Andai saja ada pilihan, Gin tidak terlalu siap melayani se panas dan menggairahkan yang lelaki itu lakukan kepadanya. Namun Gin tak punya pilihan. Sudah menjadi kewajibannya untuk menyenangkan hati Syarif sekaligus sebagai bentuk terima kasih karena telah menyenangkan dirinya.
Gin menyatukan dua jari telunjuk sambil menggerakkannya perlahan. Matanya menatap takut-takut ke arah Syarif.
"Aku malu dan juga mungkin tak akan sebaik dirimu dalam melakukannya Syarif. Apakah kau bisa memakluminya?"
Ginta berani menatap Syarif ketika ia mendengar lelaki itu terkekeh pelan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com