webnovel

The President's Baby

Warning alert! Area 21+ Bocil dilarang keras membaca. Mengandung banyak adegan mature, dengan segala gaya dan kata-kata kotor. Masih maksa baca, silakan saja. Awalnya Felicia atau yang biasa dipanggil Noel hanya ingin kesembuhan sang kakak terjamin setelah kehilangan kedua orang tuanya karena sebuah kecelakaan. Namun biaya untuk menopang hidup sang kakak tidak semurah itu, belum lagi harta benda keluarganya yang diambil alih tanpa kabar. Tabungannya pun sudah habis tak tersisa, untuk membayar biaya pemakaman dan perawatan selama sang kakak terbaring koma. Hingga akhirnya ia tidak punya pilihan dan nekat bekerja di sebuah tempat yang tidak pernah terbayang dalam seumur hidupnya. Sebuah club. Ya, akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan dirinya agar cepat menghasilkan uang. Namun, ia tidak menyangka jika itu adalah awal ia bertemu sang Presdir, sosok pria tampan dan dingin yang berani membayarnya mahal, lalu parahnya menawarkan kontrak kepadanya sebagai budak. Ia tidak punya pilihan, hanya demi kesembuhan sang kakak ia merelakan segalanya. Sedangkan Elnathan Gael Robinson adalah seorang Presdir yang diberkahi wajah tampan serta otak cemerlang, menjadikannya sosok pria yang diminati dengan barisan wanita siap memberinya kehangatan. “Jangan sampai mencintaiku apalagi hamil, karena kalau itu terjadi maka kau harus pergi dari sini.” Elnathan Gael Robinson. “Baiklah aku bersedia.” Felicia Noela Stuward. Lalu, bagaimana kehidupan Noel setelahnya? Karena pada akhirnya ia hamil, padahal jelas jika itu akhir dari riwayatnya dan seharusnya ia pun tahu, jika perjanjiannya dengan sang Presdir adalah sebatas Tuan dan budak sex. Namun, kenapa ia masih nekat mempertahankan kehamilannya? Alhasil, ia harus meninggalkan sang Presdir untuk menjaga anaknya, dari perjanjian yang telah disepakatinya. Banyak perjuangan yang harus dilakukan karena kehamilannya dan perginya ia dari sisi sang Presdir. Dimulai dari mencari sang kakak yang menghilang dari hidupnya, harta keluarganya yang harus kembali diambilnya, serta anak yang akhirnya terlahir dan membuatnya harus lebih tegar menjalani hidup. Lalu, apakah benar sang Presdir akan membiarkannya pergi begitu saja sesuai dengan perjanjian? Terlebih ada rasa cinta yang diam-diam mulai tumbuh di hati sang Presdir itu sendiri. Ikuti kisahnya di sini…. Follow IG Author @haruali9

Haru_lina · สมัยใหม่
Not enough ratings
29 Chs

Wanita Simpananku, Noel.

Rumah Sakit Kensington, London

Keesokan harinya…

Noel keluar dari mobil yang mengantarnya kembali ke rumah sakit, kemudian berjalan menuju pintu masuk utama rumah sakit setelah sempat melirik sekilas dan mendapati kendaraan mewah itu melaju pergi.

Huft…

Helaan napas begitu saja meluncur dari hidung mancungnya, bibir kecil berwarna strawberry itu mengepulkan uap tipis saat cuaca dingin semakin menyelimuti kota Kensington ini.

Malam ini untungnya ia masih tidur di kamar sewaan setelah membuat kesepakatan dengan seorang pria yang menawarkannya banyak keuntungan. Ya, pengobatan terbaik untuk sang kakak, pendidikannya yang terjamin, uang saku serta apapun yang ada di dunia ini kecuali cinta dan kebebasan.

Tidak ada cinta dan kebebasan dalam hidupnya, itu inti yang diambil dari perjanjiannya bersama Gael. Sampai saat ini ia tidak tahu sebenarnya apa pekerjaan pria itu, bahkan nama saja ia hanya tahu Gael tanpa nama belakang.

Pria itu berkata kepadanya untuk ia tidak perlu tahu siapa dirinya dan tetap menjadi wanita polos yang menurut serta kupu-kupu indah di penthouse, itu saja. Jadi, ia hanya bisa mengangguk karena ia pikir itu bukan urusannya.

Sampai di depan bagian pembayaran rumah sakit, bagian yang selama ini membuatnya takut, Noel menggenggam erat amplop yang diberikan Gael sebelum ia meninggalkan hunian pria itu. Ia bahkan tidak diperkenankan membuka isi amplop dan hanya diperintah untuk memberikan ini kepada bagian kasir.

Sebenarnya penasaran, tapi karena ini sebuah perintah ia tidak bisa melanggarnya begitu saja.

"Selamat siang, Miss."

"Nona Felicia, selamat siang! Ada yang bisa dibantu?"

Huh!?

Noel yang disapa dengan nada berbeda mengernyit, bertanya-tanya saat petugas kasir di depannya seakan menyambutnya secara berlebih. Ya, apalagi saat senyum itu lebih lebar dari kemarin-kemarinnya.

Apa ada yang salah dengan penampilanku hari ini? Perasaan tidak, batinnya sambil mengangguk kecil menyahuti pertanyaan.

"Ah! Ini, saya ingin memberikan sesuatu." Dengan ragu Noel mengulurkan surat yang diberikan oleh Gael kepada petugas di depannya yang segera menerima.

Ia juga menunggu saat si petugas kasir menerima dengan suka cita serta mengumbar senyum lebih dulu untuknya, sebelum meninggalkannya berdiri sendiri di depan konter untuk memeriksa surat itu.

Entah apa yang dilakukan petugas yang menerim surat itu, ia hanya berharap apa yang dijanjikan Gael bukanlah hanya janji semata. Hingga tak lama kemudian sang petugas kembali menemuinya, kemudian menjelaskan tentang pengobatan sang kakak sesuai janji.

Iya, sesuai janji.

Karena saat ini pun ia mendengar jika kakaknya bisa dipindah ke ruang VIP dan akan dipantau oleh dokter khusus selama dua puluh empat jam penuh.

Kalian bisa membaca 'kan, dua puluh empat jam penuh dengan tenaga medis ahli dan itu artinya perkataan Gael bukan isapan jempol belaka.

"Kami akan siapkan kepindahan Tuan San, sambil menunggu Nona Felicia bisa membereskan barang pribadi Tuan San di dalam. Jadi saat kami datang, Nona dan Tuan San bisa segera pindah ke ruangan baru."

Tanpa sadar Noel mengangguk senang. Ia menghembuskan napas selega-leganya karena mendengar sang kakak akan dipantau dengan dokter ahli, yang artinya persentase sang kakak untuk sembuh lebih besar.

"Baik! Saya akan menunggu di dalam ruangan Kakak, permisi."

"Silakan."

Noel pun meninggalkan konter kasir dengan langkah semangat, tapi sebelum ia benar-benar meninggalkan konter samar-samar ia mendengar petugas itu berbisik dengan sebuah nama yang terasa asing di telinga.

Tuan Robinson.

Siapa dia?

***

Robinson Group

Jalan sambil mengangguk ketika sapaan diterimanya, seorang pria tampan berbalut armani mahal terlihat mengangkat lengan untuk menilik waktu yang tertera di arloji edisi terbatas miliknya.

Pukul di sana menunjukkan sebelas, seharusnya sudah ada kabar dari seorang wanita yang beberapa waktu lalu dijemput pula oleh orang suruhannya. Ia memasuki lift, dengan seorang petugas yang menyapa dan membantunya menekankan tombol di sana.

"Selamat siang, Tuan Presdir!"

"Hn."

Ting!

Lift tertutup, sang Presdir ini menatap pantulan wajahnya di depan sana dengan binar yang berbeda dari biasanya. Ada rasa tidak sabar, senang dan berbagai macam rasa yang tidak bisa disebutkannya satu per satu.

Tidak lama kemudian pintu kembali terbuka, ia melangkah keluar dengan ekpsresi wajah yang seketika diubahnya tanpa meninggalkan ekpsresi apapun kecuali datar, sambil menjawab sapaan dari sekretaris yang menyambutnya.

"Selamat siang Tuan Presdir."

"Hn. Bagaimana dengan rumah sakit?" sahut dan tanya sang Presdir ambigu, tapi tidak untuk si sekretaris yang menjelaskannya segera.

"Nona Felicia sudah sampai dan perpindahan untuk ruangan sudah dilakukan juga, Tuan Elnathan."

"Hn, setelah ini panggil Areva untuk ke ruanganku," perintah sang Presdir—Gael setelah puas dengan penjelasan singkat itu.

"Baik, ada lagi Tuan?"

"Tidak, berikan jadwalnya kepada Areva. Kamu mengerti?"

"Baik!"

Setelah mendapatkan jawaban itu barulah Gael memasuki ruangannya dengan pintu yang dibukanya sekali hentak dan menutupnya dengan pelan, meninggalkan sang sekretaris yang segera menghubungi rekan kerjanya sesuai perintah.

Blam!

Di dalam, Gael segera membuka jas dan menggantungnya di stand hanger hingga kini hanya menyisakan rompi yang membentuk tubuhnya semakin jelas.

Ia berjalan pelan sambil menjetikkan jari dengan tirai jendela yang terbuka, memperlihatkan kaca jendela lebar serta sinar redup di luar yang ikut merangsak ke ruangannya. Setelahnya ia duduk di kursi kekuasaan, sambil membuka sebuah map yang dipisah dari tumpukan map lainnya dan membacanya dalam diam.

Seraya menggunakan kacamata baca, ia juga mengganti lembaran kertas di dalam map dan menganggukinya, sebelum akhirnya menatap ke arah pintu sana ketika ketukan terdengar.

Itu pasti asistenya. Ia pun memutuskan untuk menyimpan dulu pekerjaannya dan barulah menyahuti ketukan dengan pintu yang turut dibuka.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Kriet….

"Tuan memanggilku?" Asistennya—Areva berjalan dengan langkah tenang setelah menutup pintu, berdiri di hadapannya dengan tubuh tegap dan menatapnya lurus.

"Hn. Kamu atur untuk kepindahan Noel ke penthouse, jangan ada yang tahu terlebih Faye dan Mama tentang keberadaan Noel di sana."

"Maksud Tuan Nona Felicia?"

"Yes." Gael menyahutinya cepat, lengkap dengan seringai dan anggukan kepala senang seakan apa yang didapatkan ini adalah sesuatu yang menyenangkan baginya. "Wanita simpananku, Felicia Noela Stuward," lanjutnya memanggil nama si wanita simpanan dengan lengkap.

Areva mengiyakan apa yang dikatakan sang Presdir tanpa banyak bertanya. Meskipun sedikit aneh dengan apa yang dilakukan Presdirnya, tapi ia berusaha untuk tetap menjadi asisten yang patuh. "Tentu, akan aku atur kamar untuk Nona Felicia segera dan tidak akan ada yang tahu untuk ini."

"Lalu, urus semua hal yang terkecil dan atur untuk universitas yang ingin dimasukinya. Masukan namaku untuk wali dan pastikan dia dapat apa yang diinginkannya. Kamu mengerti ini?" lanjut Gael masih memerintah.

"Sesuai perintah."

"Good! Jadi, ada yang harus kita kerjakan saat ini juga?" tanya Gael mengalihkan pembicaraan, merasa sudah puas dengan apa yang ingin disampaikan olehnya kepada sang asisten.

"Kita ada rapat di cabang untuk internal. Setelah itu ada pertemuan lain di kota Hammersmith sampai sore," jelas Areva.

"Kalau begitu kita pergi saat sudah siap," putus Gael yang segera diangguki olah sang asisten.

"Akan aku kabarkan setelah siap."

"Hn." Gael mengangguki, sedangkan Areva memilih undur diri meski harus kembali berdiri tegak ketika sang Tuan mencegahnya.

"Tunggu sebentar!"

"Iya Tuan?"

"Cukup panggil dia Noel, jangan sampai dia tahu jika aku sebenarnya mengetahui siapa dia sesunguhnya. Paham?" imbuhnya memerintah dan Areva tampak mengagguk, kemudian barulah meninggalkan ruangan ketika mendapatkan izin.

"Sesuai perintah Tuan."

Noel, milikku.

Bersambung.