Aku membuka mataku dengan perlahan, aku menyipitkan mataku pada saat seberkas cahaya terang menerobos masuk ke dalam mataku.
Aku mengerang karena kurasakan sakit yang amat mencekat di bagian kepalaku dan leherku.
Rasanya masih seperti mimpi, aku melihat kanan dan kiriku, ada infus di tangan kiriku dan perban di kepalaku.
Tunggu dimana aku?
Seketika itu aku langsung tersadar bahwa aku berada di
"Rumah sakit!!"
Aku melihat ada bapak, ibu dan juga Yudi di ujung ranjang yang aku tempati sekarang, dimana aku terkapar lemah tak berdaya. Ku melihat mereka dengan ekspresi wajah yang sulit aku tebak.
Kemudian aku mencoba untuk menggerakkan kaki dan tanganku.
"Awwww"
Benar ini bukan mimpi.
"Bay jangan banyak gerak dulu, itu masih proses pemulihan kamu itu"
Timpal Yudi, bicara dengan nada memelas kepadaku.
"Kamu tau nak, yang jagain kamu setiap malam dirumah sakit ini, itu Yudi. Soalnya, ibu banyak kerjaan dirumah, bukannya gak mau jagain kamu"
Sambil mengelus lembut keningku.
"Setiap malam"
Aku menambah-kan dengan cepat.
"Emangnya aku pingsan berapa lama?"
"Kamu sudah seminggu disini Bay!!"
Sahut Yudi, yang langsung membuatku terdiam dan teringat akan sesuatu.
Baru aku sadari ternyata waktu
aku terjatuh, aku mendapat luka yang amatlah parah. Aku rasa begitu, karena aku saja sampai tidak sadarkan diri.
"Seminggu!! Dan UNAS ku?"
Tanyaku dengan bingung
"Tenang aja, udah kog hehhehe"
Sahut Yudi.
Aku hanya bisa tersenyum membalas ucapannya. Terharu dengan apa yang sudah Yudi lakukan. Dia memang sahabat yang sangat baik bagiku, dan aku tidak pernah berpikir bagaimana kalau tidak ada dia selama ini di sisiku, dia yang selalu menemaniku di saat susah,senang, maupun duka.
"Dokter bilang katanya kamu boleh pulang ntar malem"
Ujarnya sambil memberikanku segelas air putih.
"Ahh begitu"
Memang jauh di dalam lubuk hatiku, aku paling malas kalau ber-urusan dengan rumah sakit.
"Ya udah aku tinggal dulu ya!"
Ujar Yudi kemudian sambil di ikuti oleh Bapak dan Ibu.
"Bentar ya nak" ungkap Ibu sambil tersenyum kepadaku.
Aku terdiam sejenak pada saat menyadari sesuatu.
Biaya rumah sakit habis berapa?
Tanpa ku sadari air mata membasahi pipiku lagi.
"Ya Tuhan, ku serahkan seluruh kehidupanku kepada Eng-Kau"
Sembari meminum segelas air putih yang berhasil membuat lega rasa hausku.
Hmmmm
Sudah lama rasanya, aku menunggu Yudi dan bapak di sini. Karena mereka tadi izin sebentar ke toilet, tapi belum kunjung kembali juga sampai sekarang.
Ku melihat ke jendela ujung sebelah kanan, ternyata sudah gelap.
Itu tandanya waktuku untuk pulang.
"Bay, kamu sudah gak apa-apa?"
Aku terkejut dan langsung menoleh ke arah dimana Yudi berada.
"Yah, aku sudah sangat sehat sekali"
Jawabku dengan girang.
Setelah aku menunggu hampir satu setengah jam lamanya. Mereka pun datang dan memberitahuku kalau sudah waktunya untuk aku pulang
Dengan semangat 45 aku jawab pertanyaan yang sangat aku tunggu dari tadi.
"Ayo Pulang!"
Karena aku ingin cepat pulang.
Perjalanan dari rumah sakit menuju rumah tercinta memakan waktu sekitar tigapuluh menit, dan itu waktu terbaik yang bisa ku gunakan untuk tidur.
***
Bayangan itu selalu menghantuiku, menghantui mimpi-mimpiku.
Dia mengejarku dan berlari dengan sangat cepat, aku berlari untuk menghindarinya dan tiba-tiba seseorang memukul pundakku.
"Bay ayo bangun, kita udah sampai".
Aku terbangun ketika hentakkan tangan Yudi mengagetkanku.
Nafasku masih terengah-engah akan kejadian barusan.
Untung cuma mimpi.
Yudi membopongku menuju kamar. Sesudah masuk kamar, Yudi membantuku untuk duduk di ranjang dan membaringkan badanku di ranjang. Aku bisa merasakan di titik-titik tertentu di daerah badanku bagian belakang, rasa sakit yang lumayan.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, mencoba untuk menyembunyikan rasa sakit itu didepan Yudi.
"Bay, aku pulang dulu ya soalnya besok aku harus nganter adikku beli tas, ok cepet sembuh ya. Hehe gak usah di pikirin yang kamu pikirin, aku tau kamu pasti bingung tapi yang jelas, percaya padaku. Tomorrow Will Be Better."
Ujar Yudi dan kemudian langsung pamit untuk pulang.
Aku membalasnya dengan senyuman lebar, dan aku suka dengan kalimat yang dia sampaikan barusan.
"TOMORROW WILL BE BETTER"
Kupejamkan mata dan terlelap dalam segenggam kalimat
"Tomorrow Will Be Better"
***
"Bay, ayo bangun nak, ada yang nyariin kamu"
Kubuka mataku sembari memaksakan diri untuk duduk. Ku ambil HP-ku dan masih jam setengah delapan pagi.
"Buk, siapa yang nyariin Bayu pagi-pagi kayak gini?" ujarku dengan malas sambil mengucek mataku.
"Bapak kepala lurah, ayo gih temuin dulu udah nunggu dari tadi!" jelas Ibu berbisik dari balik pintu kamarku.
Aku bercermin, sambil merapikan rambut dan bajuku agar tidak kelihatan terlalu kusut.
Aku berjalan tertatih menuju ruang tamu.
Pada saat aku sampai di ruang tamu, aku melihat seseorang duduk, membawa amplop besar berwarna cokelat. Mataku fokus bukan dengan orang tersebut melainkan isi dari amplop cokelat itu. Aku mendekat dan melihat tiga kertas dengan warna yang berbeda.
"Selamat pagi Pak"
Kujabat dan ku cium tangan beliau sambil duduk di sebelahnya.
"Ada perlu apa ya Pak?" tanyaku bingung sambil menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal itu. Aku penasaran dengan ekspresi yang hmmm sulit ku ulangi lagi jikalau aku membuatnya.
Tak lama kemudian, aku melihat tangan Pak lurah mengambil lembaran kertas yang berbeda warna dan memberikan kepadaku.
"Kamu isi ini ya, bapak percayakan ini sama kamu dan bapak yakin kamu pasti bisa!" ujar Pak Lurah itu sambil tersenyum.
Aku hanya terdiam saat menerima lembaran tersebut. Sekilas aku melihat tulisan besar tertera di bagian paling atas pada kertas tersebut.
"Sekolah Gratis"
-SMA SELAMAT PAGI INDONESIA-
Entah mengapa tiba-tiba jantungku berdegug begitu kencang dan rasa haru menghampiriku dengan cepat.
Tuhan apakah ini benar atau jangan-jangan aku masih bermimpi saat ini.
Aku mencoba mencubit lenganku dengan keras.
"Ahhh"
Aku mengerang pelan dan
ku lihat kembali ke Pak Lurah itu.
"Pak apakah semua ini nyata?.
Sekolah Gratis? Apa benar memang ada, terus di sana ngapain aja? uang, makan, tidur,seragam,dan yang lainnya dibutuhkan untuk sekolah? ibu belum bisa membelikannya karena sudah habis untuk pengobatanku kemarin." jelasku dengan memelankan nada di bagian terakhir saat mengingat kejadian ceroboh yang aku lakukan.
Aku langsung menaruh formulir itu kembali di meja, lalu ku tutupi wajahku dengan kedua tanganku. Karena aku merasa sangat menyesal dengan apa yang telah aku lakukan kemarin-kemarin.
"Harusnya aku bisa sekolah lagi, tapi gara-gara aku masuk rumah sakit dan.."
"Eh sudah, sudah jangan menangis dan merasa bersalah dulu. Sini bapak jelaskan"
Pak lurah mengelus pundak-ku dan memberi arahan agar aku melihatnya dan mendengar apa yang akan dia sampaikan.
"Ada sekolah namanya adalah SMA Selamat Pagi Indonesia.
Sekolah itu berada
Di Jl.Pandanrejo No.02 Kec.Bumiaji. kota Batu. Sekolah itu adalah sekolah satu-satunya yang bapak ketahui bahwa sekolahnya "Gratis" mulai dari seragam, makan,tempat tidur satu kamar ada empat ranjang springbed,uang saku, liburan tiap tahunnya dua kali, dan siapa yang berprestasi dan berkontribusi lebih akan di ajak untuk Experiental Learning Keluar negeri dari Singapore, Hongkong, Macau, China, Eropa dan masih banyak lagi. Dan yang paling menguntungkan adalah bagi siswa-siswi yang bersekolah disana ada Laboratorium terbesar dengan nama "Transformer Center"
Jadi kamu isi aja ya, bapak mau pergi ke temen kamu yang memang benar-benar tidak mampu dan yatim piatu, agar bisa bersekolah disana denganmu." ujar Pak Lurah seraya bangkit dari tempat duduknya.
Sebelum pergi, Pak Lurah itu menjabat tanganku dan tersenyum kepadaku, kemudian melangkah pergi keluar dari rumahku.
Aku hanya bisa memberikan sebuah senyuman dengan lebar pada saat beliau meninggalkan rumahku.
Astaga mimpi apa aku semalam, bisa terjadi hal yang mustahil ini.
Dan luar negeri?
Aku saja sampai tidak terpikirkan akan hal itu...
"Tuhan Sertai Hambamu!"
Dengan cepat aku berlari kebelakang dan memberitahu ibuku, kalo ada sekolah gratis.
"Bukkk ada kabar baik!"
Teriakku sambil berlari ke arah dapur.
.
.
.