webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
40 Chs

Seleksi Tahap Ke-2

Seleksi tahap dua pemilihan putra mahkota kerajaan Neterliandis mengenai kecerdasan dan strategi akan dimulai dalam 3 jam lagi. Pagi-pagi buta Pangeran Dinata telah pergi ke arena seleksi, matanya memang tidak bisa tidur nyenyak tadi malam.

Dinata tampak gagah mengenakan pakaian kesatria berwarna abu dengan lesan ungu muda, membawa busur dan anak panah di sandang di bahu bidangnya. Ia melihat ke arah timur, memandang matahari yang tengah berwarna jingga mengintip dibalik bukit.

Matahari terbit memang begitu menakjubkan, ada semangat yang tercipta di setiap bias cahayanya.

Indah dan sangat menarik, apakah saya masih bisa melihat matahari terbit ini lagi besok?

Di kejauhan langkah kaki Pangeran Antoni mendadak berhenti ketika pandangannya beradu dengan mata ungu Pangeran Dinata, tampak ia segera memalingkan tatapannya dan pergi.

"Pangeran Antoni, tunggu. Kenapa kamu menghindari dari saya terus? Apa saya berbuat salah padamu?," Tanya Dinata yang berusaha mendekati Pangeran Antoni yang terus menjauh.

"Sudahlah, saya sedang tak ingin bicara padamu sekarang, Dinata."

"Tapi," Dinata tiba-tiba berhenti, tak lagi mengejar Pangeran Antoni yang tampak tak ingin didekati. "Yasudah, maafkan segala kesalahan saya, temanku. Maafkan jika besok mungkin kita tidak bisa bermain dan berlatih bersama lagi di hutan Pinus. Saya akan selalu mencoba memahami segala permasalahan dalam persahabatan ini."

Mendengar kata-kata tadi hati Antoni tampak tergoyahkan, namun segera ia tepis perasaan itu ketika melihat Liliana yang sudah berada di belakang Pangeran Dinata.

Liliana? Lagi-lagi ia menemui Pangeran Dinata terlebih dahulu, sepertinya memang dia sudah tak ada rasa cinta padaku. Untuk apa aku pertahankan kalau sudah seperti ini.

"Kamu tidak mengerti sedikitpun tentang cara berteman yang baik, Dinata. Jadi bagaimana mungkin kamu paham masalah yang kamu buat untuk saya," ucap Antoni kasar dan sedikit berteriak.

Pangeran Dinata terdiam mendengar ucapan Antoni yang sangat tajam, sedangkan Putri Liliana yang mendengar ucapan Antoni ikut terbawah emosi. Ia sangat tak paham akan jalan pikiran Pangeran Antoni yang aneh dan sempit baginya. Ia berjalan melewati Pangeran Dinata dan menghampiri Pangeran Antoni yang masih emosi.

"Antoni, kamu yang harus memahami cara berteman bukan Pangeran Dinata. Kau itu terlalu egois hanya memikirkan perasaan kamu saja, tidak pernah memikirkan permasalahan yang orang lain hadapi."

"Saya? Dinata lah yang harus tahu batasan-batasan bersikap pada teman, apalagi temannya adalah kekasih sahabatnya sendiri," ucap Antoni menunjukkan ke arah Pangeran Dinata yang masih terdiam melihat kekacauan ini.

Sejak kapan Liliana ada dibelakang saya? Kenapa mereka jadi bertengkar hebat seperti ini, apakah saya berbuat salah padanya sampai ia menyinggung masalah batasan pada saya.

"Sudah cukup, saya minta maaf bila semua kekacauan ini karena saya. Benar, saya tidak tahu caranya bersahabat karena memang saya belum pernah punya teman selain kalian berdua," ucap Pangeran Dinata membuat Liliana dan Antoni tertegun dan diam. "Dan lagi terima kasih, saya pamit pergi dan tidak akan mengacaukan hubungan kalian lagi."

Dinata pergi menjauh dari Putri Liliana dan Antoni yang masih terdiam di sana. Terdengar suara Liliana yang memanggilnya untuk kembali tapi tak dia hiraukan, ia takut jika kembali semua kekacauan ini tidak akan berakhir.

Pouttt... Pouttt..... Pouttt

Tiupan terompet kebesaran telah dibunyikan, seleksi tahap dua akan benar-benar dimulai. Liliana segera menepi ke pinggir lapangan, meninggalkan Pangeran Antoni yang masih tampak diam dan berpikir.

Apa saya bersikap terlalu berlebihan pada Pangeran Dinata tadi? Apa ucapan saya membuat dia tersinggung atau sakit hati. Ah, perasaan saya sungguh tidak enak, sepertinya saya benar-benar salah. Selesai seleksi tahap dua ini saya akan menemuinya dan Liliana untuk meminta maaf atas ucapan saya yang terlalu jahat.

***

"Pangeran Ryan Triwangka dari Bangsawan Tingkat tiga, dengar baik-baik pertanyaan ini dan jawablah dengan tenang dan cepat," ucap salah seorang juri penilai di sana.

Semua orang di arena ikut tegang, mereka seakan merasakan juga perasaan dari para calon putra mahkota yang tengah berjuang di arena seleksi.

"Jika kamu disuruh untuk membuat perekonomian kerajaan Neterliandis maju dan dikenal oleh kerajaan lain, hal apa yang kamu perlihatkan atau tonjolkan untuk itu?"

Sebuah pertanyaan telah diucapkan oleh salah satu team penilaian di sana. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh seorang yang memiliki wawasan luas mengenai karakteristik wilayah dan perekonomian dari kerajaan Neterliandis.

Pangeran Ryan terlihat sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan ini, karena memang di keluarga bangsawan tingkat tiga kemampua kekuatanlah yang paling penting. Mereka telah mengajarkan latihan fisik pada anak-anak mereka sejak masih kecil dan agak menyepelekan masalah kecerdasan intelektual.

"Ehm," Pangeran Ryan tampak berpikir keras sebelum akhirnya menjawab, "Mungkin saya akan memperkuat perekonomian di bidang pertambangan, karena sekarang Neterliandis sendiri merupakan kerajaan dengan penghasil berlian ke 4 terbesar dihampiri belahan dunia. Sangat bagus bila dikembangkan lagi menjadi nomor satu di dunia. Sekian jawaban dari saya, terima kasih."

Jawaban dari Pangeran Ryan tampak tidak memuaskan para team penilai, mereka melempar pertanyaan tadi pada para calon putra mahkota lainnya.

"Saya ingin mendengar pula jawaban dari Pangeran Pradinata Kusuma, sebagai lulusan pendidikan termudah abad ini," ucap salah seorang penilai yang memiliki mata berwarna biru tegas itu.

"Menurut saya perekonomian di bidang perikanan dan pertanianlah yang bagus dikembangkan oleh kerajaan Neterliandis. dengan alasan karena wilaya kerajaan Neterliandis 40 persen pantai dan perairan, 60 persen daratan dan pegunungan. Serta kita juga mempunyai bangsawan dengan fantalis sihir tanah, mereka mampu menciptakan tanah yang banyak mengandung humus baik untuk pertanian. Saya juga memilih bidang perikanan karena memang wilayah perairan Neterliandis terbilang hangat karena memiliki 7 dari 12 bulan bercuaca panas, ikan akan cenderung memilih wilayah dengan perairan yang hangat yang dapat ditumbuhi karang dan rumput laut. Itu saja jawab saya, terima kasih."

Team penilaian tersenyum puas atas jawaban Pangeran Dinata yang lugas tanpa ragu-ragu sedikitpun. Pemahamannya mengenai karakteristik kerajaan didapatnya sudah dari kecil, saat ia sering menemani ayahnya, Raja Indra untuk bekerja.

Team penilaian berpindah pada Pangeran Antoni sekarang, mereka menanyakan tentang strategi perang yang akan diambil bila sebuah pemberontak terjadi di kerajaan Neterliandis.

Pikiran Pangeran Antoni sedikit kacau saat ini, setelah bertengkar dengan Pangeran Dinata dan Putri Liliana perasaannya terus tak tenang. Rasa bersalah seakan menghantui pikirannya untuk tidak fokus.

"Strategi yang tepat saat pemberontak terjadi adalah dengan memperbanyak sekutu. Percaya diri adalah kunci kemenangan, seorang akan cenderung memihak orang yang dianggap lebih kuat. Oleh sebab kepercayaan diri akan mensugesti pikiran orang lain supaya beranggapan bahwa kita kuat, dengan banyak orang yang berpihak pada kita sebuah pemberontak akan dapat diselesaikan tanpa ada nyawa yang tumbang. Ada pepatah lama mengatakan seekor gajah akan tumbang dengan segerombolan semut yang bersatu dengan tujuan yang sama. Hanya itu yang dapat saya sampaikan."

Tidak ada pelemparan jawaban untuk calon putra mahkota lainnya, karena memang jawaban dari Pangeran Antoni cukup memuaskan bagi para team penilai.

Para rakyat dan bangsawan hanya diam terkesima atas jawaban-jawaban yang sangat cerdas dari semua calon putra mahkota kerajaan Neterliandis. Banyak diantara mereka telah membuat kubu pendukung masing-masing, mereka telah percaya dengan jawaban dari para jagoan mereka.

Selanjutnya pertanyaan diberikan pada Pangeran Dinata, sebuah pertanyaan tentang kesetiaan pada kerajaan dilontarkan oleh salah seorang dari team penilai.

"Pangeran Pradinata Kusuma, jika kamu dihadapkan atas dua pilihan sulit antara sekarang dan masa depan hal mana yang kamu pilih? Semisalnya, sekarang akan ada kehancuran bila kamu tetap hidup. Namun bila kamu memilih untuk hidup, kamu melihat masa depan yang begitu bagus di tanganmu. Setelah kehancuran yang fatal dan membunuh banyak nyawa saat ini, kamu diperlihatkan kejayaan yang besar di masa depan Neterliandis. Maka apa keputusan kamu, memilih mati atau tetap hidup?"

Pertanyaan yang dilontarkan membuat Raja Indra dan Putri Liliana kaget, pasalnya ini adalah pilihan yang benar-benar dihadapkan pada Pangeran Dinata saat ini.

"Saya akan memilih kematian dan menyelamatkan banyak nyawa. Kematian adalah hal yang pasti terjadi sekarang atau nanti, dan masa depan adalah takdir yang dapat berubah dengan usaha. Jika kematian saya dapat menundah hilangnya banyak nyawa saat ini, maka kehidupan mereka yang terselamatkan akan membuat usaha perubahan yang besar pula di masa depan. Kejayaan Neterliandis berada pada mereka yang terus berusaha berkembang dalam hidupnya."

Tepukan tangan dari semua orang yang menyaksikan jalannya seleksi ini bergema di arena seleksi tahap dua. Teriakan nama-nama calon putra mahkota terus diucapkan dari berbagai kubu pendukung, menunggu keputusan dari team penilai.

Hanya ada dua kandidat yang akan mengikuti seleksi tahap tiga atau seleksi akhir calon putra mahkota. Dua orang yang akan menunjukkan kemampuan dari fantalis sihir mereka di depan semua penghuni kerajaan Neterliandis.

Cetdarrr.... Tring

Sihir dari para team penilai mulai bermain di udara, tampak perlahan nama-nama dari para calon putra mahkota yang lulus muncul.

Kandidat yang terpilih akumulasi nilai dari seleksi tahap satu dan dua

1. Pangeran Pradinata Kusuma dari Keluarga Utama Kerajaan, dengan nilai 9,8/10.

2. Pangeran Pransa Antoni dari Keluarga Kerajaan, dengan nilai 9,8/10.

Serta para team penilai juga menetapkan

3. Pangeran Ryan Triwangka dari Bangsawan Tingkat Tiga sebagai, calon putra mahkota cadangan dengan nilai 9,75/10.

Jarak poin mereka terbilang tipis dengan Pangeran Ryan yaitu hanya 0,05 saja. Maka hal itu yang menyebabkan team penilaian menetapkan Pangeran Ryan sebagai calon putra mahkota cadangan, dan dapat menggantikan bila terjadi sesuatu pada calon putra mahkota yang sah. Hal ini dilakukan atas saran langsung dari orang kepercayaan Raja Indra, Penasehat Kerajaan Gandara.