Seperti dipaksa, pada akhirnya Sharif mengangguk. Hal pertama harus Sharif lakukan. Demi memancing rasa ikhlas, Sharif menunduk dalam. Setelah kepala mendongkrak, Sharif pun menghela napas.
"Aku minta maaf." Sejauh yang Sharif bisa, saat salah salah itulah Sharif tunjukkan.
"Baiklah."
Sharif lihat Lyra, agaknya Lyra senang. Jadi sudah cukup. Ketika Sharif lihat Martin, senyum Martin menyambut indera penglihatan Sharif.
"Minta maaf ke orang ini bukan berarti aku kalah." Sharif bergumam dalam hati.
***
"Tadi bagaimana?"
Martin harus tarik napas dalam-dalam, kalau tidak begitu, emosi Martin meledak-ledak. Kesal dan marah bersatu. "Buruk. Dukun menangani kita bingung. Dia menyuruhku menyiapkan tumbal segala."
"Tumbal?"
Bergidik ngeri, itulah atmosfer yang terasa. Martin pernah berhubungan dengan hal seram, contohnya boneka mirip santet milik anak kecil kurang beruntung yang ia temui. tapi kalau berhadapan langsung, Martin takut. Martin saja takut apalagi Lyra.
***
Support your favorite authors and translators in webnovel.com