webnovel

The Mistake (balas dendam)

Tak pernah terpikirkan oleh lyra, pemuda tampan, mapan dan seorang presdir lebih memilih ia yang punya wajah jelek dari sang kakak. Terlebih sebelumnya kedua orang tersebut berpacaran. Lalu siapa sangka niat Denes Alkhair adalah memilih ia hanya agar sang mantan kekasih, kakak Lyra menyesal lalu kembali padanya. Saat hari pernikahan, Lyra harus menanggung malu saat Denes bilang ingin menikah dengan sang kakak. Akhirnya Lyra sadar, ia hanyalah umpan basi. Kemunculan Martin Jinan yang sudah lama membenci Denes membuat Lyra terjebak antara pilihan sulit. Akankah Lyra menikah dengan Martin diiming-imingi pembalasan dendam pada keluarga Alkhair? Baca novel Raein23_Raein yang lain, Berawal dari Satu Malam dan Devil CEO and Stronger Girl.

Raein23_Raein · สมัยใหม่
Not enough ratings
165 Chs

30 Boom!

"Sayangnya aku gak mau. Jangan usir terus, kan aku juga ingin lebih dekat ke kakak ipar. Ku pikir kamu gak bakal nikah cepat. Bye."

Setelah mengatakan itu Felix melenggang pergi. Jarang kedua orang tersebut akur, kalimat pedas sudah biasa terjadi. Tak perlu heran.

Tinggal Lyra yang cemberut. Alih-alih ngamuk, ia justru ngambil sepotong sosis daging.

"Mulai besok aku yang siapin sarapan," ujar Lyra sibuk nguyah makanan.

Kemudian, saat Lyra teringat akan sesuatu, ia pun lanjut bicara dengan tema pembicaraan lain.

"Oh, gimana keputusan Arsy, orang itu mau atau gak nolong kak Jane?"

Dahi Martin mengerut. Bukan bingung, akan tetapi tanda tak suka. Lyra sadar ke respon Martin. Hal yang selanjutnya Lyra lakukan adalah, ia tatap bosan orang tersebut.

"Apa, kesal aku sebut Arsy? Kan cuma soal kak Jane. Kakak masih belum jebol, well, terakhir kali kami bicara sih gitu. Dia dan Denes sama seperti kita yang pakai benefit-benefit. Dua putri ayah dan ibu kok nasibnya buruk. Nasib hidupnya yang buruk!?"

Lyra lanjut menggerutu. Kemungkinan besar sulit berhenti.

"Kamu jangan marah dong aku kerja sama Alkhair Corp. Aku ingin buat orang itu kesal, aku bakal usahain."

Maksud Lyra Alkhair adalah Denes.

Panjang kali lebar Lyra berucap sampai jadi luas, Lyra tak henti-hentinya ngoceh. Orang itu memang lumayan bagus jadi penceramah.

Martin kembali memeluk erat sang istri. Setelah ini ia harus balik ke kantor.

Sejatinya Martin crazy work. Kalau tidak begitu bagaimana ia bisa sukses?

"Denes licik, aku khawatir saat kamu hamil, dia mencelakakan kandunganmu. Bisa gak kerja di tempat lain?"

Ya gak bisa, Lyra kan sudah tanda tangan berbagai macam surat. Martin gak perlu dijelasin pun pasti paham. Kenapa???

Kenapa sangat sulit untuk Lyra?

What, Lyra gak salah dengar?

Martin mirip anak kecil ngerengek minta dibelikan robot. Tuh kan, orang ini gengsi aja yang ditinggikan, tahu-tahu sudah jatuh ke pesona Lyra.

Dasar gak mau jujur.

"Harus nurut. Untuk percobaan, aku bolehin kamu kerja. Sampai satu atau dua pekan, kalau terjadi apa-apa, aku gak bakal biarin kamu lepas. You hear me?"

Begini ya nasib orang yang dapat suami posesif. Lyra gak habis pikir. Beruntung nasib Lyra tidak terlalu ngenes. Kalau gitu kan berabe, Lyra bisa nangis darah.

"Iya, aku janji."

Setelah itu kedua orang tersebut pun melanjutkan aktivitas. Semua hal mudah tanpa ada hambatan.

***

Sekitar sepekan sudah Lyra bekerja di kantor cabang Alkhair. Martin selalu posisif. Semua hal yang ia bilang terwujud. Sekarang Lyra tengah dilihat oleh seorang karyawan. Curi-curi pandang tuh.

Si mata-mata Martin. Kuak habis seluruh info penting.

"Ly, ambil berkas itu."

Perasaan Lyra atau memang benar, Denes kok sering ke kantor?

Pekerjaan yang gak ada hubungannya ke ranah penerbit pun di angkut kesini. Perusahaan tempat Lyra bekerja kan hanya cabang. Terus ranah yang di urus pun adalah bidang penerbitan.

Sejak Jane dan Lyra ketemu dan bicara serius, Lyra sudah tak pernah lihat sang kakak.

Aktivitas kantor padat, apalagi Lyra saat pulang harus ngurus rumah. Dia aja yang ingin dan Martin mau gak mau nurut. Habis Lyra pakai acara bilang minggat kalau Martin gak izinin dia ngurus rumah.

Hilang cerita soal Arsy. Sebab ya, kak Jane saat Lyra telpon gak respon. So, baik-baik aja, sibuk atau nelangsa?

Don't know.

"Pak, istri Anda di rumah atau sibuk ngurus butik?" Lyra beranikan diri bertanya. Ia tatap Denes intens.

Denes mendongkrak, bertemu dengan manik tajam Lyra. Tumben tanya soal Jane.

"Why, hubungan kalian kurang baik sampai tanya aku?"

"Ck, Anda kan suaminya. Wajar dong saya tanya," dengus orang tersebut.

Memangnya tanya dikit artinya hubungan gak baik?

Denes tersenyum misterius. Ia yang membatasi pergerakan Jane untuk tak boleh ketemu adiknya. Denes tahu orang itu bawa pengaruh buruk untuk sang isteri.

Denes mendekat ke Lyra, yang langsung orang tersebut sikapi mengambil ancang-ancang. Trik pertahanan diri.

"Eits, calm down Ra. Aku gak ngapa-ngapain kamu kok. Cuma ingin ambil berkas yang kamu tinggal."

Tuhan, kuatkanlah diri Lyra. Sekarang sudah terhitung seminggu, secara otomatis Martin lebih sensitif. Orang itu selalu ingatkan Lyra soal berhenti kerja.

Namun Lyra sudah betah. Toh gak terjadi hal buruk. Yang ada ia pun sering buat Denes sulit. Diam-diam ia ngambil data penting di kantor. Saat Lyra tunjukin ke sang suami, pasti senang bukan main, bila perlu sampai loncat-loncat saking bahagianya.

Napas Lyra tercekat, sekarang posisi mereka rentan. Glek, tanpa sadar Lyra telan ludah sulit kemudian napas tercekat.

"Bukankah kamu jadi budak nafsu Martin? Bagaimana kalau bermain sebentar denganku. Aku sudah lama penasaran bentuk tubuhmu, babygirl," bisik Danes.

Bugh!

Lyra tersenyum remeh. Ia ingin ngamuk!

Enak aja dia dianggap dan diperlakukan mirip perempuan penjaja tubuh!

Lyra junjung tinggi kehormatan diri sebagai perempuan!

Ingat dan catat itu!

*****

"Ouh, jadi ini kelakuan kamu dibelakang aku?"

Lyra tegang lihat sang kakak sudah berada di belakangnya tepat setelah ia menyentak alat vital Denes. Sial, bikin naik darah!

Jane salah paham?

Gak boleh!

Kok Jane bisa sampai disana?

Pakai teleportasi?

'Kru' yang ditugaskan Martin mengawasi Lyra pun sudah berada dekat orang-orang tersebut. Kemana tuh orang?

Sekarang siapa yang bakal hancur duluan?

Lyra buntu!

Jane tatap Lyra jijik.

"Ly, tolong jangan goda suami aku dong. Kita udah lama gak ketemu dan kamu ambil kesempatan dalam kesempitan? Bukannya Danes usdah minta maaf? Masih kurang?"

Tuh kan malah Lyra yang kena semprot. Orang tersebut tak tahu harus melakukan hal seperti apa.

Rahang jatuh berikut harga diri dan image.

"Kak, kok malah nuduh aku?"

Lyra natap tak percaya ke sang kakak yang dibalas orang itu berdecih. Mendekat ke Lyra kemudian pegang kasar wajah sang adik. Masih terus begitu bahkan sampai ia bicara.

Sah-sah di mata Jane memang begitu, masih ngelak. Jane tak rela!

"Kalau kamu gak macam-macam, kenapa kerja di perusahaan cabang Alkhair? Suamimu gak kasih nafkah?"

Jane terlihat mencak-mencak. Berkacak pinggang sambil tatapan tajam yang dipakai unlimited. Sedangkan Lyra kicep. Ia kalah total. Diksi Jane benar-benar masuk menusuk Lyra dengan sangat tajamnya.

"Jane, cukup."

Orang yang disebut namanya tersebut pun beralih ke Denes. Enak aja nyuruh berhenti, bilang kalau suka dekat-dekat Lyra. Padahal baru beberapa hari ini Jane dan Denes keduanya berhubungan suami istri.

Sesuai ketentuan, Jane harus kasih Denes anak. Tapi lihatlah orang yang bersangkutan, benar-benar buat darah tinggi naik!

Jane pun berdecih. Bodoh sekali Jane iya-iya saja terhadap sikap licik Denes. Lalu Jane tak terlalu tertarik jadi orang bodoh terlalu lama.

"Why, kamu suka kan dekat-dekat Lyra. Tolong hargain aku sebagai istri kamu dong Mr Alkhair. Kamu batasin pergerakan aku terus, sekarang kamu malah dekat-dekat adik aku sendiri, ngotak dong!" Jane marah-marah, ia tak peduli terhadap reaksi Denes padanya.

Terlepas mau bagaimanapun hal tersebut.

"Jane!"

*****