangat lancang dan tidak sopan tapi aku tahu rekaman ini bisa membantu. Jangan bilang Charlie soal ini. Dia bisa marah kalau dia tahu." Kata Draco sambil mengambil suatu alat rekam di balik jasnya dan menyalakannya.

"Kenapa kau melakukan itu? Beberapa menit lalu kau bilang kau mencintainya sekrang kau bilang tidak mencintainya dan mempermainkannya?!?! Katakan padaku bahwa yang kau katakan barusan itu bohong."

"Entahlah kurasa aku memang tak mencintainya seperti dulu lagi."

"Dari matamu aku bisa bilang bahwa kau sedang berbohong jika kau tak berbohong tak mungkin wajahmu sedih. Kau tak pandai berbohong di depanku Charlie. Jadi kenapa kau melakukan itu?"

"Kau memang selalu mengenalku. Pertama, aku berpikir aku bisa menerimanya dan kembali seperti dulu lagi, persis seperti harapanku. Hidup bersama dengannya dan bahagia tapi setelah kupikir lagi aku tak mau bersamanya."

"Kenapa?"

"Karena aku tak pantas untuknya Drac. Dia gadis dengan kehidupan normal sedangkan aku tidak. Aku tak bisa bersamanya. Dia bisa bersama orang lain yang lebih baik daripada aku. Hidupnya akan berbahaya jika ada aku. Seorang Grayne tak akan pantas jika menikah dengan seorang mafia. Jadi aku ingin seseorang yang lebih baik dari aku untuk bersamanya karena dia lebih pantas bersama orang lain saja. Seseorang dengan hidup normal. Tak pernah membunuh orang orang. Tak pernah berbohong padanya ribuan kali seperti saat aku bersamanya. Seseorang yang bisa membuatnya tersenyum bahagia dan hidup bagaikan orang normal lainnya. Seseorang yang tak pernah membuatnya menangis dan khawatir. Seseorang yang selalu ada untuknya."

"Apa kau masih mencintainya?"

"Aku sangat mencintainya tapi aku tak bisa memilikinya."

"Jangan katakan itu Charlie. Kau pantas bersamanya."

"Tidak, aku tak pantas. Jangan lihat hal hal positif dariku. Lihat juga hal hal negatif yang ada padaku. Apa aku memang pantas untuk seorang gadis polos yang baru saja kuremukkan hatinya? Apakah aku pantas dengan semua kebohonganku padanya? Di saat aku sering menghilang pun dia hampir tak pernah marah, aku tahu dibalik kesunyian dan kesabarannya, ada rasa khawatir padaku dan sedih. Di saat dia sedih dia selalu berpura pura bahagia di depanku. Di depan orang yang membuatnya sedih. Di depan orang yang mengucapkan kebohongan kebohongan indah padanya. Dia selalu mendengarkan rasa sakitku tapi aku sendiri hampir tak pernah ada untuknya. Aku tak pernah selalu merasa nyaman saat bersamanya. Karena aku tahu kami memang tak bisa bersama. Tapi terkadang dialah yang selalu membuatku tenang dan nyaman."

"Jangan lemparkan semua kesalahan pada dirimu Charlie."

"Tapi itu memang faktanya Drac."

"Jangan melihat sesuatu hanya dari sisi negatif saja. Lihat sisi positifnya. Hilangkan pikiran buruk ataupun negatif dari pikiranmu itu."

"Jika kau dipilih pilihan untuk hidup normal atau kehidupanmu yang sekarang mana yang akan kau pilih?"

"Aku akan memilih kehidupanku yang sekarang. Meskipun penuh cobaan itu setimpal dengan apa yang sudah aku dapatkan. Aku punya kakak yang baik, teman teman yang gila dan konyol, canda dan tawa. Jika aku memilih hidup normal bisa saja aku tak memiliki semua hal baik yang pernah kudapat. Seseorang pernah bilang padaku... Why be normal when you can be amazing.

Mungkin kau berharap menjadi seperti orang normal. Punya hidup normal dan sebagainya. Tapi lebih baik hidup yang kau jalani bukan seperti orang normal lainnya. Karena jika kau hidup normal kau tak akan memiliki sesuatu yang spesial dan memori memori yang lebih berharga dibanding orang lain yang memiliki hidup normal. Tapi hidup spesial juga membutuhkan masa masa buruk,butuh pengorbanan.Tak ada sesuatu yang instant.Hidup yaitu tentang berbuat kesalahan tanpa ada kesalahan yang kau buat kau tak akan pernah belajar. Setidaknya hal hal yang buruk itu seimbang dari hal hal baik yang kau dapat atau mungkin hal hal baik bahkan lebih banyak kau terima daripada hal hal buruk yang kau dapat. Mungkin kau ingin memiliki segalanya tanpa ada satu kepedihan dan rasa sakit yang menimpamu tapi jika kau memiliki kehidupan yang sempurna itu maka kau tak akan bisa belajar menjadi kuat. Kau mungkin menjadi seseorang yang rapuh."

"...Mungkin kau benar namun apa yang bisa kuperbuat semua sudah terjadi. Tapi aku masih belum bisa memaafkan diriku yang terlalu egois kepadanya."

"Aku yakin kita pasti menemukan solusinya."

"Kau sudah percaya?"

"...Ya tapi kurasa aku masih butuh waktu untuk memaafkannya."

"Baiklah aku mengerti dan pasti Charlie pun juga. Aku tak minta kau untuk mengerti tapi aku hanya ingin kau tahu. Lebih baik kita pulang ini sudah malam."