webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
40 Chs

Kembalinya

Hari ini aura kebahagiaan menyelimuti kerajaan Neterliandis, pasalnya Raja Indra berhasil melumpuhkan pasukan musuh di area Utara sehingga kerajaan Neterliandis kembali memanjangkan sayapnya lebih luas lagi.

Sebuah pesta meriah yang melibatkan bangsawan dari berbagai tingkat dan para rakyat telah dipersiapkan di kerajaan. Mereka menunggu kepulangan Raja Indra dari medan perang dengan penuh suka cita.

Tak berselang waktu, kuda yang ditunggangi oleh Raja Indra telah tiba di kerajaan Neterliandis, gema dari tiupan terompet menandai sang Raja telah turun dari kuda dan berjalan menuju singgasana yang telah dipersiapkan.

Senyum merekah di wajah Raja Indra yang disambut hangat oleh rakyat, bangsawan dan tentunya yang mulia ratu. Mereka semua tampak gembira dan senang pasalnya sudah beberapa tahun lamanya Raja Indra terlihat murung karena kematian yang terkasih, mendiang ratu terdahulu.

"Selamat datang kembali Raja Indra, selamat atas kemenangan anda," ucap Ratu Diana sembari memberikan secangkir minuman.

"Terima kasih, Diana," cangkir itu langsung di sambut tangan oleh Raja Indra dengan wajah sedikit masam, "alangkah tambah bahagianya bila putraku Dinata ikut merayakan pesta ini bersama kita."

"Yang Mulia tidak usah bersedih, tadi saya dikabarkan oleh para pengawal di sana bahwa Pangeran Dinata akan menyelesaikan pendidikannya bulan depan," ucap Ratu Diana sembari menuangkan air pada cangkir Raja Indra yang sudah kosong.

"Benarkah itu?" Tanya Raja Indra yang dibalas anggukan pelan dari sang ratu, "sudah kuduga putraku itu sangatlah cerdas!! para bangsawan memerlukan lima sampai enam tahun untuk menyelesaikan pendidikan dan dia hanya memerlukan kurang dari dua tahun untuk menyelesaikan itu, dia sangat luar biasa bukan?!" ucap Raja Indra penuh kebanggaan dalam setiap katanya.

"Bener Yang Mulia, saya juga sangat bangga pada Pangeran Dinata, di umur 17 tahun dia telah menyelesaikan pendidikannya, dialah putra mahkota termudah di abad ini."

"Tujuan belas tahun," gumam Raja Indra, membuat ingatannya kembali menyelam ke masa lalu, tepat saat kelahiran Pangeran Pradinata Kusuma.

Flashback On....

Tangan dari Raja Indra bergetar hebat saat memasukkan bara kristal merah di telapak tangan kecil putranya. Ia mengingat-ingat ucapan tabib yang membicarakan dampak dari penanaman bara kristal merah di tubuh putranya nanti.

'Tak ada pilihan lain,' batin Raja Indra terus bergumam, 'ini demi keselamatan putraku.'

Bara kristal merah itu akhirnya terserap ke telapak tangan Pangeran Dinata, seketika tubuhnya yang kaku kembali melemas dan suhu badannya tak lagi sedingin es. Teriak tangisnya pun mulai bergema  di seluruh ruangan istana. Namum ada napas yang ikut berhenti dan terputus ketika Ratu Nias Kusuma, istri dan sekaligus ibu dari bayi yang tengah menagis itu pergi untuk selamanya.

Kala itu Raja Indra pun tak tahu harus tertawa bahagia melihat buah hati yang selamat atau meraung menagis melepas napas yang istri yang tamat. 

Langit yang sedang menyaksikan, ikut meneteskan airnya walaupun mentari tenga bersinar terik, seakan dia juga tak tahu harus bahagia atau bersedih.

Flashback Off

"Yang Mulia, anda tidak apa-apa?" Tanya Ratu Diana yang sontak membuyarkan lamunan Raja Indra, "apa yang anda pikirkan? Dari tadi keluarga kerajaan dan para bangsawan mengajak anda berbicara."

"Ah, maafkan saya. Sepertinya saya sedikit lelah," sambil menggosok matanya, "mari kita lanjutkan!!"

"Baiklah Baginda, saya dari bangsawan tingkat pertama. RUU  tentang rencana Baginda untuk melepas peraturan yang selama ini mengikat kebangsawanan melalui warna mata dan bentuk sihir, kami bangsawan tingkat satu sepakat menolaknya." Ucap seorang bermata biru itu dengan tegas, "Menurut kami peraturan yang dibangun dari zaman mendiang raja terdahulu sudah tepat, karena memang bentuk sihir dan warna mata dari berbagai keturunan itu sulit diubah dalam puluhan generasi," tutur Tomi kembali sebagai perwakilan dari bangsawan tingkat satu.

"Ehm," Raja Indra mengangguk kepalanya dan kemudian beralih menatap seseorang bangsawan lainnya, "bagaimana menurut anda Tuan Trian sebagai bangsawan tingkat tiga yang merupakan bangsawan yang memiliki kekuatan kuat namun terletak pada posisi bangsawan terendah dengan wewenang yang lemah?," tanya Raja Indra pada lelaki yang sedari tadi tampak sangat semangat untuk mengungkapkan pendapatnya.

"Terima kasih Baginda atas kesempatan berbicaranya," sambil menundukkan kepala dan tersenyum ke arah bangsawan Tomi, "saya sendiri sangat setuju dengan ajuan RUU yang disampaikan baginda Raja Indra, disalah satu point yang diajukan baginda raja tentang kebangsawanan dan pemerintahan dipilih berdasarkan kemampuan seseorang." Tutur bangsawan Trian bernapas sesaat sebelum kembali mengemukakan pendapatnya

"Saya sendiri merasa kurang adil bila bentuk mata menjadi  tingkat kebangsawanan. Pembagian Tingkat kasta berdasarkan bentuk mata dari kakek moyang yang andil bagian terbesar dalam pembentukan kerajaan Neterliandis, sangat tidak tepat. Hal ini sudah berjalan beberapa generasi, saya pikir generasi sekarang hanya menikmati saja hasil perjuangan kakek moyangnya, kemampuan dan sihir yang mereka miliki sangat rendah dan sangat tidak cocok dengan tingkat kebangsawanan yang mereka miliki sek..."

"Jaga Ucapan anda, Bangsawan Trian!!" teriakan bangsawan Tomi memotong perkataan, "ucapan anda sangat menyingung kami seakan memproklamasikan bahwa bangsawan tingkat satu lemah.."

"Hey," ucapan bangsawan Tomi dipotong pula oleh bangsawan Trian, "bukankah yang saya ucapkan itu benar bangsawan Tom..."

"Sudah Cukup!! Hentikan!!" Raja Indra menghentikan perdebatan mereka, "sudah  hentikan pembicaraan ini, saya mengadakan pesta kemenangan untuk bersenang-senang bukan untuk berdebat."

Kondisi atmosfer yang mulai memanas, memaksa Raja Indra mengakhiri pembicaraan hari ini, dan memutuskan akan ada jamuan pertemuan pada bulan depan untuk kembali membahas RUU yang ia ajukan.

"Hari ini silakan bersenang-senanglah nikmati pestanya!!" Ucap Raja Indra pergi meninggalkan pembicaraan ini dan menyapa para rakyat sebelum kembali masuk ke istana.